HOW BAD DO YOU WANT ME?

HOW BAD DO YOU WANT ME?

last updateLast Updated : 2024-11-06
By:  shalunaceCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel12goodnovel
10
3 ratings. 3 reviews
75Chapters
1.0Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Synopsis

Sebagai manusia, wajar-wajar saja bila Rosa tak mengerti banyak hal. Namun dari semuanya, Rosa paling tidak mengerti dengan : 1. Jalan hidupnya; 2. Perempuan menjaga makan ditempat umum (Terlebih didepan crush); 3. Para ibu dengan motor; 4. Dia disebut mirip chipmunk; Dan yang terakhir, Arzan yang tetap mengganggunya dengan kata 'suka' sementara sudah ribuan kata penolakan yang dilempar percuma padanya. Arzan tetap tak menyerah.

View More

Chapter 1

PROLOG

PUKUL delapan pagi, tepat, saat Rosa melirik jam dindingnya. Ia merenggangkan tubuhnya pelan dan bangkit dari tidurnya. Masa bodoh dengan keterlambatannya yang memang bukan untuk pertama kalinya. Toh, membolos pelajaran matematika saat pagi memang menyenangkan. Dan lagipula, tidak baik untuk terburu-buru bukan? Percayalah, Kawan! Segala hal yang di lakukan dengan terburu-buru bisa saja akan membuat petaka. Jadi lakukanlah dengan perlahan. Barangkali kalian takkan banyak melewatkan detail-detail penting. Santai saja. Jangan terlalu gembar-gembor seperti buronan begitu.

Mengalirlah bagaikan air di sungai. 

Rosa serius mengatakan ini. Lakukanlah kalau tidak percaya. 

Pun kalau di jabarkan dengan sebaik mungkin mengenai alasan kebenciannya pada mata pelajaran yang selalu berhasil menyedot rohnya tersebut, seharian penuh tidak akan cukup. Percayalah, betapa Rosa membenci matematika dan rangkaian rumus nan selalu kapabel merenggut kewarasannya. Benar-benar menyusahkan jiwa dan raganya. Setelah mengabari ketiga ibu tirinyaㅡsebut saja Jessica, Jenna dan Chelsieㅡdengan pesan singkat, Rosa segera membersihkan diri. Berendam sejenak, di temani musik klasik yang mengalun indah. Menikmati setiap ketukan melodi, aroma buah-buah dari sabun dan juga kesunyian nan membuatnya jauh lebih rileks. Kenyamanan ini sungguhan membuat ia nyaman tanpa bisa di jelaskan maknanya lebih jauh.

Hanya saja ini membantu membuat sel-sel dalam tubuh termanjakan.

Bagus pula untuk kesehatan mental.

Lima belas menit telah berlalu tanpa di sadari dan Rosa keluar dengan bathrobes seputih gadingbersama rambut basah nan mana menitikkan air pada setiap langkahnya. Seolah tidak terganggu sama sekali dengan hal tersebut, sembari bersiul pelan Rosa pun mengambil seragamnya di dalam lemari. Mengenakan dan berdandan usai mengeringkan rambut dengan hairdryer, memoles bibir dengan lipgloss berwarna merah jambu dan mengaplikasikan bedak tipis di wajah. Di rasa sempurna, Rosa menjentikkan jarinya dan tersenyum genit menatap pantulan dirinya.

"Cantik dari lahir mah beda, dandan dikit udah kek princess," ujarnya berbangga diri. Ia kemudian mengibaskan rambutnya pongah bukan kepalang. "Nggak perlu usaha lebih. Poles sana dikit, poles sini dikit. Udah cantik ngalahin Miss Indonesia, hehe!

Sekali lagi mengecek penampilannya pada pantulan cermin, Rosa keluar dari kamarnya dan mendapati sticky note di kulkas. Jelas dari adik semata wayangnya.

"Kak, jangan lupa sarapan. Kalau nggak sempat, tadi Lion udah bikin roti lapis. Makan itu aja di jalan. Tadi Lion udah gedor pintu kamar Kak Audy, tapi nggak keluar-keluar. See you and have a nice day."

Manggut-manggut pelan dan menoleh menatap beberapa lembar roti lapis di atas meja. Rosa lantas meletakkan sticky note di laci lalu menyantap sarapannya dengan hikmat. Di liriknya lagi jam di ponsel, 08:45, Rosa hanya mengangguk samar. Sang gadis benar-benar tidak terganggu atas fakta tersebut. Ia hanya menikmati tiap gigitan roti lapisan buatan sang adik. 

"Ternyata gue mandi lama juga ya," komentarnya santai.

Tak lama kemudian ponselnya berdering, Rosa segera menggeser ikon hijau ke samping. "Halo?"

"HALO?" balas sang penelepon geram. "Anjing lo, Ros! Dimana lo?!"

Mengerjap pelan, Rosa menjauhkan ponselnya dari telinga dan melihat nama penelepon. Gadis tersebut memutarkan matanya gondok. "Apaan sih, Jes? Ribut amat lo, ayam mana lagi yang beranak?"

"BANGSAT! CEPETAN KE SEKOLAH!"

"Kenapa sih? Ngegas lo pagi-pagi," balas Rosa usai menelan rotinya. Tangan si empu meraih gelas berisi susu dan menyeruputnya sebelum menyambung lugas. "Pagi itu harus di lewati dengan ketenangan."

"Gimana gue mau tenang, Rosaline. Ketos kesayangan lo lagi patroli tuh, biasanya juga anak buahnya. Sekarang dia turun tangan, gue butuh lo, Ros. Gue mau selamat. Seenggaknya gue mau numbalin lo." Jessica berbicara dengan nada pelan, nyaris setengah berbisik. Ada nada was-was di sana. 

Rosa mengernyit jengah. "Bisa basa-basi dulu kagak sih?"

"Halah! Nggak penting! Cepetan ke sekolah, Rosalineku. Hanya kaulah yang bisa menyelamatkanku."

"Chelsie? Jenna? Kemana tuh dua curut?" tanyanya kemudian. 

"Lo pikir Chelsie bakalan telat? Dia mah tukang bolos bukan tukang telat kayak lo, Dodol!" ucap Jessica setengah menghina. "Jenna udah di kelas, di detik-detik terakhir dia selamet. Gue telat lima menit, anjir!"

"Ouh, gitu!"

"Cepetan ke sekolah, Rosa, gue jajanin cilok deh lo. Nasgor, batagor, martabak juga boleh. Terserah. Gue nggak mau ketemu Alvin. Ogah! Serangan jantung gue entar."

"Dia suka lo kali,"

"Arzan juga suka lo." Jessica menyahut cepat, nyaris berteriak kalau-kalau tidak mengingat situasinya sendiri sekarang.

"Gue nggak sekolah aja deh hari ini," ujarnya ketus. Terlalu malas untuk di kaitkan dengan ketua OSIS menyebalkan itu.

"Jangan dong, Sa! Bobol aja udah ATM gue. Terserah!"

Rosa tersenyum penuh kemenangan. "I'm coming, baby!"

"Najis!"

Seusai mengatakan kalimat tidak sopan tersebut, Jessica memutuskan panggilan sepihak. Rosa mantap untuk datang ke sekolah sekarang. Demi martabak keju dengan toping kacang, batagor, dan ATM Jessica yang bebas di bobol nanti. Rosa akan senang hati pergi ke sekolah. Mungkin kalau Chelsie berada di sampingnya, cewek itu pasti akan berkata, sinting! Akan tetapi ia mana peduli, ia jauh lebih peduli dengan jejeran makanan di kantin yang pasti akan menggugah seleranya. 

Rosa bertahan di sekolah dan serangkaian mata pelajaran yang mampu membuat otaknya meledak karena makanan di kantin sekolah sudah cukup menjadi obatnya. 

Menyambar kilat kunci mobilnya dan mengeluarkan mobil dari garasi. Rosa menginjak pedal gas, sekali lagi, masa bodoh dengan peraturan kecepatan berkendara. Rosa akan melakukan semua hal yang ia sukai.

"Sialan!" umpatnya.

Macet. Pukul sembilan lewat dan jalan raya masih padat akan kendaraan. Luar biasa. Rosa jadi bertanya-tanya, apakah semua orang juga telat seperti dirinya? Terdengar bunyi riuh klakson di luar mobilnya. Rosa mengedikkan bahu tak peduli dan kembali mengigit roti lapis buatan Leon. "Hmp! Lion berbakat keknya jadi koki."

Dia bersiul pelan setelah lampu berubah hijau. Namun sepertinya ketenangan pagi katanya tadi memang sedang mengalami gangguan. Rosa harus menginjak rem mendadak saat sebuah motor yang lampu sein kanan tetapi berbelok ke kiri.

"Sebenarnya, ibu-ibu tuh punya masalah hidup apaan sih?! Atau pas kegiatan sosial bareng polisi dia bolos kali?! Nggak bisa banget bedain kiri sama kanan. Bangsat!" cerocosnya sebal bukan main.

Masih merutuki sifat ibu-ibu pengendara motor tadi, akhirnya Rosa sampai di sekolah pada pukul 09:15. Perasaannya sudah tidak enak saat gerbang sekolah di buka lebar padahal sudah jam segini. Memarkirkan si putih kesayangan, Rosa keluar dari mobilnya.

Ia bernapas lega usai mengedarkan pandangannya ke sekitaran parkiran. Keadaan sekitar sepi dan otomatis aman. "Rejeki anak sholehah emang nggak kemana."

Baru saja ingin melangkah ke kantin. Sebuah suara familiar masuk ke indera pendengarnya. "Tapi rejeki manusia bisa dipatok ayam kalau lo lupa."

Sialan dua kali!

Rosa lekas berbalik dan mendapati Arzan yang menatapnya lamat-lamat. Ia mendengus keras-keras, menyuarakan ketidaksukaannya terang-terangan.

"Musnahkan ayam diseluruh dunia," sahut Rosa asal.

Arzan menggelengkan kepalanya pelan. "Lo tau jam berapa sekarang, Rosaline?"

"Rosa aja, please, kita nggak deket," ujarnya ketus dan melirik arlojinya. "Jam sembilan lewat?" jawabnya polos.

"Lo telat dua jam, Rosa."

"Dua jam kurang," ralatnya.

"Apapun itu lo tetap telat." Arzan menghembuskan napasnya berat. Tidak habis pikir dengan bagaimana jalan pikiran gadis tersebut.  "Ikutin gue ke lapangan." dan memilih memberi titah mutlak selaku ketua OSIS Bina Bangsa. 

Rosa mendengus. Manut saja dan mengekori Arzan dari belakang. Percuma juga untuk berdebat dengan murid kesayangan guru serta siswi sekolah itu. Yang ada nanti ia bisa saja di ceramahi lebih lama. Ah, tidak, tidak, tidak! Rosa masih sayang batagor hangat di kantin. Enak saja ludes terjual habis begitu saja tanpa menyisakan sedikit pun untuknya. Padahal Jessica sudah mau berbagi tadi pagi, jelas Rosa harus menagih itu.

Tetapi sepertinya 'acara Jessica mentraktir' hanyalah angan-angan belaka. Iris kecokelatannya tersebut lurus menatap wajah masam Jessica di lapangan sekolah. Gadis itu tengah duduk bersila di atas tanah.

Jessica menatapnya kaget saat mendapati sang sahabat berada di belakang Arzan kemudian menyorot berubah sinis. "Heh! Lama banget lo, kutil!"

"Katakan hai dulu sama princess, dasar rakjel lo!"

Keduanya total menjadi perhatian para siswa dan siswi yang telat. Namun seakan buta sosial dan memang pada dasarnya memang tidak tahu malu. Dua gadis itu malah melanjutkan perdebatannya.

"Gue suruh lo cepatan, Njing! Berapa botol sabun yang lo abisin pagi ini, hah?!"

"Sebotol aja nggak habis, bego! Punya temen kok tolol sih!"

Jessica melotot garang. "Nggak ada traktiran batagor, martabak atau apapun itu. ATM gue udah gue buang tadi."

"Heh! Nggak adil dong. Nggak bisa batal gitu aja, lo udah janji pas nelpon gue tadi. Enak aja! Nggak bisa!" sanggah Rosa tak terima.

"Duit gue, suka-suka gue."

"Nggakㅡ"

"Kalian kalau mau ribut di tempat lain aja." Dhani menginterupsi sinis. Pemuda dengan tinggi semampai alias tidak tinggi-tinggi amat tersebut yang menjabat sebagai wakil ketua OSIS memandang Rosa serta Jessica garang. "Berisik tau nggak!"

Rosa dan Jessica saling bertukar pandang selama beberapa detik sebelum akhirnya merangkul satu sama lain. "Dengan senang hati, Pak Wakil!"

Dhani menghela napas berat, kepalanya selalu ingin pecah menghadapi dua manusia sejoli tersebut, kemudian melihat dua biang kerok itu sudah melangkah ingin pergi, ia buru-buru mencegahnya. "Nggak ada! Balik ke tempat kalian."

Keduanya berdecak sebal dan berbaris rapi lalu Arzan datang dengan sekretarisnya, Chika. Siswi yang di gadang-gadang akan menyandang gelar sebagai kekasih seorang Arzan. Namun malah di tampar kenyataan bahwa Arzan terang-terangan menyukai bahkan bertingkah manis pada Rosa.

Arzan menatap wajah satu persatu murid yang terlambat di depannya, dan menatap lama pada Rosa.

"Kalian tau sekarang jam berapa?"

"Guna arloji lo apaan sih, Zan, pake nanya segala," sahut Jessica kesal. "Ke intinya aja, tolong. Gue nggak berniat dengerin ceramah pagi buta. Toh, bakalan di ulang lagi."

"Lo-!"

Arzan menahan lengan Dhani yang ingin menunjuk Jessica. Cowok itu sudah berperang lama dengan Jessica selaku pembuat onar sekolah.

"Ubah kelakuan lo, Jes," Arzan mengalihkan tatapannya dari Jessica pada Rosa. "Minimal... temen lo."

Jessica menatap Rosa sejenak lalu merangkulnya. "Ros, nggak rela gue lo sama si ketos. Masa lo selingkuhin gue, sih, Beb?"

Rosa balas merangkul Jessica, kali ini lebih mesra. "Enggak kok, Beb, hati aku udah sama kamu. Lopyu muach!"

"Muach!"

Melihat kelakuan dua cewek itu, sontak membuat orang-orang disana terhibur sekaligus jijik. Apalagi Dhani yang berlagak pura-pura muntah.

"Udah-udah. Karena kalian menghalangi proses hukuman. Kalian ngebersihin lapangan outdoor ini berdua dan yang lain bersihin lapangan indoor. Sekian." Arzan sudah melayangkan titahnya.

"Dih! Nggak bisa gitu dong. Enak aja."

Arzan menatap Rosa dengan smirk kecil dan mengusak kepala si perempuan lembut. "Lain kali jangan telat. Nyapekin diri sendiri aja." Dan pergi berlalu.

Rosa mendengus. "Dia gila kali."

Jessica mengangguk. "Dia suka lo."

Rosa tersenyum kecil dan menatap punggung Arzan yang semakin mengecil dari penglihatannya. Lalu berkata, "Dia nggak suka gue."

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Ayu Widia Susanti
saran Thor .. Lok emang dh GK ada lanjutannya di kasih keterangan tamat Thor .. jadi para reader GK berharap ada kelanjutannya.. terimakasih
2024-10-19 19:53:41
0
user avatar
Ayu Widia Susanti
Thor kenapa GK di lanjut juga buku yg ini ..
2024-10-17 23:09:51
0
user avatar
Ayu Widia Susanti
gila seru banget alur ceritanya,, sedih,sakit,terpuruk,haru,bahagia,semua jadi satu di cerita ini,, top deh buat author 🫶 dan buat kalian para reader GK akan nyesel mampir ke buku "how bad do you want me?"
2024-10-08 17:41:36
0
75 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status