Share

Hukuman

last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-09 15:12:54

"Uci?" Panggil lagi seseorang dari belakang yang membuat jantungku benar benar ingin lepas dari tempatnya.

Kenapa banyak sekali orang mengagetkanku.

"Ngapain disini?" tanyanya lagi.

"Eh Rere?" ucapku gugup. Kok Rere juga bisa ada di luar jam kelas? Apa dia kebelet juga?

"Bang Ardan?" ucap Rere yang terkejut melihat ada sosok manusia tampan di depannya.

Bang Ardan hanya mengangguk dan tersenyum.

"Gila,Ci. Lesung pipitnya makin dalam!" ucap Rere berbisik.

"Berisik, ah!"

"Yasudah abang balik dulu ya,Ci. Nanti malam kalau tidak sibuk abang telfon" ucap bang Ardan melelehkan hatiku.

"Iya hati hati bang Ardan!" ucapku melambaikan tangan.

Kaki serasa tak sanggup lagi untuk berpijak melihat aura bang Ardan yang bener bener memukau.

"Parah kau ah,Ci. Jumpa cogan gak ngajak ngajak. Malah mau di telfon lagi, teman makan teman kau ah!" ucap Rere cemberut.

"Haha apa pulak teman makan teman, emangnya ada ku rebut si Ardan itu dari kau,ha?"

"Haha selow lah kau!"

"Makanya cantik kayak aku," ucapku sedikit sombong.

"Haha kamvret. Eh jadi kek mana ceritanya, kok bisa kau jumpa sama calon ku?"

Aku terkekeh mendengar ucapan Rere. 

"Calon? Gak ingat umur kau, masih bocil aja sok sokan punya calon!"

"Apa bedanya dengan kau, masih bocil sibuk sama cowok!"

"Haha udah ah, balik dulu ke kelas aku ya? Udah dari tadi soalnya. Nanti di anggap bolos pulak aku. Dah Rere!" ucapku melambaikan tangan dan berlalu dari hadapan Rere.

Rere hanya diam mematung, mungkin dia masih ingin aku menjelaskan tentang pertemuanku dengan bang Ardan.

"Pulang sekolah nanti aku cerita!" teriak ku karena kasihan melihat Rere yang melongo.

Dulu aku dan Rere sama sama kecantol dengan ketampanan bang Ardan.

Kami pernah mengirimnya surat, tapi tak ada balasan.

Bahkan di surat kami yang kesepuluh pun bang Ardan tetap tak membalasnya.

Di tambah lagi kabar bang Ardan yang pacaran dengan kak Meysa membuat kami mundur mundur cantik. Eh?

***

"Permisi pak!" ucapku saat kembali kedalam kelas. 

"Kok lama banget ke kamar mandinya,Ci?" tanya pak Guru menatapku  heran.

"Iya pak, tadi itunya gak mau keluar!" jawabku asal mengundang tawa teman sekelas.

"Apanya yang gak mau keluar?" Pak Guru menatapku mengejek.

"Itunya!"

"Itunya apa?"

"Pupnya pak!"

Mereka semakin tertawa mendengar jawabanku.

"Oh bilang dong, makanya kamu makan sayur, makan makanan yang sehat jangan banyak makan micin. Kamu ini cantik cantik kok e*eknya keras!" sahut pak Guru kembali membuat mereka tertawa.

"Nanti jadwal piket hari ini di ganti dengan Suci saja ya!" sambung pak Guru membuat aku menghentikan langkahku saat hendak duduk.

"Maksudnya pak?" tanyaku bingung.

"Itu hukuman untuk kamu yang cantik cantik tapi e*eknya keras!"

"Tapi pak?"

"Tapi apa? Kamu mau saya beri hukuman yang lebih lagi?"

"Eh enggak pak!"

"Bagus! Duduk kerjakan tugas yang ada di papan!"

"Iya,pak!"

Tak apalah dapat hukuman, yang penting  bisa ketemu dengan bang Ardan.

Ngantuk ku tadi membawa berkah.

Lagipula ada Rere nanti yang akan membantuku membersihkan kelas, seorang sahabat kan harus selalu ada dalam susah dan senang!

****

"Suci, aku bantuin ya?" tawar Riko teman sekelas saat aku sedang menunggu Rere sambil memegang sapu untuk membersihkan kelas.

Biasanya saat bel pulang sudah berbunyi, Rere akan melewati kelasku untuk mengajak pulang bersama. Rumah kami yang searah membuat kami selalu berbarengan.

"Kamu mau bantuin aku?" tanyaku terharu.

"Iya, kita nyapu berdua biar cepat selesai!" 

"Oke!"

"Lain kali kalau butuh bantuan bilang aja sama aku ya,Ci. Jangan sungkan!"

"Iya,Ko. Makasih ya, kok baik banget sih!"

"Namanya juga sayang," ucap Riko sangat pelan tapi aku mendengarnya.

"Ha, apa?" tanyaku memastikan ucapannya.

"Bercanda,hehe" jawab Riko cengengesan.

"Oh kirain serius!"

"Emang boleh kalau serius?"

Aku hanya  menjawabnya dengan senyuman, entah apa maksud dari senyum ku, aku pun tak tau.

Lelaki emang selalu begitu, pantang di pancing langsung menganggap serius.

Pekerjaan telah selesai, tapi Rere tak juga terlihat.

Apa jangan jangan dia marah, karena tadi tak ku jelaskan perihal bang Ardan. Tapi biasanya dia tak begitu!

"Makasih ya,Riko!" ucapku saat kami sedang duduk di depan kelas.

"Iya sama sama. Yuk pulang, udah mulai sepi ni sekolah!"

"Iya duluan aja,Ko. Aku nunggu Rere!"

"Oh yasudah, aku luan ya!"

"Iya!"

Aku masih stanbay di depan kelas menunggu kedatangan Rere sambil melihat ke arah kelasnya yang masih terbuka. Enggan sekali rasanya melangkahkan kaki ini ke tempat Rere.

"Uci, ni ada surat dari Bobi!" ucap Prima yang sudah berdiri di hadapanku.

"Yaelah, paling ngajak ketemuan lagi. Pasti mau membahas tentang bang Ardan juga" ucapku dalam hati.

"Bilang aja aku udah pulang,Prim. Capek banget untuk jalan lagi ke belakang perpus!"

"Yasudah, aku suruh Bobi kesini aja,ya?" ucapnya tumben memberi ide.

"Boleh juga!"

"Tapi bayar dulu!" Tuh kan pasti ada maunya, dasar mata duitan.

"Minta sama Bobi dong guys,!"

"Yang sama Bobi lain lagi dong guys!"

Karena aki sedang capek gara-gara menyapu tadi, aku pun menuruti permintaan Prima.

"Ish, nah!" ucapku memberikan uang seribu sisa jajanku hari ini.

Padahal uang itu untuk aku membeli es didepan gerbang.

"Oke, tengkyu gusy!" ucap Prima pergi berlalu.

Setelah Prima menghilang dari pandanganku, aku langsung berlari ke luar sekolah, bodo amat dengan Rere. Siapa suruh lama. 

Aku malas menjelaskan perihal bang Ardan, karena di surat tadi Bobi memintaku untuk menjelaskannya secara langsung di belakang perpus.

Baru juga jadian, masa iya aku harus nurut dengan apa maunya.

Kalau bisa sih dia yang harusnya menurut apa mau ku.

Aku terus berjalan di bawah terik matahari. Haus semakin melanda, tapi uangku benar benar sudah habis, hanya tersisa untuk ongkos pulang naik angkot.

Dari kejauhan kulihat sosok yang sangat kukenal.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Playgirl Kelas Teri   Rere

    Sesampai di warung aku langsung mengambil ahli menjadi kasir, karena itu adalah bagian yang paling santai. Tidak terlalu banyak mengeluarkan tenaga.Berhubung warung sedang sepi, tidak lupa aku mengambil sepiring nasi karena cacing di perut ku sudah demo sedari tadi.“Laper,Ci?” Tanya Emak yang mungkin heran melihat porsi ku yang beda dari biasanya."Hehe. Iya, Mak. Labor Uci,Mak," jawab ku cengengesan."Apa labor?""Lapar borat, haha.""Dasar !" Seru Emak seraya mengeplak kepala ku dengan kertas nasi yang sedang Emak pegang."Aish, si Emak. Berdosa tau keplak kepala," ujar ku memanyunkan bibir."Gak berlaku itu sama Emak," jawab Emak santai.Emak mengambil nasi dan ikut makan di sampingku. Mungkin Emak selera melihat aku makan yang kelewat lahap."Bu, nasi satu,ya" tiba-tiba datang pembeli."Biar Suci aja,Mak," ucapku saat Emak hendak bangkit.Tak tega rasanya melihat Emak yang sedan

  • Playgirl Kelas Teri   Rudi

    Aku kembali berjalan melewati teman-teman kak Resti. Tiba-tiba ada yang sengaja menahan langkah ku hingga terjatuh."Aduh," kataku spontan. Semua teman kak Resti reflek ketawa melihat aku terjatuh. Kecuali satu, cowok yang tadi bilang aku cantik. Ia tak tertawa sama sekali, malahan ia menatap marah ke cewek yang sengaja membuat aku tersandung."Hati-hati,dek," ucap cewek itu. Nada ucapannya jelas seperti mengejek."Kok kamu gitu sih, Ntan?" Bentak cowok tadi. "Oh cewek kejam ini namanya Intan" kata ku dalam hati."Kan aku cuma bilang hati-hati, terus salah aku di mana?" tanyanya pura-pura tak merasa bersalah."Sudah,Bang. Aku gak papa," sahut ku mencoba menengahi."Noh, dianya aja bilang gak papa, kok malah kamu yang sewot.""Ada apa ini?" tanya kak Resti yang baru muncul dari dapur."Tuh adik mu jatuh, malah aku yang disalahkan sama Rudi," jawabnya ketus."Sudahlah, aku tak apa kok," ucapku kembali mencoba menenga

  • Playgirl Kelas Teri   Marah

    Harapan cuma harapan, Bang Ardan memberhentikan motornya tepat di depan warung Bang Rian.Seketika jantungku berdetak kencang dan serasa ingin kentut sangking gugupnya."Kau mau minum apa?" Tanya Bang Ardan."Ini aja,Bang. Btw, jauh banget kita beli minumnya," ujar Rahmat."Iya sekalian lihat pujaan hati," jawab Bang Ardan.Di balik kardus minuman aku terus mengintip mereka berdua. Untungnya Bang Rian diam dan tidak melihat ke arah ku."Abang ini temannya Suci kan yang tadi pagi?" Tanya Bang Ardan. Oh iya aku lupa, tadi pagi saat sedang bersama Bang Rian, Bang Ardan datang mengajak ku boncengan ke sekolah. Duh, kenapa aku lupa coba. Seharusnya Bang Rian juga ku ajak sembunyi. Eh tapi mana bisa!"Oh Abang ini yang tadi pagi pergi sekolah bareng Suci 'kan ?" tanya Bang Rian memastikan."Abang ada lihat Suci pulang sekolah?""Emm, kayaknya gak ada,deh. Mungkin belum pulang," ujar Bang Rian berboh

  • Playgirl Kelas Teri   Memilih

    Aku juga tak tahu harus berbuat apa dengan mereka berdua. Tidak ku sangka akan berjumpa dengan keduanya di sini.Kantong Doraemon, aku butuh bantuan mu agar aku bisa hilang dari hadapan mereka berdua."Apa kau nembak Suci juga,?" tanya Bang Ardan. Rahmat mengangguk cepat."Abang juga?" tanya Rahmat balik."Iya, ni datang menemui Suci untuk minta jawaban," jawab Bang Ardan."Bang Ardan, Rahmat, maaf ya, Suci kebelet nih. Boleh Suci ke toilet bentar?" alasanku berbohong. Aku hanya ingin lari dari mereka."Gak. Kamu harus selesaikan ini semua,Ci. Kamu harus kasih kami jawaban, siapa yang kamu pilih. Aku atau Bang Ardan?" Rahmat menahan tangan ku saat aku ingin bangkit.Sepertinya aku yang harus mengalah untuk tidak mendapatkan keduanya. Karena kalau ku pilih salah satu, yang ada mereka akan saling tak enak. Mereka sepupuan, aku tak ingin merusak hubungan mereka.Ku atur nafas sebelum menjawab. "Sebelumnya Suci mint

  • Playgirl Kelas Teri   Bertemu

    Aku berjalan keluar kelas dengan tangan yang sedang di tarik Ayu.Kulihat kebelakang tidak ada Rere.Apa dia masih di dalam kelas?Untuk apa?Aku jadi semakin yakin kalau Rere adalah pelakunya."Tungga,Yu," pinta ku pada Ayu."Kenapa?" tanya Ayu penasaran.Aku menunjuk ke arah kelas dengan gerakan kepala. "Noh, si Rere masih di dalam kelas!" ucapku ketus."Tuh 'kan? Buat curiga 'kan kayak gitu. Ngapain coba dia masih di dalam kelas?" seru Ayu kesal.Aku berjalan pelan balik ke arah kelas. Namun belum sampai ke kelas Rere sudah keluar."Ngapain kok lama?" tanyaku penuh selidik."Eh? Em anu, tadi ikat tali sepatu. Iya aku ikat tali sepatu. Begitu mau jalan eh malah lepas," jawab Rere yang terlihat gugup."Oh!" kataku singkat.Aku kembali berjalan dengan menggandeng tangan Ayu, sedangkan Rere mengekor dari belakang."Ayu, kau ada chatingan sama cowok gak?" tanya Rere saat kami telah duduk di kanti

  • Playgirl Kelas Teri   Bertengkar

    "Ayu jangan dekat-dekat sama Suci. Nanti di ajak jual diri juga lho," ucap Putri saat kami tiba di kelas."Siapa yang jual diri?" Bentak seseorang membuat kami bertiga terkejut."Kalian ya, masih SMP tapi bahasa kalian sudah seperti orang dewasa," Buk Ranti guru agama memarahi kami."Siapa yang kalian tuduh jual diri?" sambung Buk Ranti.Spontan Putri dan Ayu melihat ke arahku.Aku langsung menggeleng, "Enggak benar,Buk. Mereka menuduh Suci tanpa bukti. Iyakan, Yu?" ucapku sambil meminta pembelaan dari Ayu."Iya,Buk," jawab Ayu mengangguk."Tapi kamu memang di beri uang kan sama cowok?" ujar Putri membenarkan tuduhannya.Buk Ranti membenarkan kacamatanya dan memandang ku meminta penjelasan."Dia teman Suci dari kampung nenek,Buk. Kebetulan dia kemarin main ke rumah Suci. Bahkan Emak dan Ayah nyuruh dia nginap,""Tuhkan,Buk. Pasti di rumahnya tu mereka melakukannya." Putri memotong ucapan ku."Kau kira di ruma

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status