Share

BAB 5- Part Of Memory About You

"Marta, Marta, Bangun!" suara khas neneknya itu berhasil mengusir sang mimpi itu kembali ke alamnya. Memaksa Marta kembali ke alam sadar kemudian ekor matanya mencari jam dinding di kamarnya.

Meski netranya kurang ramah enggan untuk berkompromi. Diantara setengah sadar Marta kemudian tersentak. Karena jam dinding telah menunjukkan pukul enam pagi. Dia terlambat satu jam dari jam biasanya dia bangun. Sementara Marta harus menyiapkan sarapan untuk kedua orang tua yang sudah lanjut usia itu.

 Melihat dia sibuk di dapur, neneknya mendekati Marta,

"Kamu pasti lupa, ini hari Minggu," katanya kepada cucunya, Marta.

"Jadi jangan terburu-buru, ini adalah hari libur, kegiatanmu hanya beribadah pagi ini, kan? Persiapkan saja dua cangkir kopi lalu antar ke teras" kata neneknya itu lagi ke Marta

“Sejak kapan Oppung boru suka kopi?” tanya Marta.

“Oppung doli punya tamu,” jawab neneknya.

"Sepagi ini?" Tanya Marta penasaran sambil menyeduh kopi dengan air panas yang dituangkan dari dalam termos plastik.

"Ini sudah 06:10, tidak terlalu pag!" Jawab wanita tua itu.

Betapa malunya Marta, kalau tamu yang di maksud neneknya tadi adalah Leo. Marta bahkan belum sempat membasuh mukanya dengan air. Hanya sekedar berkumur saja ia belum sempat. Rambutnya panjangnya saja masih bergulung karena Marta belum sempat menyisirnya. Tapi untuk Leo itu adalah hal yang menarik untuk dilihat dari gadis enam belas tahun itu. Gadis itu bahkan terlihat manis meski baru saja bangun tidur.

"Leo datang menanyakanmu, Leo bertanya mengapa dua hari yang lalu, kamu tidak berpartisipasi dalam program belajar bahasa Inggris, yang mereka adakan." Kata kakek seraya memilin tembakau di tangannya. Sementara Leo menatapnya lekat-lekat saat gadis ABG itu meletakkan dua kelas kopi di atas meja kayu.

“Kata Oppung, kamu tidak suka keluar malam dan kamu juga belajar karena ujian akhir nasional bulan depan. Aku bilang kalau itu malam minggu harusnya tidak masalah, jika kamu hanya keluar pada akhir pecan.” Cetus Leo dan kakeknya menganggukan kepala pertanda setuju dengan apa yang Leo katakana barusan. Dan Leo merasa menang karena mendapat dukungan.

"Tapi Pung!" Marta mencoba membantah.

"Tidak apa-apa, asalkan itu hal yang positif aku tidak akana melarangmu" kata veteran tua itu memotong Marta. Padahal bukan itu maksud bantahan Marta.

Dia hanya tak ingin bergabung. Lagi pula dia tidak perlu belajar itu, sebab dia sudah Fasih. Berbekal ketika Marta SD bersekolah di sekolah international ketika semua normal saja.

 Leo hanya bisa tersenyum lalu mengerutkan keningnya ketika Marta menatap Leo dengan tatapan curiga.

"Duduk lah di sini sebentar!" Kata kakek menawarkan tempat duduknya.

"Temani Leo ngobrol, Oppung ingin melihat bubu ke sungai. Kemarin sore, Oppung belum sempat Melihatnya" ucapnya lagi sambil berlalu dari pandangan Leo dan Marta.

"Kenapa kamu tidak datang tadi malam" Leo mencerca Marta dengan dominan.

"Sudah dijawab oleh Oppung, jawab Marta ketus.

“Berapa nomor Whatsappmu atau nomor ponselmu?” tanya Leo lagi.

"Saya tidak punya Whattsapp atau ponsel seperti yang abang mau," jawab Marta menimpali.

"Kalau pacar kamu punya?” cerca Leo dengan nada seolah mengintrogasi.

"Apaan sih" gerutu Marta dengan nada sedikit kesal.

“Kemarin, kita sepakat bahwa setiap pertanyaan yang saya ajukan kamu harus menjawab, ingat tentang kayu bakar yang berhasil aku bawa ke rumah ini? Aku mennang, aku ingin menagihnya darimu. Kata Leo sambil tersenyum pada Marta.

“Nah, aku akan mengulanag pertanyaanku sekali lagi kamu udah punya pacar belum?” ujar Leo lagi.

“Bang, aku belum kepikiran soal itu, aku nggak berani, aku kasihan dengan kerja keras Oppung buat aku. Terpikir saja tidak ada di kepalaku kayak asumsi Abang barusan.

Umurku juga baru mau jalan enam belas tahun, banyak hal yang ingin aku capai selain yang abang tanyakan itu!” Jawab Marta kesal dengan pertanyaan Leo.

Tapi bagi Leo itu adalah kemenangan. Walaupun itu jawaban ambisi dari seorang ABG yang ambisius dann labil. Leo Lupa Marta bukan anak kota dan bukan seorang anak yang dibesarkan di luar negeri seperti Leo, yang pada usia itu, mungkin sudah mulai memiliki hubungan sex.

"Sore ini aku menunggumu di Camp" ucap Leo menimpali.

"Aku menunggumu jam empat sore," tambahnya lagi, seraya berlalu dari pandangan Marta.

Leo sesekali menoleh ke jam tangan yang melekat di pergelangan tanganya. Waktu sudah menunjukkan pukul empat sore.

Namun sampai pukul lima sore  tak ada tanda-tanda Marta akan muncul dari balik pintu. Sehingga mengguratkan rasa kecewa di hati Leo. Sesekali ia  membuang napasnya ke udara untuk melonggarkan dadanya yang terasa sesak.

Padahal Leo sudah memberitahu ke teman-temannya kalau dia mengajak Marta ke Camp. Dan teman-temannya juga senang mendengar itu khususnya Khiel. Dia adalah orang yang paling dekat dengan Leo sejak SMA di Singapura. Khiel sangat tau Leo tidak segampang itu bertekuk lutut kepada seorang wanita.

Leo tipe cowok yang sulit ditaklukkan wanita. Khiel masih ingat Anna Ong, yang mengejarnya ketika mereka masih di kelas Sembilan. Atau Debora Chang, di kelas sepuluh dan Selena di kelas sebelas. Di antara ketiganya, hanya Selena yang berhasil mendekati Leo.

Karena gadis peranakan Amerika Latin campuran Belgia itu sangat sederhana dan memiliki manner yang baik, tidak sembarang singgah ke laki-laki manapun juga mampu membawa Leo ke arah yang lebih baik, sayangnya hubungan tersebut harus berakhir.

Setelah setahun Leo kuliah di Australia dan Selena kuliah ke Belgia ke negara asal ayahnya, membuat hubungan itu berakhir karena ternyata Selena sangat posesif.

Dan itu membuat Leo tidak nyaman. Dengan cepat Leo memutuskan hubungan tersebut.

Dan Crenshaw satu-satunya yang selama beberapa tahun ini menebarkan pesona kepada Leo. Namun pesona Crenshaw belum mampu mencairkan hatinya.

Sudah tiga tahun ini Leo  tidak memiliki ikatan dengan siapapun kecuali Cindy Tan yang sejak SMP memberi perhatian padanya. Mungkin akan masuk dalam daftarnya. Karena di kalangan komunitasnya, Cindy sangat cocok diperhitungkan. Karena dia adalah seorang wanita dengan jiwa sosial yang tinggi dan wanita sederhana serta mandiri meskipun ayahnya memiliki segalanya yang Cindy inginkan.

She is not coming yet?" Tanya Khiel mengamati sahabatnya itu

Dan Leo hanya menanggapi dengan mengankat ke dua bahunya pertanda dia tidak punya jawaban.

I have an idea? Kata Khiel.

Like what? Tanya Leo.

"Ask Laura to pick her up from her home and I believe she will” Kata Khiel

"Hei Laura, we need your help" panggil Khiel pada Laura yang sadari tadi mengamati tabletnya bersama Crenshaw.

Laura mendekat ke arah Khiel dan Leo yang pada saat itu di bawah rumah panggung yang menjadi camp mereka selama KKN. Laura hanya menunduk tanda setuju, mengiyakan untuk melakukan tugas yang dibebankan kepdanya.Laura sepertinya berhasil menjalankan misinya karenaa Marta sudah berada di camp.

Dan Leo membawanya ke bawah rumah panggung yang telah mereka sulap jadi dapur itu. Lalu Leo, menyuruh Marta untuk duduk di kursi meja makan yang Leo buat dan teamnya itu. Marta mengikuti arahan Leo walau dia sedikit bingung kenapa hanya dia dan Leo didalam raungan itu dan Khiel juga mengunci pintu itu dari luar.

“Kenapa kamu tidak mau datang?” Tanya Leo mengambil posisi disamping Marta agar di antara mereka tidak ada jarak yang menghalangi.

" Aku tidak harus menjawabkan Bang?” Marta berbalik bertanya.

" Aku hanya ingin tau alasanmu, lagi pula janji harus di tepati, kita sudah deal” Jawab Leo melempar senyumnya, seraya mengusap-usap rambut Marta walau Marta mengelak di perlakukan begitu.

Dan mengelak pandangan mata Leo yang terasa berbeda dari biasanya dam membuat Marta membenamkan pandangannya pada lantai.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status