Share

DiRumah

last update Last Updated: 2021-10-08 11:59:03

***

Sesampai di rumah, seperti biasa, rumah ku pasti tak ada orang.

Orang Tua ku mempunyai warung nasi Ampera di pasar, dan selalu menghabiskan waktunya dari pagi hingga petang untuk berjualan.

Aku anak ke dua dari tiga bersaudara,

Kakak pertama ku sudah tamat sekolah dan saat ini sedang membantu Ibu dan Ayah di warung.

Sedangkan adik ku, masih berumur 5 tahun.

Aku merebahkan tubuhku yang terasa lelah karena banyaknya aktivitas yang ku lalui hari ini.

Mengambil hp di laci, lalu baring sambil memainkannya.

Ada dua panggilan tak terjawab dari nomer baru di hp ku. Pasti bang Ardan dan bang Rian.

Ada juga beberapa pesan dari cowok online ku.

Saat ini pacar ku ada tiga, yang pertama Toni, aku mengenalnya saat aku pulang ke tempat nenek waktu libur sekolah.

Yang kedua Rudi, dia ku temui dari f*.

Dan yang ketiga tadi Bobi, teman satu sekolah.

Mereka sangat baik padaku, tak jarang mereka selalu mengisi pulsa atau kuota internet ku agar kami tetap bisa berkomunikasi.

Hanya Bobi yang tak kuberi tahu nomerku .

Kebaikan Bobi dari seringnya dia mentraktirku dan Rere makan di kantin.

Biarlah Bobi hanya menjadi pacar saat ku disekolah.

Mendapatkan cowok sangatlah mudah, cukup mengandalkan wajah ku yang katanya 'cantik'. 

Drrrttt Drtttr Hp ku berdering karena ada panggilan dari Toni.

Sebenarnya aku sangat malas mengangkat telfon dari nya, lebih tepatnya aku telah bosan.

"Hallo Ay, baru pulang sekolah ya?" ucap Toni saat panggilan telah tersambung.

"Iya ay, baru aja sampai rumah!"

"Oh, makan dulu ay, biar perutnya ga kosong!"

"Iya Ay, yasudah aku makan dulu,ya?"

"Gak mau di temani?"

"Enggak deh, batre hp ku juga lowbet tadi lupa ngecas" ucapku yang sudah pasti bohong.

"Oh yasudah, nanti kalau batre hpnya sudah ada, sms aku ya biar nanti aku telfon!"

"Maaf ay, aku gak ada pulsa jadi ga bisa sms deh!"

Ini selalu menjadi cara ku untuk mendapatkan pulsa dari Toni, dia gak akan pernah membiarkan aku kehabisan pulsa.

"Oh yasudah, nanti biar aku isi"

"Jangan ay, malu aku ah kamu isiin terus pulsa aku!" aku berpura pura menolak, padahal ngarep banget.

"Gak papa ay, aku kan sayang sama kamu. Yang penting di sana kamu setia ya?"

Setia katanya? Mana bisa!

Mana bisa aku menolak cowok yang bisa aku manfaatkan. Ada ada aja si Toni !

"Iya Ay, pasti setia aku kok, yasudah aku makan dulu ya!"

"Iya Ay"

Setelah panggilan telah terputus, aku langsung mendapatkan sms dari Mkios.

Toni langsung mengirimkan aku pulsa dengan jumlah yang menurut ku  banyak, 50.000.

"Yess,Lumayan banget dah!"

Aku segera mengirimnya pesan dengan tanda titik dua bintang.

"Assalammualaikum, Ketuaaa? Anggota masuk ya?" Teriak seseorang dari luar pintu yang sudah pasti si Rere.

"Iya masuk, ketua lagi di kamar!" Balas teriak ku.

"Buset dah, belum ganti baju sekolah udah senyum senyum, kenapa, cerita dong?"

"Aku lagi bahagia ni, oya kau ada pulsa gak? Kalau gak ada biar aku transperrrr" ucapku saat Rere sudah di dalam kamar.

"Di isikan pulsa sama siapa kau?" 

"Biasalah, si Toni!"

"Oh, boleh deh transper yang 10 rebu ya?"

"Aman!"

Berbagi dari pemberian cowok hal yang biasa bagi kami, walaupun keseringan aku yang memberi ke Rere tapi sama sekali tak masalah bagiku. Hitung hitung juga sedekah untuk Rere,eh!

"Btw end baytheway kita kapan ni cari kayu untuk persiapan persami?" tanya Rere di sela kami bersantai ria.

"Sore aja deh, skrg mah panas!" sahutku dengan sambil memainkan f* kesayangan, mana tau ada yang kecantol.

"Tapi di mana?"

"Hmm, di belakang rumah bang Rian aja, kan banyak pohon tuh di belakang rumahnya!"

"Boleh juga!"

"Eh tp tunggu, kalau kita ambilnya d rumah bang Rian, mending minta tolong dia aja langsung yang ambilkan, yekan?"

Tanya ku seraya Menaik-turunkan  alis.

"Bisa juga tuh,"

Toktoktok tiba tiba  ketukan terdengar dari pintu depan. 

"Siapa tu,Ci?" tanya Rere penasaran.

Aku juga penasaran, siapa siang siang begini datang ke rumah. 

Apa Ibu atau Ayah? Tapi mereka tidak pernah pulang tengah hari begini.

Kalau ada apa apa pun, biasanya aku yang di suruh kesana.

"Yuk, Re kawanin aku buka pintu!" Aku mengajak Rere ke depan, karena sebenarnya aku takut.

"Takut ah!" jawab Rere yang tak kalah takut.

"Kan sama sama,Re. Yuk ah!" aku menarik paksa tangan Rere untuk membuka pintu.

Sebelum membuka pintu, kami membaca segala ayat yang kami ingat agar kami selalu di lindungi sama Allah.

Toktoktok

"Iya siapa?" tanya ku sebelum membuka pintu, tapi sama sekali tak ada sahutan.

Toktoktok

Aku dan Rere saling pandang dengan wajah yang ketakutan, padahal hari masih sangat terang.

Pelan ku genggam gagang pintu lalu klekk pintu terbuka.

"Bang Rian?" ucapku kaget dengan sosok yang ku temui tadi di depan gang.

"Hehe maaf abang menganggu jam istirahat kamu, abang cuma mau kasih ini, nasi bungkus untuk makan siang kamu" kata bang Rian sambil menyodorkan sebungkus nasi.

"Satu doang,eh!" Aku langsung menutup mulutku yang kebablasan.

"Eh maksudnya untuk Rere gak ada?" tanya ku dengan wajah yang pura pura polos.

Kulihat sekilas Rere sedikit merengut, apa dia cemburu? 

"Maaf Re, abang gatau kalau kamu ada di sini, jd abang cuma beli satu"

"biasa aja kali!" Jawab Rere cuek dan langsung kembali kedalam kamar.

Aku dan Bang Rian saling menatap melihat tingkah Rere yang sedikit aneh.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Playgirl Kelas Teri   Rere

    Sesampai di warung aku langsung mengambil ahli menjadi kasir, karena itu adalah bagian yang paling santai. Tidak terlalu banyak mengeluarkan tenaga.Berhubung warung sedang sepi, tidak lupa aku mengambil sepiring nasi karena cacing di perut ku sudah demo sedari tadi.“Laper,Ci?” Tanya Emak yang mungkin heran melihat porsi ku yang beda dari biasanya."Hehe. Iya, Mak. Labor Uci,Mak," jawab ku cengengesan."Apa labor?""Lapar borat, haha.""Dasar !" Seru Emak seraya mengeplak kepala ku dengan kertas nasi yang sedang Emak pegang."Aish, si Emak. Berdosa tau keplak kepala," ujar ku memanyunkan bibir."Gak berlaku itu sama Emak," jawab Emak santai.Emak mengambil nasi dan ikut makan di sampingku. Mungkin Emak selera melihat aku makan yang kelewat lahap."Bu, nasi satu,ya" tiba-tiba datang pembeli."Biar Suci aja,Mak," ucapku saat Emak hendak bangkit.Tak tega rasanya melihat Emak yang sedan

  • Playgirl Kelas Teri   Rudi

    Aku kembali berjalan melewati teman-teman kak Resti. Tiba-tiba ada yang sengaja menahan langkah ku hingga terjatuh."Aduh," kataku spontan. Semua teman kak Resti reflek ketawa melihat aku terjatuh. Kecuali satu, cowok yang tadi bilang aku cantik. Ia tak tertawa sama sekali, malahan ia menatap marah ke cewek yang sengaja membuat aku tersandung."Hati-hati,dek," ucap cewek itu. Nada ucapannya jelas seperti mengejek."Kok kamu gitu sih, Ntan?" Bentak cowok tadi. "Oh cewek kejam ini namanya Intan" kata ku dalam hati."Kan aku cuma bilang hati-hati, terus salah aku di mana?" tanyanya pura-pura tak merasa bersalah."Sudah,Bang. Aku gak papa," sahut ku mencoba menengahi."Noh, dianya aja bilang gak papa, kok malah kamu yang sewot.""Ada apa ini?" tanya kak Resti yang baru muncul dari dapur."Tuh adik mu jatuh, malah aku yang disalahkan sama Rudi," jawabnya ketus."Sudahlah, aku tak apa kok," ucapku kembali mencoba menenga

  • Playgirl Kelas Teri   Marah

    Harapan cuma harapan, Bang Ardan memberhentikan motornya tepat di depan warung Bang Rian.Seketika jantungku berdetak kencang dan serasa ingin kentut sangking gugupnya."Kau mau minum apa?" Tanya Bang Ardan."Ini aja,Bang. Btw, jauh banget kita beli minumnya," ujar Rahmat."Iya sekalian lihat pujaan hati," jawab Bang Ardan.Di balik kardus minuman aku terus mengintip mereka berdua. Untungnya Bang Rian diam dan tidak melihat ke arah ku."Abang ini temannya Suci kan yang tadi pagi?" Tanya Bang Ardan. Oh iya aku lupa, tadi pagi saat sedang bersama Bang Rian, Bang Ardan datang mengajak ku boncengan ke sekolah. Duh, kenapa aku lupa coba. Seharusnya Bang Rian juga ku ajak sembunyi. Eh tapi mana bisa!"Oh Abang ini yang tadi pagi pergi sekolah bareng Suci 'kan ?" tanya Bang Rian memastikan."Abang ada lihat Suci pulang sekolah?""Emm, kayaknya gak ada,deh. Mungkin belum pulang," ujar Bang Rian berboh

  • Playgirl Kelas Teri   Memilih

    Aku juga tak tahu harus berbuat apa dengan mereka berdua. Tidak ku sangka akan berjumpa dengan keduanya di sini.Kantong Doraemon, aku butuh bantuan mu agar aku bisa hilang dari hadapan mereka berdua."Apa kau nembak Suci juga,?" tanya Bang Ardan. Rahmat mengangguk cepat."Abang juga?" tanya Rahmat balik."Iya, ni datang menemui Suci untuk minta jawaban," jawab Bang Ardan."Bang Ardan, Rahmat, maaf ya, Suci kebelet nih. Boleh Suci ke toilet bentar?" alasanku berbohong. Aku hanya ingin lari dari mereka."Gak. Kamu harus selesaikan ini semua,Ci. Kamu harus kasih kami jawaban, siapa yang kamu pilih. Aku atau Bang Ardan?" Rahmat menahan tangan ku saat aku ingin bangkit.Sepertinya aku yang harus mengalah untuk tidak mendapatkan keduanya. Karena kalau ku pilih salah satu, yang ada mereka akan saling tak enak. Mereka sepupuan, aku tak ingin merusak hubungan mereka.Ku atur nafas sebelum menjawab. "Sebelumnya Suci mint

  • Playgirl Kelas Teri   Bertemu

    Aku berjalan keluar kelas dengan tangan yang sedang di tarik Ayu.Kulihat kebelakang tidak ada Rere.Apa dia masih di dalam kelas?Untuk apa?Aku jadi semakin yakin kalau Rere adalah pelakunya."Tungga,Yu," pinta ku pada Ayu."Kenapa?" tanya Ayu penasaran.Aku menunjuk ke arah kelas dengan gerakan kepala. "Noh, si Rere masih di dalam kelas!" ucapku ketus."Tuh 'kan? Buat curiga 'kan kayak gitu. Ngapain coba dia masih di dalam kelas?" seru Ayu kesal.Aku berjalan pelan balik ke arah kelas. Namun belum sampai ke kelas Rere sudah keluar."Ngapain kok lama?" tanyaku penuh selidik."Eh? Em anu, tadi ikat tali sepatu. Iya aku ikat tali sepatu. Begitu mau jalan eh malah lepas," jawab Rere yang terlihat gugup."Oh!" kataku singkat.Aku kembali berjalan dengan menggandeng tangan Ayu, sedangkan Rere mengekor dari belakang."Ayu, kau ada chatingan sama cowok gak?" tanya Rere saat kami telah duduk di kanti

  • Playgirl Kelas Teri   Bertengkar

    "Ayu jangan dekat-dekat sama Suci. Nanti di ajak jual diri juga lho," ucap Putri saat kami tiba di kelas."Siapa yang jual diri?" Bentak seseorang membuat kami bertiga terkejut."Kalian ya, masih SMP tapi bahasa kalian sudah seperti orang dewasa," Buk Ranti guru agama memarahi kami."Siapa yang kalian tuduh jual diri?" sambung Buk Ranti.Spontan Putri dan Ayu melihat ke arahku.Aku langsung menggeleng, "Enggak benar,Buk. Mereka menuduh Suci tanpa bukti. Iyakan, Yu?" ucapku sambil meminta pembelaan dari Ayu."Iya,Buk," jawab Ayu mengangguk."Tapi kamu memang di beri uang kan sama cowok?" ujar Putri membenarkan tuduhannya.Buk Ranti membenarkan kacamatanya dan memandang ku meminta penjelasan."Dia teman Suci dari kampung nenek,Buk. Kebetulan dia kemarin main ke rumah Suci. Bahkan Emak dan Ayah nyuruh dia nginap,""Tuhkan,Buk. Pasti di rumahnya tu mereka melakukannya." Putri memotong ucapan ku."Kau kira di ruma

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status