Share

BAB 6- I Must Be Stick You.

Antonius memeriksa dengan seksama Curiculum Vitae dan Resume dan proposal pengajuan penerima beasiswa mahasiswa dan mahisiswi berprestasi yang disediakan sekertarisnya di mejanya. Perusahaannya memang aktif memberikan beasiswa bagi mahasiswa dan mahasiswi berprestasi.

Rata-rata judul proposal yang mereka ajukan sangat menarik, dibacanya satu persatu Lima besar yang lolos untuk menerima beasiswa dari Foundation-nya periode ini. Di CV terakhir dia menemukan Nama yang tak asing baginya Marta Agnes.

Ditelitinya pas foto yang menempel di form Foundation itu dengan seksama, ya, dia tidak salah melihat, itu adalah Marta yang menampar pipinya lima tahun lalu. Ah, tamparan itu masih terasa panas dipipinya.tapi diingatnya kembali bibir Marta yang kenyal dan belum tersentuh itu dia benar-benar merindukan gadis berwajah sendu nan manis itu. Gadis yang dirinduinya tetapi juga hampir dilupakannya dalam satu tahun belakangan ini karena dia kehilangan jejaknya.

Leo meraih Iphone di mejanya men-dial nomor extention sekertarisnya yang duduk di depan pintunya.

"Ica, empat orang penerima beasiswa yang kamu letakkan di atas mejaku, sudah saya Review, empat orang ok, mereka lolos sebagai penerima beasiswa dan satu-satunya wanita di periode ini, aku ingin bertemu langsung, aku ingin mewawancarai langsung, jadwalkan besok penerbangannya dari Jogja ke Jakarta dan siapkan akomodasinya juga!” perintah Leo seraya mengambil pas foto Marta dan menaruhnya kedalam laci mejanya agar ia bisa memandangi pas foto itu setiap saat. “Dan jadwalkan jam dua sore wawancaranya!" tambahnya lagi.

Sitorus Foundation, oleh papanya saat ini dipercayakan padanya karena dia sangat menyukai hal yang berbau sosial. Nama Lengkapnya adalah Leo Antonius Sitorus, ia melebarkan sayap bisnisnya di bidang bisnis pertambangan emas minyak dan gas.

“Tumben biasanya nggak perlu tatap muka cukup sampai HRD Direktur aja,” gumam Ica. “Whatever lah, ‘kan yang punya perusaahan dia,” katanya lagi menjawab dirinya sendiri.

Ica bergegas mengambil data dan dokumen yang terletak di meja boss-nya itu. "Ini kemana pas fotonya kok jadi nggak ada?” gumamnya dalam hati ketika ia kembali menerima dokumen itu dari meja Leo. "Au ah gelap,” jawab Ica ambigu menjawab dirinya sendiri.

"Khiel you mustn't believe me! You still remember Marta right?” kata Leo dari sambungan handphone-nya. “Ya, I know her, little girl who broke your heart in first time," kata Khiel mengerjai temannya itu dari balik telpon. "Shit,” katanya membalas Khiel. "I am so lucky men ... she come directly to me, she register to my company for scholarship application,” kata Leo. "Good luck buddy," jawab Khiel dari balik telepon. "I am happy for you,” kata Khiel menyelamati sahabatnya itu. "I'll call you later,” kata Leo menutup telepon mendengar Ica sekertarisnya mengetuk dari balik pintu ruangannya.

Tok ... tok ... tok, Ica mengetuk pintu. “Ya, Come in,” sahut Leo dari dalam ruangannya. “Pak Anton, Marta sudah di ruang tunggu,” kata Ica. “Ya, persilakan dia masuk,” jawab Leo ke Ica sekretarisnya. “Mari Mbak saya antar ke Pak Anton,” kata Ica dan Marta mengikuti dari belakang.

Tok ... tok, suara ketukan Ica itu membuat jantung Leo tak bisa diajak berkompromi entah bagaimana reaksi Marta nanti melihatnya, memikirkan saja dia gelisah. “Come in,” jawab Leo dari dalam. “Pak ini Marta, panggil Ica yang melihat Leo sedang berdiri membelakangi mejanya dan menatap kaca, dia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dan lalu berbalik ke arah Marta dan Ica.

Marta memegangi lengan jas Ica. “Santai Mbak,” jawab Ica membalas dengan menepuk punggung tangan Marta. “Saya tinggal dulu ya,” kata Ica berpamitan kepada Marta.

Hi, apa kabar?” tanya Leo. “Baik Bang ... eh Pak,” jawab Marta gugup dan tangannya mulai berkeringat dan dia hanya bisa menunduk tak sedikitpun berani menatap Leo dan Leo masih takut untuk mendekatinya. “Silakan duduk,” kata Leo menunjukkan sofa didalam ruangan itu dengan gerak matanya. “Apa kabar Oppung?” tanya Leo memulai percakapan diantara mereka.

“Sudah tidak ada lagi Bang, eh Pak,” jawab Marta tak mampu menatap mata Leo, dia hanya menunduk tak berani kepada Leo, antara masih bingung kenapa Leo pemilik Foundation ini.

Seingatnya empat tahun lalu Leo tidak mencerminkan dirinya seperti anak konglomerat karena ketika pertama sekali dia melihat Leo, Leo urakan dan sederhana, dia sering disuguhi makan di rumah kakek Marta dan Leo tidak enggan lesehan dilantai dan makan pakai tangan sebagaimana kebiasan Oppung ketika masih hidup.

Oppung Boru?” tanya Leo lagi penasaran dengan pasangan tua itu. “Nyusul setelah dua tahun kemudian setelah meninggalnya Oppung Doli,” jawab Marta ragu menatap lawan bicaranya. “Orang tuamu?” tanya Leo lagi ingin tau Marta lebih banyak. “Bapak udah meninggal ketika aku kelas satu SMP Pak,” jawabnya canggung.

“Mama?” tanya Leo lagi. “Setelah dua tahun bapak sakit, mama pergi dan belum pernah balik,” jawab Marta lagi seraya memainkan ibu jarinya karena ia begitu gugup pada Leo.

“Lalu kuliahmu bagaimana kamu bisa menangani biayanya?” cerca Leo dengan sikap dingin dan nge-Bossy membuat jari tangan Marta terasa dingin dan berkeringat. “Hasil ujian akhirku masuk lima besar tertinggi Kabupaten, Pemerintah Kabupaten membiayai sebagian dari uang kuliahku dan untuk sehari-sehari aku mengajar bimbingan belajar,” jawab Marta.

“Kamu tidak lolos di Foundation kami,” cetus Leo dingin ingin membalas Marta lima tahun lalu. "

“Hah … ok,” katanya dengan nada yang pelan tapi sedikit terkejut seolah hanya dia yang bisa mendengar suaranya sendiri tapi rasa pilu  didadanya kian membuncah pertanda dia kecewa dengan dirinya sendiri kemudian air mata mengalir di pipinya dia berharap mendapatkan beasiswa itu dengan begitu Marta bisa menuntaskan kuliah kedokteran yang  sudah semester lima saat ini.

"Aku bisa menawarkanmu Option” kata Leo kemudian

“Option pertama pindah kuliah ke Jakarta tinggal bersamaku biaya kuliah dan perpindahanmu biar aku yang atur, kamu cukup mempersiapkan apa yang kubutuhkan saja, seperti mengurusi Penth-ku, menyediakan sarapan dan makan malam atau sebutlah itu pekerjaan rumah dan bisa kamu lakukan sepulang kuliah atau sebelum kuliah,” cetus Leo walau sebenarnya ia sedang bersikap licik dan mencurangi Marta dengan kekuasan yang dia punya. Leo tau Marta tak punya jalan keluar, kuliah kedokteran itu biayanya tidak sedikit.

"Option kedua kamu tetap di Jogja, aku fasilitasi seluruh kebutuhanmu, aku akan datang kesana sekali seminggu mengunjungimu tapi perlakukan aku seperti Sugar Daddy-mu, sebagaimana kamu tahu aku tak perlu menjelaskan apa tugasmu kamu boleh mencari sendiri tugasmu jika aku menjadi Sugar Daddy bagimu, karena seperti kamu tahu hidup nggak sesimple itu,” cetus Leo lagi mencoba mengambil kesempatan dalam kesulitan Marta.

“Hapus air matamu, aku sudah memberikan Option untuk meraih tujuanmu, kamu pilih Option mana yang akan kamu pilih diantara keduanya,” kata Leo seraya mengambil tissue dari meja memberikannya kepada Marta.

“Kamu hubungi aku kalau kamu sudah memutuskan pilihanmu," cetus Leo seraya memberikan kartu namanya. Tertera nama Antonius Leo disana, Leo adalah CEO dari Magabe Group

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status