Perselingkuhan dan pengkhianatan yang dilakukan oleh Arsa membuat Andira marah besar. Ia mencoba menyelidiki siapa wanita yang menjadi simpanan suaminya. Dan betapa terkejutnya ketika Andira mengetahui bahwa wanita simpanan Arsa adalah adik tirinya. "Kamu telah mencuri ayahku. Tak akan aku biarkan kamu merebut suamiku!" Selingkuhan Arsa, mengejek dan menantang Andira. "Kita lihat siapa yang akan dipilih oleh Arsa. Aku, atau kamu? Aku bukan hanya bisa merebut suamimu. Tapi juga anak-anakmu. Akan aku rebut apa yang kamu miliki!" Andira tak mau apa yang menjadi miliknya direbut kembali oleh sang adik tiri. Apakah Andira akan berhasil mempertahankan rumah tangganya? Bagaimana reaksi sang suami ketika mengetahui Andira membalas dendam kepada orang yang telah mengkhianatinya? "Jika aku tidak berhasil mempertahankan semua yang aku miliki, akan lebih baik jika kalian semua mati bersama. Kalian hancur bersama-sama!"
View More"Pengkhianat kalian!" desisnya.
Andira menatap tajam dua sosok manusia yang bermesraan di lobby hotel seberang jalan. Tangannya menggenggam erat setir kemudi dengan napas yang tertahan karena amarah. Ingin rasanya ia keluar dari mobil untuk melabrak mereka berdua. Namun, ia merasa saat ini belumlah waktu yang tepat.
"Jadi selama ini, kamu berselingkuh di belakangku?" Andira tersenyum miris.
Sosok manusia yang ditatap oleh Andira, salah satunya adalah Arsa---suaminya. Terlihat dengan jelas dimatanya, Arsa sedang berciuman dengan penuh nafsu bersama wanita itu. Hati Andira tentu saja terbakar melihat itu semua. Pria yang selama ini ia percaya dan ia jadikan tempat bersandar, tega menusuknya dari belakang.
Selama ini ia banyak menaruh kecurigaan terhadap sang suami. Karena terlalu misterius, ia tidak bisa membuktikan dengan fakta. Di malam ini, di bukakan tabir yang selama ini menghantui dirinya.
"Apa salahku selama ini? Selama 5 tahun kita menikah, tidak pernah kamu sekalipun menyakitiku. Dan sejak kapan kamu berhubungan dengan wanita itu?" gumam dengan bibir bergetar.
Andira mengangkat wajahnya mencoba menahan air mata yang akan terjatuh. Kenyataan ini cukup menyakitkan. Tapi ia berusaha kuat dan tidak ingin menangis.
Andira mengambil kamera dan mengambil beberapa gambar. Foto-foto itu, akan ia jadikan bukti suatu hari nanti. Dengan wajah wanita yang terekam jelas, ia perlu mencari tahu dan menyelidiki siapa wanita itu sebenarnya.
Berusaha mati-matian menguatkan hati, Andira mengambil ponsel yang ada di dalam tasnya. Ia mencari nama kontak sang suami untuk menanyakan keberadaannya. Ia ingin melakukan pengujian. Apakah Arsa akan berbicara jujur?
Andira pikir, Arsa akan mereject panggilannya. Tapi tanpa disangka, pria itu mengangkat telepon seolah tak terjadi apapun. Andira melihat gestur tubuh Arsa yang mengisyaratkan selingkuhannya agar tidak bersuara.
"Halo, Mas Arsa!" panggil Andira dengan lembut.
"Iya, Sayang." Arsa menjawab panggilan Andira dengan suara yang sangat mesra. Andira tiba-tiba merasa muak dengan suaminya. Karena di balik kelembutan itu, terdapat sebuah luka yang tertoreh untuknya.
"Mas Arsa di mana?" Andira tetap bersikap lembut meskipun hatinya seperti disayat pisau.
"Aku ada di kantor, Sayang. Lagi lembur."
Andira tertawa dalam hati. Sesuai dugaannya, Arsa berbohong. Entah semakin ditanya akan menambahkan kebohongan apa lagi.
"Benarkah? Apa masih lama pulangnya?" tanya Andira memastikan.
"Kurang tahu, Sayang. Ini juga kalau tidak ada kendala, setelah selesai aku akan keluar kota."
Andira melebarkan matanya. Ke luar kota? Untuk apa? Untuk pekerjaan, atau pergi bersenang-senang dengan selingkuhannya?
"Kenapa mendadak sekali?" Biasanya Arsa bila akan ke luar kota sudah memberitahu Andira lebih dulu.
"Ada masalah dengan proyek di sana."
"Tapi, Mas Arsa pulang sebentar 'kan?"
"Tentu, Sayang. Aku ingin mengambil beberapa pakaianku."
"Baik. Nanti aku akan siapkan," sahut Andira dengan datar.
"Makasih, Sayang. Sampai nanti."
Sambungan telepon kemudian diputus secara sepihak oleh Arsa. Andira mendengus kesal menatap tajam kearah dua orang itu. Terlihat, Arsa merangkul bahu wanitanya dan masuk ke dalam mobil.
Andira tersenyum sinis. "Lembur di kantor? Ya. Kamu memang lembur. Tapi bermain-main dengan wanita itu."
"Kira-kira siapa wanita itu sebenarnya?" gumam Andira.
Andira menyalakan mesin mobilnya, dan mengikuti mobil sang suami. Tak ingin ketahuan, ia menjaga jarak dari jauh. Tapi ia tetap waspada agar tidak kehilangan jejak mobil Arsa.
Andira memperhatikan Arsa yang mengambil jalan menuju ke kantor. Sepertinya mereka akan melakukan sebuah pekerjaan lagi. Tapi ... Entah memang melakukan pekerjaan yang lain dalam tanda kutip, ia tak tahu.
Dan pada akhirnya, Arsa sampai di kantornya. Ia keluar dan memutari mobil membukakan pintu untuk wanita itu. Andira menyipitkan matanya. Ia kembali mengambil beberapa gambar dua orang itu.
Setelah Arsa dan wanitanya masuk ke perusahaan, Andira pergi dari sana. Karena sebentar lagi Arsa akan pulang ke rumah. Dan Andira harus mempersiapkan diri menyambut kepulangan Arsa.
Perjalanan 30 menit menuju rumah, terasa sangat melelahkan bagi Andira. Bukan karena kemacetan, bukan jarak yang jauh, atau kondisi jalan yang buruk. Semua karena akhir hari yang membuat dirinya terguncang. Ia tak pernah menyangka bahwa, seseorang yang selama ini ia jadikan sandaran tega melukai batinnya.
Andira keluar dari mobil dengan wajah lesu. Di teras, terdapat dua orang anaknya yang menyambut kedatangan sang Ibu. Beruntung Andira sudah menghapus air matanya sebelum keluar agar tidak terlihat oleh anak-anaknya. Dalam suasana hati yang kacau seperti sekarang, mereka dapat menjadi penghibur.
"Mama sudah pulang?" tanya Zeya---putri pertama Arsa dan Andira.
Andira tersenyum. "Iya, Sayang. Sini peluk Mama!"
Kedua anak yang lucu itu, menghambur ke pelukan ibunya. Zeya dan adiknya memeluk erat tubuh Andira yang lelah. Bukan hanya lelah raga. Tapi lelah dengan pikiran dan hati.
Baru mengetahui sekali suami selingkuh, rasa lelahnya seperti ini. Bagaimana dengan wanita yang ada di luar sana? Menahan batin selama bertahun-tahun dengan suaminya yang berkhianat. Andira tak bisa membayangkan itu.
Pelukan hangat dari dua malaikat kecilnya, membuat Andira sedikit lega. Seolah ia baru saja meminum obat untuk menghilangkan rasa sakit sementara. Andira mengajak kedua anaknya masuk.
"Bagaimana hari setelah pulang sekolah?"
"Menyenangkan, Ma," jawab Darrel, adik Zeya.
Mereka berdua bercerita mengenai seharian aktivitas mereka. Zeya dan Darrel bercerita betapa asyiknya menanam bunga di taman bersama dengan Pak Rahmat, salah satu pekerja di rumah mereka. Andira tersenyum dan mendengarkan secara antusias cerita kedua anaknya.
"Senang sekali Mama sudah pulang. Tinggal tunggu Papa yang sebentar lagi pulang," kata Zeya dengan penuh semangat.
"Papa lembur," beritahu Andira kepada mereka.
"Yah ... Kok Papa lembur terus sih?" keluh Zeya.
"Iya. Mana pulangnya selalu jam 12 malam," timpal Darrel dengan wajah sedih.
"Padahal Papa tadi pagi janji mau pulang cepat. Biar bisa main bareng. Kita nggak pernah punya waktu main bareng Papa," ucap Zeya dengan kecewa.
Andira memperhatikan raut sedih di wajah anak-anaknya. Kedua anak itu sangat dekat dengan Arsa. Dengan Arsa yang selalu menjanjikan tetapi tidak pernah menepati, membuat kecewa di hati mereka.
"Ini pasti karena Arsa sibuk dengan dunianya bersama dengan wanita itu. Jika tidak, ia tidak akan mungkin melupakan anak-anaknya," batin Andira geram.
Untuk menghibur anak-anaknya, Andira mengantarkan mereka ke kamarnya dan membacakan buku cerita. Tak lama, kedua anak berusia 5 dan 7 tahun itu tertidur pulas dalam pelukan ibunya di kedua sisi.
Setelah selesai mengurus kedua anaknya, sambil menunggu Arsa sampai di rumah, Andira memikirkan untuk mandi. Ia mempersiapkan diri dan berdandan secantik mungkin untuk menyambut kepulangan Arsa. Setelah selesai bersolek, ia mendengar suara mobil berhenti. Andira tersenyum karena ia tahu bahwa Arsa sudah pulang.
Andira keluar dari kamarnya dan berjalan berlenggak lenggok menuruni tangga. Terlihat Arsa yang baru saja masuk. Ketika tatapan mereka bertemu, Andira menampilkan senyum yang ia buat semanis mungkin sambil berjalan mendekati Arsa. Arsa terpukau melihat penampilan istrinya yang berbeda dari biasanya.
"Sudah selesai lemburnya, Sayang?" tanya Andira dengan suara yang dibuat mendayu-dayu.
Arsa mengerjap sebentar melihat sikap Andira yang berbeda. "Sudah, Sayang."
"Mau langsung mandi, atau makan dulu?"
"Aku mau mandi dulu," jawab Arsa. Pria itu ingin melangkah ke atas, tetapi dihentikan oleh Andira.
"Sebentar." Interupsi Andira.
"Kenapa, Sayang?" Arsa mengerutkan keningnya heran.
Mata Andira menyipit. "Kenapa aku mencium aroma parfum seorang wanita di jasmu?"
"Nyonya ... Anak-anak dari tadi siang belum juga pulang dari sekolah." Beri tahu Ana---art di rumah Arsa dan Andira. "A-apa?" Andira terkejut bukan main. "Kenapa tidak mengabari saya dari tadi?" Andira baru pulang ke rumah setelah menjalani aktivitas dikantor firma hukum miliknya. Wanita itu pulang menjelang hari petang. Tapi ia diberikan kabar mengejutkan oleh Art-nya. "Maaf, Nyonya. Tapi saya sudah mencoba menghubungi nyonya ... ponsel Anda tidak aktif," jawab Ana dengan takut. Andira menghela napasnya kasar. Ia lupa bahwa ponselnya kehabisan daya. Wanita itu tanpa mengucapkan sepatah katapun, meninggalkan Ana menuju kamar. Ia memutuskan untuk menghubungi sang suami mengabarkan tentang hilangnya anak-anak mereka. Andira mengambil kabel pengisi daya untuk mengisi ponsel baterai. Ia memilih untuk mengambil ponselnya yang ia miliki satu lagi. Dengan adanya hal yang menimpa anak-anak, ia tidak bisa berlama-lama seperti ini. Ia harus memberitahukan Arsa. Suaminya harus tahu bahw
Hari ini adalah hari kedua setelah kepergian Arsa pamit keluar kota. Andira masih memantau pergerakan suaminya. Pria itu tetap berada di Jakarta dan istirahat di sebuah hotel. Hotel yang ditempati adalah hotel yang berbeda dari tempat ia bermalam dengan Jenna sebelumnya. Tring.Andira menaikkan sebelah alisnya ketika melihat sebuah notifikasi ponsel masuk. Notifikasi itu adalah notifikasi sadapan ponsel Arsa. Dan di sana terdapat hasil percakapan panas antara Arsa dan Jenna.Mengetahui bahwa mereka berdua berbalas pesan, itu menandakan bahwa Arsa tidak sedang berada bersama dengan Jenna. Andira membaca pesan yang isinya adalah perkataan Arsa yang tak ingin menikahi wanita itu. Jenna dalam pandangan Arsa, hanya penghibur pria itu dikala lelah dan bosan. Arsa menekankan pada Jenna agar jangan merendahkan diri untuk bisa tetap menjadi istri seorang pria yang telah menikah. Menjadi simpanan saja, sudah cukup untuk merendahkan diri. Tak perlu terlalu jauh melangkah apalagi ingin menjadi
"Jadi ..., wanita itu ...."Andira terkejut karena mengetahui wanita yang merupakan selingkuhannya masih ada kaitan dengan masa lalu dengan orang tuanya. Tangannya mengepal di bawah meja. Ada emosi dan luka yang menyeruak dari dalam dada."Ibu mengenalnya?" tanya Cindy curiga dengan ekspresi wajah Andira. Andira tersenyum kaku. "Ti-tidak. Hanya ..., saya sendiri paham dengan orang tuanya." "Apa Anda dengan orang tuanya dekat?""Tidak. Hanya sedikit tahu saja. Tapi tidak sampai kenal apalagi dekat," jawab Andira.Andira menghela napasnya. Satu fakta ia temukan lagi tentang wanita itu. Ternyata kekasih gelap suaminya, masih memiliki hubungan masa lalu dengan keluarganya.Andira ingin menangis saat ini juga. Wanita itu teringat akan penderitaan yang ia alami saat masa kecil dulu. Mengapa wanita itu datang ke hidupnya? Apakah ia akan kembali membuat dia sengsara seperti dulu?Demi apapun, Andira akan berusaha sekuat tenaga mempertahankan apa yang menjadi miliknya. Ia tak ingin melepaska
"Akhir-akhir ini, setiap aku pulang aku tidak pernah bertemu dengan mereka." Arsa menatap wajah kedua anaknya yang tertidur pulas. Andira memperhatikan raut wajah sendu yang ditampilkan oleh Arsa. Ia mengetahui bahwa pria itu tengah merindukan kedua anak mereka. Dan tidak bisa bertemu karena kesibukan."Mungkin kamu kecewa. Satu hal yang perlu kamu tahu, mereka lebih kecewa daripada kamu," beritahu Andira."Apa mereka marah sama aku?" lirih Arsa."Tadi saat aku barusan pulang sebelum kamu datang, mereka mengeluh bahwa kamu menjanjikan untuk memiliki waktu bersama mereka. Tapi, kamu tidak menepati janji untuk meluangkan waktu sebentar saja," sahut Andira dengan lembut namun berhasil menikam hati Arsa."Seharusnya kalau kamu memang tidak bisa menunaikan janji itu, jangan kamu ucapkan. Lebih baik kamu menyisihkan waktu tanpa menjanjikan apapun. Itu lebih membahagiakan daripada kamu memberikan janji dan harapan yang menyakiti mereka."Andira benar-benar kecewa. Baginya, sikap Arsa sangat
"Sebentar!" Interupsi Andira menghentikan langkah Arsa yang akan menaiki tangga.Andira melangkah mendekati Arsa. "Kenapa aku mencium aroma parfum seorang wanita di jasmu?""A-apa?!"Arsa melebarkan matanya mendengar pertanyaan yang dilemparkan oleh Andira. Pria itu terlihat, sedang mengingat aroma parfum siapa yang dipertanyakan oleh Andira. Andira tersenyum miring melirik ekspresi wajah Arsa.Parfum itu pasti milik wanita simpanannya. Andira menelanjangi Arsa dengan tatapan tajam. Arsa terlihat ketakutan dengan tatapan Andira."Ehh, ... Sa-sayang! Aku---""Parfum siapa itu?" potong Andira, "kamu tidak berganti selera memakai parfum wanita 'kan?""Sayang! Kamu ini mikirin apa sih?" Arsa tersenyum kikuk merasakan degup jantungnya berdetak cepat."Aroma parfum wanita di tubuh kamu itu, bukan parfumku. Kamu coba parfum milik siapa?" Andira bertanya sambil memicingkan mata."Begini, Sayang ...." Arsa terlihat menghela napas mencoba berpikir untuk mencari alasan dan merangkai kata agar An
"Pengkhianat kalian!" desisnya. Andira menatap tajam dua sosok manusia yang bermesraan di lobby hotel seberang jalan. Tangannya menggenggam erat setir kemudi dengan napas yang tertahan karena amarah. Ingin rasanya ia keluar dari mobil untuk melabrak mereka berdua. Namun, ia merasa saat ini belumlah waktu yang tepat. "Jadi selama ini, kamu berselingkuh di belakangku?" Andira tersenyum miris.Sosok manusia yang ditatap oleh Andira, salah satunya adalah Arsa---suaminya. Terlihat dengan jelas dimatanya, Arsa sedang berciuman dengan penuh nafsu bersama wanita itu. Hati Andira tentu saja terbakar melihat itu semua. Pria yang selama ini ia percaya dan ia jadikan tempat bersandar, tega menusuknya dari belakang.Selama ini ia banyak menaruh kecurigaan terhadap sang suami. Karena terlalu misterius, ia tidak bisa membuktikan dengan fakta. Di malam ini, di bukakan tabir yang selama ini menghantui dirinya."Apa salahku selama ini? Selama 5 tahun kita menikah, tidak pernah kamu sekalipun menyakit
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments