"Mama, aku tak mau menikah dengan Igo. I hate him!" Ciara menghentak-hentakkan kakinya memprotes perjodohan yang telah divoniskan atas dirinya dan Rodrigo. Semenjak masih SMP, mereka sudah jadi musuh bebuyutan seperti Tom and Jery. Rodrigo alias Igo, sama halnya dengan Cia. Pemuda itu mengamuk karena tahu orang tuanya menjodohkan dia dengan gadis pecicilan yang selalu menentangnya di sekolah. "Ma, yang bener aja? Tuh cewek nggak tipeku banget, bisa-bisa Igo masuk RSJ kalo dia jadi biniku!" Lantas bagaimana jika mereka HARUS SEKAMAR DAN SERANJANG untuk selamanya? Ditambah lagi Igo dan Cia berusaha merahasiakan status mereka yang notabene laki-bini dari teman secircle pergaulan mereka demi menjaga muka masing-masing. Akankah yang benci itu tidak berubah menjadi bucin? Yuk baca kisah cinta muda-mudi masa kini ini hanya di karya terbaru Agneslovely2014, Sleep With My Enemy. Happy reading!
Lihat lebih banyak"Ayah, yang kuat. Jangan tinggalkan kami!" Hartono menggenggam erat tangan keriput yang bergetar hebat itu dengan mata berkaca-kaca.
"Ton, lakukan keinginan terakhir Ayah. Uhuukk ... nikahkan putrimu dengan anaknya Bastian yang nomor dua. Cepaat sebelum nyawa ini melayang dari ragaku!" titah Anggito Bramantyo, kakeknya Ciara.
Dengan tanpa pikir panjang, Hartono pun berkata tegas ke istrinya, "Ma, sepulang sekolah langsung bawa Ciara ke rumah sakit buat dinikahkan dengan putra keduanya Mas Bastian. Ini permintaan terakhir ayah!"
***
"DUKK!"
"ADUH! Sialan, siapa yang berani lempar bola basket ini ke kepalaku, hahh?!" Sosok pemuda yang paling disegani sekaligus menjadi idola semua angkatan di SMA Teruna Negeri itu memegangi kepalanya yang benjol dan berdenyut-denyut pening sambil melotot.
Beberapa telunjuk tertuju ke seorang murid perempuan yang mengenakan kostum basket warna biru putih. Rodrigo berkacak pinggang dengan muka mendung menghampiri pelaku tindak kekerasan atas dirinya barusan.
"Lo bisa kagak sehari aja jauh-jauh dari masalah. Sengaja lo cari gara-gara sama gue, hmm?! Ring basketnya di sono tuh, begok!" dentum Rodrigo yang beken dipanggil Igo oleh murid seantero SMA Teruna Negeri.
"Haish ... please ya, ini nggak sepenuhnya salah gue. Lo yang lewat di lapangan basket. Kita tuh lagi latihan buat lomba PORDA. Gue niat oper bola ke Lindsey, kalo dianya meleset nangkap bola dan nyasar ke kepala lo ... lantas itu salah gue gitu?" Ciara yang menjadi kapten tim basket putri pun berdecak kesal sembari bersedekap tanpa gentar menghadapi kemarahan ketua geng paling disegani di sekolah mereka.
"Alaa ... banyak alesan lo! Pokoknya lo tanggung jawab sekarang, gue kagak mau tahu!" Rodrigo segera menyeret paksa gadis itu meninggalkan lapangan disaksikan seisi lapangan dan sekitarnya.
Semua menebak-nebak hukuman apa yang akan diberikan Igo untuk Ciara. Sementara itu sesampainya mereka di halaman belakang sekolah, Igo berkacak pinggang seraya berteriak ke gadis dengan cepol di puncak kepalanya, "Squat jump seratus kali baru gue maafin!"
"Hahaha. Lo pikir ini zaman kumpeni apa romusha gitu?! Lagian gue nggak takut sama lo. Emang kalau gue kagak mau squat jump seratus kali, lo mau apa, hahh?!" Ciara bersedekap menaikkan dagunya menantang Igo.
"LO!!" tunjuk Igo emosi.
Tanpa menunggu apa pun, Ciara balik badan dan mengeloyor pergi. Dia tak mempedulikan sumpah serapah dengan pembacaan daftar absensi kebun binatang yang terlontar dari mulut Rodrigo.
"Awas kesambet kunti deh lo, berisik amat!" teriak Ciara diiringi tawa cekikikan mengejek sebelum berlari kabur dari halaman belakang sekolah.
Karena sudah waktunya jam pelajaran dimulai, semua siswa siswi SMA Teruna Negeri berada di dalam kelas masing-masing. Demikian pula Ciara yang masih mengenakan seragam tim basket sekolah segera duduk di bangkunya.
Lindsey yang merasa bersalah karena kejadian bola basket nyasar tadi segera berbisik di samping Ciara, "Soriii, Cia!"
"Gakpapa. Apesnya si cowok sok keren itu kena cipok bola basket. Lagian gue happy lihat kepalanya benjol. Hihihi!" sahut Ciara lalu segera memasang tampang default ke arah papan tulis.
Sementara itu di kelas 12, Rodrigo disambut rekan-rekan segeng-nya. Kevin merangkul bahunya seraya berkata, "Pacarin tuh adek kelas biar tertib, Goo!"
'Anjiirr ... Cia tuh adek kandung gue!' batin Alex, sobat Rodrigo. Selama ini dia merahasiakan hubungannya dengan Ciara karena kedua makhluk itu jelmaan real Tom and Jerry, musuh bebuyutan sedari SMP. Setiap kali Igo main ke rumah, dia selalu menyuruh Ciara bersembunyi agar tidak melihat adiknya demi persahabatan mereka.
"What the hell, Kev! Lo aja kalo mau apes, pacarin tuh cewek sengklek!" bantah Rodrigo dengan muka masam seperti belimbing wuluh.
Tak lama kemudian mereka langsung diam dan tertib di kursi masing-masing karena guru paling killer seantero SMA Teruna Negeri telah memasuki kelas. Pak Sarwono yang berkumis tebal menyapa anak-anak didiknya dengan nada Do tinggi seperti biasa, "SELAMAT SIANG, ANAK-ANAK!"
"SELAMAT SIANG, PAAAK!"
Pelajaran di sekolah memang berlangsung seperti biasa. Akan tetapi, di tengah keluarga Hartono Sasmita dan keluarga Bastian Sutedja sedang dicekam ketegangan menunggu kepulangan putra putri mereka.
"Ingat, Ma. Kamu harus bujuk Rodrigo mau nikah kilat dengan gadis di foto yang dikirimin sama Mas Hartono ini. Cantik kok, imut-imut, kelihatan smart. Cocok jadi calon istrinya Igo!" pesan Pak Bastian Sutedja kepada Nyonya Chintami.
Ibunda Rodrigo itu mengangguk patuh. "Diusahakan ya, Pak. Zaman sekarang susah banget anak-anak buat dipaksa nikah karena perjodohan. Apalagi karena wasiat terakhir orang tua. Mama agak kurang yakin!"
"Lho, harus mau, Ma. Ini jodoh terbaik Igo. Biasanya wasiat orang tua itu ampuh, ada makna spesial kenapa harus dua anak remaja itu disatukan!" desak Pak Bastian yang menganggap permintaan terakhir dari ayah sobat kentalnya itu sebagai hal yang sakral.
Nyonya Chintami pun menghela napas tak berani menentang keinginan suaminya. Dia tidak ingin dicap sebagai istri durhaka. Maka saat mobil yang menjemput Rodrigo sampai di depan teras rumah, beliau segera bangkit dari sofa seraya berkata, "Doain Mama berhasil bujuk Igo ya, Pa!"
Pemuda jangkung berseragam putih abu-abu itu berjalan cepat menghampiri ibundanya lalu mencium punggung tangan Nyonya Chintami. "Tumben kok Igo disuruh pulang cepet dari sekolah sih, Ma. Ada apa?" tanya Rodrigo lalu dia melihat papanya juga sudah pulang kantor dengan pakaian rapi duduk di sofa, "Ma, tumben papa sudah ada di rumah?"
"Iya, ada urusan penting menyangkut kamu. Yuk kita naik ke kamarmu dulu. Mama mau ngomong penting!" ujar Nyonya Chintami sembari merangkul bahu putranya.
Di dalam kamar Rodrigo, acara pernikahan kilat yang harus dilaksanakan siang jelang sore itu di rumah sakit diceritakan. Awalnya pemuda itu mendengarkan tanpa protes dan mencoba menabahkan diri karena itu permintaan terakhir orang tua yang hampir meninggal dunia. Dia berdosa kalau menolaknya.
"Ini foto calon istri kamu, Igo!" Nyonya Chintami membuka galeri ponselnya lalu menunjukkan foto gadis yang akan dinikahkan dengan putranya hari ini juga.
"HAAHH?!" Teriakan Igo yang terkejut setengah mati membahana di dalam kamar disusul protes keras, "Ma, yang bener aja. Tuh cewek nggak tipeku banget, bisa-bisa Igo masuk RSJ kalo dia jadi biniku!"
"Memang kamu kenal sama gadis manis di foto ini, Igo?!" tanya Nyonya Chintami sama terkejut mengetahui reaksi keras putranya.
"Dia adik kelas Igo, Ma. Lantas setelah kami sah menikah, bagaimana sekolah kami?" tanya Igo bernada panik. Dia belum juga lulus SMA, masih setengah semester lagi yang harus ditempuhnya.
Nyonya Chintami mengendikkan bahunya. "Waduh, tentang hal itu ... coba kamu nanya ke papa langsung deh!"
"Igo mau turun ketemu papa sekarang juga. Ini nggak bisa dibiarin. Gile bener dah!" tukasnya seraya melesat keluar dari kamar dan menuruni tangga kayu melingkar di rumahnya cepat-cepat.
"PAPA, IGO MAU NGOMONG!" serunya lantang.
"Raymond, kamu di mana, Nak?!" seru Nyonya Wina memanggil putra bungsunya yang berusia tujuh tahun itu karena mereka sekeluarga akan berangkat bersama-sama ke New York pagi ini.Suara derap kaki yang berat dibalut sepatu boots menuruni tangga kayu dari lantai dua kediaman Subrata. "I'm coming, Mom!" jawab Raymond dengan napas terengah-engah.Pak Reynold yang sedang membaca pesan di ponselnya dari Vincent segera bangkit dari sofa ruang tengah. "Yuk kita berangkat sekarang biar nggak ketinggalan pesawat!" ajak pria berusia lebih dari setengah abad tersebut.Cleopatra yang telah beranjak remaja berjalan merangkul bahu adik kandung seayahnya menuju ke mobil. "Wow, aku tak sabar untuk bertemu Cedric dan Beryl!" ujar gadis itu seraya naik ke bangku belakang mobil Alphard putih bersama Raymond.Sementara itu di Amerika, Ciara dan Igo sekeluarga yang kini beranggotakan ayah ibu dengan sepasang putra putri tersebut sudah tiba di Bandara John F. Kennedy. Mereka memenuhi ajakan Vincent untuk men
"Congrats ya, Lindsey. Gue kagak nyangka lo bakal jadi kakak ipar gue lho. Sabar-sabar sama abang gue yang super rese dan kadang kurang sensitif sama cewek!" ujar Ciara heboh di telepon saluran internasional.Lindsey tertawa cekikikan menanggapi perkataan sobat kentalnya itu. "Udah kena wamil gue tiga tahun pacaran sama abang lo tuh. Mami papi minta nunggu gue wisuda S1 baru kami dibolehin nikah. Penginnya pas merid tuh di undangan sama-sama ada tittle sarjananya di belakang nama kami masing-masing. Bang Alex keren bisa lulus kuliah daring di luar negeri. Gue bangga punya calon suami yang berpendidikan tinggi dan mapan secara finansial di usianya yang masih muda!" puji gadis manis berlesung pipit itu."Kalian serasi dan saling dukung. Salut gue sama lo, Lind! Oya, gue hampir lupa mau say thank you ... gue denger dari Bang Alex, lo yang selama ini nemenin Papa Tono berobat rutin ke rumah sakit sampai sembuh. Asli, gue utang budi banyak sama elo. Malahan gue yang anaknya kagak bisa nger
Sekitar pukul 06.00 waktu Boston, Ciara mengerang sekuat tenaga dipandu oleh dokter Obsgyn yang bertugas membantu proses persalinannya. "Oeeekk!" Suara nyaring bayi berjenis kelamin laki-laki itu membuat Mama Wina dan Papa Reynold bersama Cleo di lorong depan ruang persalinan terkejut bercampur senang. "Udah lahiran kayaknya si Cia, Mas! Syukur kalau lancar prosesnya," ujar Mama Wina dengan binar bahagia di wajahnya. Cucu pertamanya yang made in Boston itu begitu berkesan karena dia jaga kehamilannya selama sembilan bulan.Dari arah lift nampak Vincent yang berjalan dalam langkah cepat menghampiri orang tuanya. "Gimana Ciara, Ma, Dad?" tanyanya cemas."Baru saja melahirkan tuh. Nah, susternya mau bersihin Baby Cedric sebelum disusui sama Cia!" jawab Mama Wina penuh senyuman. Anak sambungnya itu memang sangat perhatian kepada Ciara seperti adik kandung sendiri.Vincent menunggu semua proses pasca persalinan selesai sampai diizinkan masuk menengok Ciara ke dalam kamar. Dia melihat Igo
Dari bulan ke bulan kehamilan Ciara semakin menampakkan bentukan perut buncitnya. Dia masih rajin kuliah karena memang pendidikannya dibiayai beasiswa dari kampus. Presensi dalam setiap mata kuliah sangatlah penting untuk penilaian tanggung jawab mahasiswa. Sementara itu Igo sudah memasuki semester akhir di kuliahnya, sibuk menyusun skripsi. Jadwal sidang skripsinya ditentukan minggu ini. Dia tetap menjaga dan mengurusi istrinya yang sedang hamil besar. Seperti sore ini pasangan muda tersebut berjalan-jalan di taman kota yang nampak indah karena sedang musim semi. Tangan Igo menggenggam telapak tangan mungil berjemari lentik itu sembari berjalan menyusuri jalan setapak di antara tanaman bunga serta pepohonan yang daunnya menghijau."Sudah empat musim lengkap gue berada di Boston, Cayank. Rasanya kangen juga sama Bandung. Kenangan kita di hutan anggrek Cikole, perkebunan teh, pemandian air panas, dan juga glamping yang terakhir tuh berkesan banget!" ujar Ciara seraya menoleh menatap
Selama kuliah di kampusnya, Ciara tidak begitu berkonsentrasi dengan pemaparan dosennya. Hasil USG kehamilannya positif. Dia akan menjadi mama di usia 20 tahun. Muda sekali!Ciara takut dia akan mengalami baby blues syndrome dan menjadi tantrum. Kecemasannya yaitu kehamilan serta hadirnya bayi akan mengganggu kuliahnya dan juga kuliah Igo.Sebuah pesan masuk ke HP Ciara. Ternyata Igo sudah memberi kabar bahagia itu ke Mama Wina. "Cia, kamu jaga kehamilan pertama ini dengan hati-hati. Mama dan Papa Rey akan terbang ke Boston besok pagi waktu Indonesia. Sepertinya kami akan menetap di Amerika sampai kamu melahirkan dan bayi kalian bisa makan bubur selain ASI.""Sepertinya Cia memang butuh bantuan Mama. Cia kuatir kehamilan ini akan ngeganggu kuliahku dan Igo juga. Lalu Papa Rey apa bisa meninggalkan pekerjaannya di Indonesia, Ma? Cia nggak pengin ngerepotin semua orang!" ketik Ciara membalas pesan mamanya."Nanti Papa Rey yang bakalan bolak-balik US-Indonesia. Kasihan Bang Alex juga kal
Seperti yang dikatakan Igo, barang-barangnya di asrama mahasiswa hanya dua koper besar saja. Tak butuh waktu lama untuk memindahkan itu semua ke apartemen yang akan dihuni oleh mereka berdua.Siang harinya Ciara memasak bahan yang ada di kulkas dapur. Vincent menyediakan beras juga di tempat penyimpanan bahan memasak di sana. Adiknya tak perlu kebingungan membeli bahan memasak untuk sementara.Ciara memang dibawakan bumbu-bumbu rempah instan oleh Mama Wina yang pastinya praktis. Dia memasak rendang daging sapi dan perkedel kentang dengan nasi putih sebagai menu makan siang.Igo yang sudah selesai membongkar koper menemani Ciara memasak di meja dapur sambil mengobrol. Dia penasaran juga seperti apa hasil masakan istri kecilnya yang nampak percaya diri. "Jadwal kuliah kita mungkin sama saat memulai tahun ajaran baru perkuliahan, Cia. Ada baiknya besok kalo lo ke kampus nanya ke senior yang baik butuh apa aja untuk mahasiswa tingkat pertama. Arsitektur pastinya butuh alat menggambar 'ka
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen