Beranda / Urban / Pewaris Tunggal II: Skandal Cinta Masalalu / Bab 478: Bunga Mekar Rontok Sebelum Berbuah

Share

Bab 478: Bunga Mekar Rontok Sebelum Berbuah

Penulis: mrd_bb
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-13 10:36:31
“Iya kek kenapa?” Sarah kini duduk di depan kakeknya.

“Tahukah kamu siapa ayah dan ibunya si Ryan Affandi itu?” tanya kakek Samuel sambil menatap tajam wajah cucunya.

Sarah langsung menggeleng dan dia bilang sampai kini belum tahu. “Eh iya, Ryan bilang dia keluarganya ibu Cynthia Soton…!”

Kakek Samuel kontan kaget.

“Cynthia Soton atau Cynthia Hasim Zailani, dia itu istrinya Jenderal Polisi Chulbuy Hasim Zailani!” potong kakek Samuel tiba-tiba, hingga gantian Sarah yang terkaget-kaget.

“Jadi…Ryan itu, anaknya si Kapolri itu ya kek?”

Kakek Samuel diam sejenak. “Entahlah Sarah, tapi batinku mengatakan iya, karena wajahnya sangat mirip dengan Jenderal Chulbuy itu,” sahut kakek ini lagi sambil hela nafas.

“Iya juga sih…tak masuk akal dia enteng banget nanam saham hingga begitu besar. Kalau dia benaran anaknya pa Chulbuy, Sarah nggak heran sih?” sahut Sarah kini termenung sendiri.

“Sarah…jawab dengan jujur, apakah kamu menyukai Ryan itu?”

Kakek Samuel menatap wajah cucu satu-satunya ini dan
mrd_bb

BERSAMBUNG

| 5
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Tama Sq
thanks thor updatenya.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Pewaris Tunggal II: Skandal Cinta Masalalu   Bab 699: Terjebak di Alam Ghoib

    Kita tinggalkan sejenak ketiga anak buah Mahyudin yang berupaya keras membujuk si nenek itu agar bisa membantu kembalikan Mahyudin kembali.Kita kembali ke tokoh kita yang jatuh pingsan kepentuk kayu keras dan membuatnya biru di dahi.Mahyudin tak tahu sudah berapa lama ia pingsan, ketika sadar, Mahyudin kaget ada daun yang menempel di dahinya dan tubuhnya saat ini berbaring di sebuah rumah kayu.“Ada di mana aku ini?” batinnya sambil perlahan-lahan bangkit dan melepas daun yang menempel di dahinya tersebut.Kepalanya masih berasa pusing, sehingga dia pun tetap duduk di sisi ranjang besi ini.Teringatlah Mahyudin dengan wanita yang ia ikuti sebelumnya dan akhirnya tak sengaja membuatnya berada di sini.“Wajahnya…ahhh iyaaa…aku baru ingat mirip si....duhh lupa lagi...?” batin Mahyudin bingung sendiri, otaknya buntu mengingat seseorang.Tak lama masuklah orang yang ia sebut tadi. Wajahnya ternyata sangat cantik saat berdekatan begini, pakaiannya juga tetap sama, kuning krim.Bahkan tak

  • Pewaris Tunggal II: Skandal Cinta Masalalu   Bab 698: Wanita Misterius di Tengah Hutan

    “Kok nenek tahu…?” tiba-tiba saja Bripda Isa menyela.“Karena pelakunya muridku yang durhaka, dia santet orang hingga mati, kalau kalian mau istirahat, tidur saja di teras itu!” cetus si nenek, lalu taruh lampu teplok di teras dan dia lalu menutup pintunya lagi dan menguncinya dari dalam.Mahyudin menatap ke 3 anak buahnya. Ucapan saklak si nenek tadi benar-benar di luar dugaan.“Ada yang menarik di sini, kita istirahat di sini.” cetus Mahyudin.Mahyudin lalu ambil jaketnya dan tas ranselnya yang di gunakan sebagai bantal, lalu merekapun benar-benar tidur di teras ini, sekalian mengistirahatkan pinggang setelah satu haru full dalam perjalanan.Semakin malam cuaca makin dingin saja, dari kejauhan terdengar suara lolongan anjing liar, hingga makin menambah seram suasana.Untung saja Mahyudin, Agus, Mardi dan Isa sudah terbiasa dengan hal-hal menakutkan, walaupun dalam hati masing-masing agak was-was juga.“Agaknya desa ini masih kuat hal-hal di luar nalar,” bisik Agus pada dua temannya,

  • Pewaris Tunggal II: Skandal Cinta Masalalu   Bab 697: Kampung Mistis

    Perjalanan menuju ke Kampung Dudur Atas bukanlah perjalanan enak, mobil 4X4 Mahyudin harus berjibaku dengan lumpur.Seteah tadi jalanan mulus hanya sekitar 10 kilometer, kini medan yang di katakan Briptu Agus benar-benar bak off road saja, rusak sepanjang jalan dan penuh lumpur.Untung saja mobil ini masih baru dan 4X4 serta ke empat ban-nya sudah radial, sehingga mampu libas jalanan.“Uang pembangunan jalan banyak di makan tikus berdasi Ndan,” ceplos Briptu Agus tertawa, sambil kencangkan sabuk pengaman, saat Mahyudin yang pegang setiran mulai hajar jalanan berlumpur ini.Bripda Mardi dan Bripda Isa yang duduk di jok belakang juga harus menahan nafas sekaligus kencangkan sabut pengamanan.Mahyudin bawa mobil ini benar-benar 'ngamuk', sepanjang jalan di hajar saja tanpa ampun.“Gitulah, makanya kita nggak usah ikut-ikutan, uang nggak halal itu banyak mudharatnya. Lihat saja para koruptor nggak ada yang beres hidupnya, di lihat saja enak, tapi aslinya banyak di dera masalah!” cetus Mahy

  • Pewaris Tunggal II: Skandal Cinta Masalalu   Bab 696: Komandan Royal

    Setelah 3 hari di rehab dan di cat ulang, Mahyudin pun bisa menempati rumdinnya, yang berjarak 100 meteran dari Mapolsek ini.Tak jauh dari rumdinnya berjejer 4 buah rumdin buat anak buahnya, yang ternyata di di tempati tenaga honorer di MapolseknyaHari ini atau hari ke 4 sejak Mahyudin datang, ia panggil ke 4 tenaga honorer itu agar kembali turun ngantor, sekaligus ingin tahu kenapa mereka selama ini malas ngantor.“Hmm…jadi kalian selama 6 bulan tak di gaji, berapa gaji kalian sebulannya,” tanya Mahyudin pada 4 orang tenaga honorer ini, 3 wanita dan 1 laki-laki, rata-rata masih muda, seumuran dengannya.“Satu bulan hanya 750 ribu Ndan!” sahut seorang wanita dengan wajah takut-takut.“Hmm…berarti 750 di kalikan enam, honor kalian 4,5 juta rupiah yang nggak di bayarkan,” gumam Mahyudin, ke 4 nya serentak mengangguk.Briptu Agus yang juga Kanit di Polsek ini dan berdiri di samping Mahyudin berbisik, ternyata honor mereka ini diam-diam di sikat mantan Kapolsek terdahulu duitnya.“Hmm…da

  • Pewaris Tunggal II: Skandal Cinta Masalalu   Bab 695: Bikin Geger Kesatuan Sendiri

    Mahyudin bangkit dari duduknya dan hadapi pria angkuh yang terlihat sombong ini, tak lama datang lagi satu mobil MPV dan berisi 7 orang yang ternyata centeng-centengnya.Idup dan Yono, juga 3 tahanan yang lebih mirip rekan ini memperhatikan saja, tak mereka sangka sang bos batubara ilegal ini bawa satu mobil anak buahnya yang terlihat dalam mode siap perang saja.“Andakah yang jadi komandan di sini?” tanyanya dengan gaya congkak dan berkacak pinggang di depan Mahyudin, dari jarak yang cukup dekat.“Iya, saya Ipda Mahyudin, siapa Anda?” tanya Mahyudin tetap tenang, walaupun dia mulai jengkel anak buah orang ini terlihat ingin intimidasi dirinya saat ini.“Aku Isom Asyad, pemilik batubara yang lewati jalanan di sini, ada apa Anda panggil saya ke sini. Apakah mau minta jatah lebih gede lagi? Dulu Kapolsek lama sudah aku kasih mobil satu, kalau Anda mau, tak masalah, tapi Anda harus atur keamanan di jalan, jangan ada razia!” cetus Asom menganggap remeh si Kapolsek muda ini.“Hemm..begitu

  • Pewaris Tunggal II: Skandal Cinta Masalalu   Bab 694: Benahi Kantor

    Mahyudin langsung terdiam melihat ruang kerjanya yang agak berantakan, Briptu Agus tanpa di minta buru-buru merapikan ruangan ini.Mahyudin balik lagi ke depan dan menatap dua anak buahnya yang kini masih menghormat bendera.“Kalau kalian masih main pungli atau mabuk, kalian aku usulkan mutasi atau pecat sekalian. Jangan ulangi hal tercela itu, malu kita dengan warga!” kembali Mahyudin beri teguran, keduanya langsung bilang siap.Tak lama datang 4 orang lainnya dengan kendaraan jadul masing-masing dan kaget melihat Idup dan Yono berdiri menghormat bendera dengan keringat bercucuran.Saat melihat anak muda berbaju jaskul coklat berdiri menatap tajam mereka, ke 4 orang ini langsung kelabakan beri hormat.“Ini jam berapa? Masa kalian masuk jam hampir jam 12 siang?” tegur Mahyudin menahan mangkel di hati.Sebetunya, ada rasa tak tega memarahi anak buahnya yang rata-rata ia lihat usianya tak beda jauh dengan papanya sendiri, antara 40-45 tahunan, bahkan ada yang ia lihat paling tua dan jala

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status