Share

Ijin Tinggal Satu Atap

Author: Desta Pratiwi
last update Huling Na-update: 2022-10-31 12:06:48

Gea yang melihat Edi seketika turun dari pangkuan Nia, Gea merentangkan tangannya berharap untuk di peluk oleh sang Papa, tetapi kenyataannya Edi hanya mengelus kepala Gea lalu beranjak mendekat ke arah Nia.

Nia yang melihat hal tersebut hatinya seketika berdenyut nyeri, Edi-suaminya kini telah berubah. Bukan hanya dirinya saja yang di sakiti oleh laki-laki tersebut, tetapi Gea putrinya yang tak memiliki dosa apapun ikut tersakiti oleh sikap Edi. Nia tersenyum getir ke arah suaminya, pandangannya mengisyaratkan luka mendalam bagi dirinya.

"Nia, ada yang mau Mas bicarakan," ucap Edi mendudukan tubuhnya di kursi sebelah istrinya.

"Ada apa?" tanya Nia.

"Karna saat ini kamu sudah mengetahui semuanya, hari ini Riri akan tinggal bersama kita di sini," jelas Edi.

Nia membulatkan matanya, Nia tak menyangka jika suaminya akan secepat ini membawa madunya ke dalam rumah yang di tempati dirinya bahkan Nia harus tinggal serumah dengan madunya tersebut. Nia menggelengkan kepalanya berulang kali karna tak mengerti dengan jalan pikiran suaminya tersebut, apa suaminya tersebut pikir bahwa hati dirinya terbuat dari batu sehingga akan tahan menahan rasa sakit yang berkali-kali lipat.

"Aku tidak setuju, Mas!" tolak Nia dengan tegas.

"Kenapa Nia? Bukankah bagus jika Riri di sini dan dia bisa bantu pekerjaan rumah," ujar Edi.

"Aku tetap tidak setuju Mas. Jangankan serumah, saat beda rumah pun nafkah yang kamu berikan sangat tidak adil... Apa lagi jika serumah, mungkin saja kamu tidak akan menafkahi aku lagi dan kasih sayang yang kamu berikan untuk Gea semakin berkurang karna keberadaan wanita itu," seru Nia.

"Dia punya nama Nia! Nama dia Riri!" geram Edi.

"Aku tidak peduli! Aku tidak mau satu atap dengan wanita itu!" sungut Nia dengan emosi yang menggebu-gebu. "Bukankah kamu saat ini sudah sukses, kenapa kamu tidak belikan saja rumah untuk gundik kesayanganmu itu, Mas."

PLAK

"Jaga ucapan kamu Nia! Dia wanita terhormat dan terpelajar. Dia Istriku bukan gundikku!" Edi lantas membalikan tubuhnya meninggalkan Nia dan Gea.

Nia menatap nanar kepergian suaminya tersebut, baru kali ini Nia melihat suaminya tega menyakiti dirinya. Nia berfikir jika Edi belum cukup puas menyakiti hati dirinya dan Gea, bahkan ia pun harus menyakiti fisik Nia. Nia memeluk erat Gea, ia menangis meluapkan semua rasa sakit di hatinya akibat perlakuan suaminya tersebut.

Gea yang melihat sang ibu menangis lantas mengulurkan tangan mungilnya dan menghapus air mata Nia dengan tangan mungilnya, hati Nia menghangat mendapatkan perlakuan dari putrinya yang masih berumur satu tahun dan belum mengerti apapun.

Saat ini jam menunjukan pukul sepuluh malam, kini Nia telah berada di kamar dirinya, Nia memberikan asi terlebih dahulu kepada Gea agar putrinya segera tidur. Pikiran Nia melayang, memikirkan langkah apa yang harus dirinya ambil untuk saat ini dan untuk kedepannya, Nia sadar jika dirinya tidak bisa berdiam diri mengadahkan tangan ke suaminya. Selain akan menjadi hinaan untuk dirinya sendiri dan sudah pasti nafkah yang akan di berikan Edi tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dirinya dan Gea.

Nia menghela nafas kasar, notif ponsel terdengar hingga Nia memutuskan untuk mengambil ponsel di atas nakas. Nia membuka aplikasi perpesanan berwarna hijau seketika dahinya mengerut saat melihat nama sang adik terpampang, tak seperti biasanya sang adik yang bekerja jauh mengirimkan dirinya pesan. Nia lantas membuka pesan tersebut dan seketika kedua bola matanya membulat sempurna.

Hal yang pertama Nia lihat adalah sebuah struk pengiriman uang dengan jumlah nominal yang sangat besar menurut Nia. Nia lantas membaca pesan yang di kirimkan oleh sang adik, bahwa adiknya menitipkan uang ke dalam rekening dirinya sebanyak ini. Adiknya bilang, untuk tabungan membangun rumah dan tabungan pernikahannya yang dititipkan melalui Nia.

"Banyak sekali...."

**

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Pilihanku Menyakiti Anakku   Pergi Dari Rumah Ini

    Deg"Gea kan memang punya, Papa," jawab Nia. "Papa Edi," lanjutnya lagi.Gea menundukan kepalanya, "Iya, tapi Papa tidak pernah mengunjungi Gea. Gea iri sama temen-temen yang selalu di temani Papanya saat bermain," ungkapnya.Kedua netra Nia berkaca-kaca. Entah kini siapa yang harus di salahkan dalam hal ini. Dirinya yang terlalu egois demi mementingkan kebahagiannya dan mengorbankan sang putri atau Edi yang tak pernah sedikit pun menanyakan tentang kabar putrinya. Nia sangat tau jika perceraian antara kedua orang tua akan berdampak buruk kepada anaknya, tetapi Nia pun tak bisa lagi mengalah dengan semua kebusukan sang suami yang dengan tega bermain di belakang. Apalagi sang mertua yang tak pernah menganggap dirinya sebagai menantu melainkan pembantu.**Hari berganti hari dan bulan berganti bulan. Saat ini usaha yang di rintis oleh Nia telah berkembang dengan pesat. Bahkan saat ini Nia telah membukan tiga cabang di berbagai daerah. Nia benar-benar tak menyangka berada di titik ini, t

  • Pilihanku Menyakiti Anakku   Ingin Mempunyai Papa

    Lampu merah berganti hijau, tanpa mengucapkan sepatah kata 'pun Nia mulai melajukan kembali motor maticnya. Sungguh Nia sudah tidak menginginkan untuk berurusan dengan keluarga yang sangat tidak tau diri. Bahkan sampai saat ini keluarga tersebut masih menyalahkan dirinya atas didikan yang telah ia berikan kepada putrinya.Nia tau jika apa yang di lakukan oleh putrinya sangat salah, tetapi Nia sendiri 'pun tidak bisa memaksa sebab Nia sangat tau jika putrinya sangat membenci keluarga dari Edi. Padahal, sudah berulang kali Nia mencoba memberikan pengertian agar putrinya tak membenci siapapun, tetapi nyatanya kenangan buruk yang telah di torehkan oleh keluarga tersebut sangat membekas di ingatan Gea."Apa Ibu marah sama, Gea?" "Kenapa Ibu harus marah sama putri, Ibu?" "Karna Gea tidak menjawab ucapan, Nenek. Bukankah selama ini Ibu mengajarkan Gea untuk berlaku sopan kepada yang lebih tua?" Nia menganggukan kepalanya. Ia ingin mendengar alasan apa lagi yang akan putrinya katakan."Gea

  • Pilihanku Menyakiti Anakku   Pertemuan

    Dua tahun kemudian, kehidupan Nia berangsur membaik begitu 'pun dengan ekonominya saat ini. Tak ada rasa ketakutan akan kelaparan dan kehabisan uang, bahkan saat ini usaha yang Nia buka dengan modal pas-pasan telah bercabang dengan omset yang begitu menggiurkan.Rara salah satu orang kepercayaan Nia selama dua tahun ini. Rara yang selalu memeriksa keuangan dan kondisi di restoran yang berada di pusat maupun di cabang.Jika dahulu hanya menyediakan menu bubur, kini Nia membuka restoran yang menyediakan berbagai menu.Nia bersyukur atas semua kenikmatan yang di berikan oleh Tuhan, Nia bahkan tak menyangka jika dirinya bisa berdiri hingga di titik ini. Bagi Nia, bisa makan adalah suatu kebahagian tersendiri untuk dirinya tanpa harus mengemis ke orang lain."Ibu..." Gea berlari menghambur ke dalam pelukan Nia, bocah kecil yang dulu berbadan kurus kini seiring berjalannya waktu tubuh Gea semakin berisi dan pipinya 'pun terlihat chuby."Ada apa anak cantik, Ibu?" tanya Nia dengan mendaratka

  • Pilihanku Menyakiti Anakku   Fitnah Riri

    "Aku tadi bertemu dengan Mbak Nia," ungkap Riri."Apa? Nia? Kamu bertemu dia dimana?" tanya Ratmini dengan begitu penasaran."Di pasar malam. Dia mempermalukanku dengan menjelekanku di depan umum dan mengatakan jika aku sudah merebut Mas Edi dan membuat rumah tangganya berantakan." tubuh Riri bergetar seiring semakin derasnya air mata yang membasahi pipinya."Kurang ajar! Dia benar-benar keterlaluan." Ratmini seketika emosi mendengar aduan dari menantu kesayangannya tanpa mencari tau kebenarannya.Jelas saja Ratmini begitu percaya kepada menantunya, karna sejak dulu Ratmini tak pernah menginginkan Nia menjadi menantunya dan sejak dulu pula Ratmini tak pernah menyukai Nia."Ibu jangan bilang sama Mas Edi. Aku tidak mau Mas Edi melakukan sesuatu dan menyakiti Mbak Nia," mohon Riri."Hati kamu begitu baik, sayang. Ibu benar-benar merasa bersyukur memiliki menantu seperti kamu. Tapi jika hal ini tidak di beritahukan kepada Edi, Ibu taku Nia akan semakin kurang ajar. Ibu tau jika dia masih

  • Pilihanku Menyakiti Anakku   Air Mata Buaya

    Nia hanya mendengkus kesal dengan kata-kata ejekan tersebut. Tak ingin ada perdebatan, Nia lantas berlalu begitu saja tanpa memperdulikan wanita tersebut. Sedangkan Riri yang merasa di abaikan oleh Nia meradang, ia seseorang yang paling tidak suka di abaikan oleh siapapun termasuk oleh orang-orang yang tak ia sukai."Heh janda bodong! Apa kau sekang sudah menjadi simpanan Om-Om berkumis tebal sehingga mampu mengajak putri jelekmu jalan-jalan." Riri kembali mematik pertikaian dengan Nia, ia seolah tak puas sebelum Nia menangis di hadapan dirinya dan memohon agar tak lagi melontarkan kata-kata ejekan seperti itu.Tangan Nia mengepal dengan kuat, andai jika bukan di muka umum mungkin saja Nia sudah menarik bibir yang berwarna merah menyala tersebut. Lagi-lagi ia harus bertemu dengan wanita tak ada adab seperti Riri yang hanya bisa menguras emosinya."Ah aku lupa jika kau hanya wanita kampung yang berpenampilan lusuh sehingga aku rasa tak akan ada om-om yang berminat kepadamu." "Apa kau

  • Pilihanku Menyakiti Anakku   Janda Bodong

    Nia dengan cepat berteriak memanggil warga agar membantu dirinya. Setelah melihat kepergian laki-laki jahat tersebut, Nia lantas menghampiri wanita yang tengah duduk di tanah dengan terisak."Kamu nggak kenapa-kenapa?" tanya Nia.Wanita yang terlihat masih berumur belasan tahun menggelengkan kepalanya. Air matanya masih masih menetes membasi pipinya. penampilannya terlihat acak-acakan akibat ulah orang-orang jahat tersebut."Rumah kamu di mana?" tanya Nia kembali.Gadis berkulit kuning langsat tersebut menggelengkan kepalanya, "Aku dari kampung, di sini aku ingin mencari pekerjaan. Beruntung Mbak bantuin aku, sehingga dompetku aman tidak di ambil oleh mereka," sahut gadis tersebut."Jadi kamu belum mempunyai tempat tinggal saat ini?" lagi-lagi gadis tersebut menggelengkan kepalanya."Ya sudah, lebih baik kamu sekarang ikut saja denganku," ujar Nia.Gadis yang terlihat lugu tersebut mendongakan kepalanya, sangat terlihat jelas jika gadis tersebut sangat ragu untuk menerima tawaran dari

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status