Share

Madu yang Meresahkan

Author: Desta Pratiwi
last update Last Updated: 2022-10-31 12:13:19

Pagi yang cerah tak secerah hati dan wajah Nia saat ini. Sebab, baru saja keluar kamar, Nia melihat dengan kedua matanya secara langsung bagaiaman suaminya berlaku sangat lembut kepada madunya. Bukan itu saja, berbagai makanan mewah tersaji di meja ruang tamu.  Selama empat tahun pernikahan dengan Edi, Nia bahkan tidak pernah sama sekali mencicipi makanan-makanan mewah seperti itu.

‘Sabar, sabar….’ Lagi-lagi Nia hanya bisa mengelus dadanya.

Hari ini Nia tidak ingin melakukan apapun, selain sudah tidak mempunyai simpanan uang untuk memasak, Nia pun memang sengaja ingin menghidar dari kedua pasangan sejoli tersebut. Nia melirik ke arah jam dinding yang menunjukan pukul delapan lewat, Nia segera membawa Gea ke kamar mandi untuk memandikan putrinya sekaligus Nia ingin mendinginkan pikirannya yang kembali memanas.

Setelah selesai dengan ritual mandi bagi dirinya dan Gea, Nia memutuskan untuk mengajak Gea bermain di rumah tetangga sebelahnya. Sayangnya, daripada mengawasi anaknya bermain, Nia justru asik dengan pikirannya sendiri. Tetangganya itu sampai memutus lamunan Nia dengan memanggil namanya.

"Nia!" bu Rani memenggang tangan Nia dengan lembut, Nia mendongakkan kepalanya untuk menatap wanita di hadapannya.

"Apa Ibu boleh bertanya?" Nia lantas mengangguk, ia cukup heran sebab tak seperti biasanya bu Rani akan meminta izin terlebih dahulu jika akan bertanya.

"Apa wanita yang bersama suami kamu tadi pagi itu madu kamu?" tanya bu Rani dengan sangat hati-hati.

"Ibu tau dari siapa?" tanya Nia dengan menatap ke arah Bu Rani.

"Ibu-Ibu yang berbelanja di warung depan," jawab bu Rani.

Seperti dugaan Nia sejak awal jika ibu-ibu yang sejak tadi berkumpul tengah membicarakannya. Tetapi yang menjadi fokus Nia saat ini dari mana mereka mengetahui jika wanita yang bersama suaminya adalah madunya.

"Ibu-Ibu di sana tau dari mana?" tanya Nia kembali.

"Katanya sih dari wanita yang bernama Riri, tadi dia datang ke warung buat belanja sayuran dan dia bilang jika dia Istri Edi yang kedua dan dia bilang akan tinggal di rumah itu," jelas bu Rani.

Nia menggelengkan kepalanya, belum genap satu hari wanita yang menjadi madunya datang ke rumahnya tetapi kini wanita tersebut telah berbuat ulah dengan menyebarkan semua aib yang berusaha Nia tutup-tutupi. Kini tak ada lagi yang harus Nia tutupi lagi, nyatanya istri kesayangan suaminya tersebutlah yang sudah membongkar semuanya. Bukan tanpa sebab Nia menutup semua berita ini, tetapi Nia tak mau menjadi bahan gosipan ibu-ibu di sekitar rumahnya.

"Iya Bu, dia Istri kedua Mas Edi," jawab Nia dengan bulir bening menetes di kedua sudut matanya.

"Apa kamu tau saat mereka menikah?" tanya bu Rani kembali.

Nia menggelengkan kepalanya, ia dengan cepat menghapus air mata sebab ia takut jika terlihat oleh ibu-ibu sekitar. Bu Rani yang mengerti lantas mengajak Nia masuk ke dalam rumahnya dan tak lupa pula bu Rani menutup pintu tersebut.

"Sekarang kamu jelaskan, tidak akan ada yang mendengar dan melihat saat kamu menangis," ucap bu Rani dengan mengelus punggung Nia. Air mata yang sudah Nia tahan sejak tadi akhirnya luruh, ia sudah tak mampu menyembunyikan semua rasa sakit hati dan kecewa yang hinggap di dadanya. Dadanya terasa sakit seperti di tusuk oleh puluhan ribu belati. Ya, kini Nia mengerti rasanya sakit tapi tidak berdarah, nyatanya lebih menyakitkan dari luka fisik.

Setelah di rasa lebih lega, kini Nia menceritakan semuanya sejak awal ia mengetahui tentang pernikahan suaminya. Nia juga menceritakan tentang kebimbangannya yang akan memilih keputusan untuk masa depan dirinya dan Gea. Bu Rani mendengarkan semua keluh kesah Nia, ia cukup prihatin dengan nasib yang menimpa Nia saat ini.

"Kamu harus sabar ya, kamu masih punya Gea yang harus kamu besarkan dan butuh kasih sayang kamu. Kamu tidak boleh larut dalam kesedihan kamu dan akan berdampak kepada Gea yang masih sangat kecil," ujar bu Rani.

Nia menatap wajah Gea, ia sungguh merasa bersalah sebab ia sudah larut dalam kesedihan dan mengabaikan putrinya. Nia lantas mendekap dengan erat tubuh Gea dan menciumi seluruh wajah putrinya tersebut dengan derai air mata.

"Maafkan Ibu, Ibu janji tidak akan larut seperti ini dan Ibu akan bangkit demi Gea," ucap Nia.

"Sekarang apa rencana kamu untuk kedepannya?" tanya bu Rani.

"Nia tidak tau Bu, yang pasti Nia harus memiliki penghasilan sendiri tanpa mengandalkan Mas Edi lagi," sahut Nia.

"Kamu tidak mungkin bekerja dengan Gea yang masih sangat kecil dan masih membutuhkan asi." Nia mengangguk, maka dari itu Nia tak mencari pekerjaan sebab Nia juga harus memikirkan nasib putrinya.

Bu Rani dan Nia masing-masing diam dan larut dalam pemikirannya masing-masing. Bu Rani pula ikut memikirkan hal apa yang sangat bagus untuk menghasilkan uang dan yang pasti Gea masih dalam pengawasan Nia.

Bu Rani tersenyum saat tiba-tiba sebuah ide terlintas dalam fikirannya. "Bagaimana jika kamu berjualan saja Nia," celetuk bu Rani.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pilihanku Menyakiti Anakku   Pergi Dari Rumah Ini

    Deg"Gea kan memang punya, Papa," jawab Nia. "Papa Edi," lanjutnya lagi.Gea menundukan kepalanya, "Iya, tapi Papa tidak pernah mengunjungi Gea. Gea iri sama temen-temen yang selalu di temani Papanya saat bermain," ungkapnya.Kedua netra Nia berkaca-kaca. Entah kini siapa yang harus di salahkan dalam hal ini. Dirinya yang terlalu egois demi mementingkan kebahagiannya dan mengorbankan sang putri atau Edi yang tak pernah sedikit pun menanyakan tentang kabar putrinya. Nia sangat tau jika perceraian antara kedua orang tua akan berdampak buruk kepada anaknya, tetapi Nia pun tak bisa lagi mengalah dengan semua kebusukan sang suami yang dengan tega bermain di belakang. Apalagi sang mertua yang tak pernah menganggap dirinya sebagai menantu melainkan pembantu.**Hari berganti hari dan bulan berganti bulan. Saat ini usaha yang di rintis oleh Nia telah berkembang dengan pesat. Bahkan saat ini Nia telah membukan tiga cabang di berbagai daerah. Nia benar-benar tak menyangka berada di titik ini, t

  • Pilihanku Menyakiti Anakku   Ingin Mempunyai Papa

    Lampu merah berganti hijau, tanpa mengucapkan sepatah kata 'pun Nia mulai melajukan kembali motor maticnya. Sungguh Nia sudah tidak menginginkan untuk berurusan dengan keluarga yang sangat tidak tau diri. Bahkan sampai saat ini keluarga tersebut masih menyalahkan dirinya atas didikan yang telah ia berikan kepada putrinya.Nia tau jika apa yang di lakukan oleh putrinya sangat salah, tetapi Nia sendiri 'pun tidak bisa memaksa sebab Nia sangat tau jika putrinya sangat membenci keluarga dari Edi. Padahal, sudah berulang kali Nia mencoba memberikan pengertian agar putrinya tak membenci siapapun, tetapi nyatanya kenangan buruk yang telah di torehkan oleh keluarga tersebut sangat membekas di ingatan Gea."Apa Ibu marah sama, Gea?" "Kenapa Ibu harus marah sama putri, Ibu?" "Karna Gea tidak menjawab ucapan, Nenek. Bukankah selama ini Ibu mengajarkan Gea untuk berlaku sopan kepada yang lebih tua?" Nia menganggukan kepalanya. Ia ingin mendengar alasan apa lagi yang akan putrinya katakan."Gea

  • Pilihanku Menyakiti Anakku   Pertemuan

    Dua tahun kemudian, kehidupan Nia berangsur membaik begitu 'pun dengan ekonominya saat ini. Tak ada rasa ketakutan akan kelaparan dan kehabisan uang, bahkan saat ini usaha yang Nia buka dengan modal pas-pasan telah bercabang dengan omset yang begitu menggiurkan.Rara salah satu orang kepercayaan Nia selama dua tahun ini. Rara yang selalu memeriksa keuangan dan kondisi di restoran yang berada di pusat maupun di cabang.Jika dahulu hanya menyediakan menu bubur, kini Nia membuka restoran yang menyediakan berbagai menu.Nia bersyukur atas semua kenikmatan yang di berikan oleh Tuhan, Nia bahkan tak menyangka jika dirinya bisa berdiri hingga di titik ini. Bagi Nia, bisa makan adalah suatu kebahagian tersendiri untuk dirinya tanpa harus mengemis ke orang lain."Ibu..." Gea berlari menghambur ke dalam pelukan Nia, bocah kecil yang dulu berbadan kurus kini seiring berjalannya waktu tubuh Gea semakin berisi dan pipinya 'pun terlihat chuby."Ada apa anak cantik, Ibu?" tanya Nia dengan mendaratka

  • Pilihanku Menyakiti Anakku   Fitnah Riri

    "Aku tadi bertemu dengan Mbak Nia," ungkap Riri."Apa? Nia? Kamu bertemu dia dimana?" tanya Ratmini dengan begitu penasaran."Di pasar malam. Dia mempermalukanku dengan menjelekanku di depan umum dan mengatakan jika aku sudah merebut Mas Edi dan membuat rumah tangganya berantakan." tubuh Riri bergetar seiring semakin derasnya air mata yang membasahi pipinya."Kurang ajar! Dia benar-benar keterlaluan." Ratmini seketika emosi mendengar aduan dari menantu kesayangannya tanpa mencari tau kebenarannya.Jelas saja Ratmini begitu percaya kepada menantunya, karna sejak dulu Ratmini tak pernah menginginkan Nia menjadi menantunya dan sejak dulu pula Ratmini tak pernah menyukai Nia."Ibu jangan bilang sama Mas Edi. Aku tidak mau Mas Edi melakukan sesuatu dan menyakiti Mbak Nia," mohon Riri."Hati kamu begitu baik, sayang. Ibu benar-benar merasa bersyukur memiliki menantu seperti kamu. Tapi jika hal ini tidak di beritahukan kepada Edi, Ibu taku Nia akan semakin kurang ajar. Ibu tau jika dia masih

  • Pilihanku Menyakiti Anakku   Air Mata Buaya

    Nia hanya mendengkus kesal dengan kata-kata ejekan tersebut. Tak ingin ada perdebatan, Nia lantas berlalu begitu saja tanpa memperdulikan wanita tersebut. Sedangkan Riri yang merasa di abaikan oleh Nia meradang, ia seseorang yang paling tidak suka di abaikan oleh siapapun termasuk oleh orang-orang yang tak ia sukai."Heh janda bodong! Apa kau sekang sudah menjadi simpanan Om-Om berkumis tebal sehingga mampu mengajak putri jelekmu jalan-jalan." Riri kembali mematik pertikaian dengan Nia, ia seolah tak puas sebelum Nia menangis di hadapan dirinya dan memohon agar tak lagi melontarkan kata-kata ejekan seperti itu.Tangan Nia mengepal dengan kuat, andai jika bukan di muka umum mungkin saja Nia sudah menarik bibir yang berwarna merah menyala tersebut. Lagi-lagi ia harus bertemu dengan wanita tak ada adab seperti Riri yang hanya bisa menguras emosinya."Ah aku lupa jika kau hanya wanita kampung yang berpenampilan lusuh sehingga aku rasa tak akan ada om-om yang berminat kepadamu." "Apa kau

  • Pilihanku Menyakiti Anakku   Janda Bodong

    Nia dengan cepat berteriak memanggil warga agar membantu dirinya. Setelah melihat kepergian laki-laki jahat tersebut, Nia lantas menghampiri wanita yang tengah duduk di tanah dengan terisak."Kamu nggak kenapa-kenapa?" tanya Nia.Wanita yang terlihat masih berumur belasan tahun menggelengkan kepalanya. Air matanya masih masih menetes membasi pipinya. penampilannya terlihat acak-acakan akibat ulah orang-orang jahat tersebut."Rumah kamu di mana?" tanya Nia kembali.Gadis berkulit kuning langsat tersebut menggelengkan kepalanya, "Aku dari kampung, di sini aku ingin mencari pekerjaan. Beruntung Mbak bantuin aku, sehingga dompetku aman tidak di ambil oleh mereka," sahut gadis tersebut."Jadi kamu belum mempunyai tempat tinggal saat ini?" lagi-lagi gadis tersebut menggelengkan kepalanya."Ya sudah, lebih baik kamu sekarang ikut saja denganku," ujar Nia.Gadis yang terlihat lugu tersebut mendongakan kepalanya, sangat terlihat jelas jika gadis tersebut sangat ragu untuk menerima tawaran dari

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status