Marta meratap dalam kesendirian yang tidak diketahui oleh siapapun bergumul sendiri dalam tangis, bukan hanya pernikahan Leo lelaki yang dicintainya itu yang membuatnya merasakan sesak didadanya tapi juga karena dia melihat hasil Testpack di genggamannya yang bergaris dua, sebagai seorang dokter muda dia tentu mengetahui yang terjadi padanya, sementara si empunya benih dalam rahimnya sedang melakukan pernikahan dengan wanita pilihan keluarganya karena mereka setara sedangkan Marta selama ini hanya bisa bergantung kepada Leo untuk meraih profesi dokternya karena itu Marta dengan sukareala memberikan tubuhnya untuk membayar Leo dan setelah Marta menyadari kalau ia dan Leo saling jatuh cinta tetapi Leo tak mampu meninggalkan Cindy, Marta pun sadar diri tak mungkin ia menjadi batu sandungan bagi hubungan keduanya, Marta pun menjauh sebisa yang dia mau dia melarikan diri dari Leo dan ingin mentup kisahnya dari Leo tetapi takdir berkata lain mereka bertemu lagi dalam situasi yang berbeda.
View MoreBagi Leo waktu begitu cepat menua, berbanding terbalik dengan Marta, waktu baginya seolah melambat berjalan apalagi sejak Marta terjebak dan bergantung hidup kepada Leo.
Sudah tujuh hari ini Marta ujian semester ganjil, sementara Leo sibuk mengurusi pertunanganya dengan Cindy yang akan dilaksanakan pertengahan bulan depan. Sebenarnya ada mengganjal di hati Marta mendengar pertunangan Leo dari Khiel dua minggu lalu. Tapi Marta masih pura-pura bahagia dengan itu semua,seolah hal itu tak mempengaruhinya.
Yang paling menyakitkan untuknya, Leo sama sekali tidak pernah membahasnya atau sekedar membicarakannya dengannya meski Marta memahami itu bukan urusannya tapi setidaknya mereka satu atap.
"Besok Mama akan terbang dari Singapore. Lalu akan menginap disini satu malam, sebelum dia berangkat lagi ke villannya yang di Bali ke esokannya. Jadi kalau kamu ada waktu tolong temani Mama diantar Pak Ahmad selama di Jakarta!" kata Leo tiba-tiba dan untuk pertama kalinya dia pernah mendiskusikan sesuaatu kepada Marta di sela-sela sarapan mereka.
"Ok." Kata Marta singkat serta acuh seraya memainkan sendok di piringnya. “Laura akan menjemput nanti, dia mau fitting gown buat kamu pakai di acara ...”
"Iya, tunangan, kan?" Belum sempat Leo menyelesaikan kata-katanya, Marta kemudian sudah memotongnya dengan nada lirih tapi ketus.
"What happens with you? sakit kamu ya?" tanya Leo kesal sejenak mengarahkan tatapan serius kepada Marta.
"Lanjutkan Bang, ada lagi?" Marta balik menantang tatapan kesal Leo itu tak mengerti apa yang terjadi dengan suasana hatinya itu.
“Kamu ada masalah, ya?" tanya Leo dengan nada yang menurun dan melunak.
“Apa pedulimu Bang?" jawab Marta ketus.
“What?" Desis Leo seraya mengeryitkan dahinya. Bingung dengan reaksi Marta yang tiba-tiba membangkang dan itu berhasil membuatnya kesal. Sedangkan Marta berlalu begitu saja meninggalkan sarapannya yang belum selesai di atas meja bersama Leo.
“Marta! Marta! What happens with you heh?" teriak Leo tapi Marta mengabaikannya.
“Fucking shit?" Kata Leo kesal seraya menghepasakan sendoknya di atas piring.
“Marta, Marta!” panggilnya lagi seraya menaiki anak tangga menuju ke kamar Marta di lantai atas, tapi Marta mengunci dirinya dari dalam.
"Marta!” buka pintunya, kita perlu bicara!” teriak Leo
Marta menyapu air matanya sebelum akhirnya dia membuka pintu, entah untuk apa dia menangis dan merasa pilu jika itu membahsa soal pertunangan Leo, mengapa dia harus peduli?.
"Ceklek" pintu itu kemudian terbuka.
"What happens with you heh!" seru Leo seraya seraya menarik lengan Marta.
"Nggak ada apa-apa!" jawab Marta, melemparkan tangan Leo dari lengannya tapi terbuang percuma. Karena Leo mengepalnya kencang seraya mengunci pinggang Marta dengan tangannya yang lain. Sehingga Marta jatuh ke dalam dekapanya. Mereka bertemu kulit dengan kulit. Dalam sesaat mereka jatuh dalam pandangan yang intens saling menginginkan.
Leo segera menangkup wajah Marta lalu mendaratkan pagutan di bibir gadis itu. Kemudian Marta membalas pagutan dari Leo. Mereka saling bertukar saliva kemudian membuat keadaan menjadi bisu lengang. Yang terdengar hanya sisa suara degupan jantung dan suara dari pagutan bertubi-tubi dari keduanya.
Untuk Marta, ini adalah ciuman pertamanya tapi untuk Leo dia tidak bisa mengingatnya. Namun bibir Marta jauh lebih nikmat untuk dilahapnya dari gadis cantik manapun yang pernah singgah di hatinya.
“Lepasin Bang!” kata Marta saat Leo mengarahkanya ke tempat tidur disamping mereka berdiri tadi.
“Berhenti Bang!” Marta melepaskan pagutan di antara mereka kemudian mendorong Leo agar membuat jarak di antara mereka. Karena tiba-tiba dikepalnya terlintas pertunangan Leo dan Cindy yang tinggal selangkah lagi dan juga pendidikannya yang sebentar lagi akan bergelar S.Ked di belakang namanya.
Sebaliknya, Leo tidak ingin itu berhenti justru ia semakin liar. Leo tidak melihat benteng yang barusan terlintas di mata Marta. Leo terus memaksanya sebab bagimanapun dia ingin memiliki gadis di hadapannya seutuhnya.
Tidak akan ada satupun yang bisa menghalanginya termasuk pertunanganya dengan Cindy. Namun Marta terus meronta mengelaknya. Membuat Leo geram dengan perubahan Marta yang tiba-tiba menolaknya. Padahal barusan sorot Marta sangat menginginkannya.
“Cup, hmppphhh …” semakin Marta meronta dalam pelukannya semakin membuat Leo bertenaga dan bergairah. Leo menarik tengkuk Marta yang mengelak, di dekapanya, dilumatnya lagi bibir gadis di hadapannya dengan rakus meski pemiliknya enggan, tidak ingin lagi berbagi.
Leo menempelkan kedua bibirnya di leher jenjang gadis itu. Kemudian secara bertubi memberi hisapan di sana hingga meninggalkan tanda merah di lehernya. Leo tidak peduli pemiliknya memohon kepadanya serta berharap menghentikannya namun baginya itu baru saja dimulai.
Leo semakin bersemangat, dilemparnya Marta ke atas ranjang mengunci kedua tangan gadis itu di kedua sisi telinganya. Mengapit tubuh Marta di antara kedua pahanya. Menarik kancing piyama yang dipakai Marta dengan kasar membuat kancing piyama itu berhamburan ke sembarang arah. Lalu untuk pertama sekali Leo bisa melihat sebagian tubuh Marta itu jatuh di pelupuk Matanya yang semakin membuatnya bergairah.
Dilumatnya lagi bibir gadis yang terbaring di bawahnya itu secara membabi buta dari bibir hingga turun ke gunung kembar yang membuncah di dada gadis itu.
“Cup... cup…cup” Leo memberikan hisapan di gunung kembar berbentuk apel milik Marta itu. Memainkan putting dari gunung kembar itu didalam mulutnya seraya mengulumnya sesekali. Memberi sentuhan dan pagutan di sana.
“Lepasin Bang! Please Stop! cukup aku nggak mau.” Pinta Marta memohon dan meronta dibawah kekang Leo.
"Ini hukuman untukmu Marta, karena engkau membantahku dan untuk perbuatanmu enam tahun lalu kepadaku!" kata Leo kepada Marta dengan nada suara yang menderu.
Sedendam itukah Leo kepada Marta padahal ketika itu Marta masih remaja polos, gadis berusia enam belas tahun. Dulu yang Marta tahu itu adalah perbuatan tak senonoh dan pelecahan kepada anak dibawah umur, pikir Marta.
Marta lelah meronta dan pasrah dengan situasinya yang diapit diantara kedua paha lelaki tegap diatasnya. Lelaki yang dipercayanya selama dua tahun ini untuk menjaganya sekaligus dia cintai , mungkin, karena perasaan itu masih samar untuk dipahami olehnya.
Hanya air mata kini yang tersisa di pipinya. Leo kemudian menyadari air mata itu lalu menyekanya kemudian melonggarkan sekapan di lengan gadis itu.
"Plakk ... " tamparan spontan dari Marta mendarat di wajah Leo dua kali. Meninggalkan bekas tanda merah di wajah lelaki itu. Leo hanya terpaku sejenak menyadari kalau yang dilakukannya kepada Marta barusan sangat salah.
Leo membawa Marta ke dalam dekapanya untuk menenangkanya, tapi gadis itu tetap meronta ingin membuat jarak di antara mereka dan Leo tidak berhasil membujuknya.
"Please Maafin aku, forgive me" katanya seraya mengelus-elus rambut gadis itu dan mendekapnya semakin erat sementara air mata Marta tetap menganak sungai di pipinya.
"Aku khilaf Marta, tampar lagi aku jika itu bisa membuatmu puas dan membuatmu memaafkan aku. Aku tak bermaksud mengacaukanmu ataupun merusak cita-citamu" kata Leo
"Tinggalkan aku sendiri Bang, aku mau istrihat" akhirnya suara bindeng dari Marta cukup membuat Leo tenang lalu melepaskan dekapanya. Kemudian Marta membenamkan wajahnya kedalam bantal dengan airmata tetap mengiringi di wajahnya.
Sementara Leo hanya terpaku tak dapat memikirkan apa yang terjadi setelah ini. Leo mengecup kening gadis itu. Lalu menarik bedcover yang sudah tidak berbentuk itu untuk menutupi tubuh Marta yang setengah terbuka karena ulahnya tadi. Leo kemudian berlalu dari jangkaun mata Marta dengan rasa bersalah mengikuti perasaannya.
******
Setelah menempuh hampir 18 jam perjalanan. Yang sangat membuat tubuh Marta penat. Akhirnya terbayar dengan ke tibaan Marta di Bandara FlughafenMünchen Franz Josef Strauß Munich. Marta melayangkan pandangannya pada setiap sudut gedung bandara tua itu. Pohon cemara yang dihiasi lalmpu-lampu kecil dan miniature sinterklause pertanda negara ini sedang menayambut natal. Marta merenggangkan otot-ototnya dengan hati-hati mengingat ada sesuatu dalam rahimnya kini.Munchen adalah ibu kotanegara bagian.Sekaligus kota terbesar di negara bagianBayerndiJerman yang menjadi tempat pelarian yang tepat untuk Marta. Kota yang sudah lama di incar olehnya untuk di kunjunginya dan tidak pernah menyangka akan berada dii tempat ini jauh lebih cepat dari yang di impikanya.Saat Marta tiba entah kenapa negara ini menyambutnya dengan musim dingin. Seolah mengerti jika Marta merasakan hal yang sama di hatinya kini. Di
Huru-hara pernikkahan Leo akhirnya selesai juga yang tersisa kini hanya sebuah gelar baru yang akan dia sandang seumur hidup yaitu kata “Suami”yang artinya ada tangggung jawab baru yang harus di embanya.“Aku mau" kata Cindy seraya memeluk Leo dari belakang saat ia membuka tuxedo berwarna dongker jas pengantinnya.“Tapi kamu perlu istirahat setelah tiga hari ini Kita bergelut dengan acara yang sangat melelahkan" kata Leo mengingat kondisi Cindy yang sebenarnya tidak sedang sehat-sehat saja.“Ini adalah malam pengantin kita aku masih bersemangat dan moment ini sudalah lama aku nantikan "kata Cindy“Ditangkupnya bibir Cindy itu meski dalam kepalanya Marta masih menari- menari di kepalanya.lalu melucuti baju pengantin yang Masih melekat di tubuh Cindy dan begitupun Cindy dibukanya satu persatu kancing kemeja yang masih melekat di tubuh Leo.meski ia berharap Marta yang melakukan ya namun ditenangkannya piki
Sudah hampir seminggu ini Leo dilanda gelisah. Pada akhirnya dia harus tegas pada dirinya sendiri. Leo melajukan mobil porsche di jalanan dia melaju ke rumah sakit dimana Marta Koas dan Setelah dilihatnya Marta lengkap dengan jas kebesarannya yang berwarana putih tanda ia telah mencapai sebagian titik impiannya. Ia bersama-bersama temannya sedang menuruni anak tangga pertanda itu adalah pergatian shiftnya. “Marta" katanya memangil Marta yang berjarak hiitungan meter darinya “Dan Merasa ada yang memangilnya dia mencari asal muasal suara yang sangat dikenalinya itu mengingat kata-kata Laura dan Tante Diana ingin rasanya Marta menghilang tiba-tiba agar dia bisa menghindari Leo dengan cara yang magic tapi belum sempat Marta menghindari. Leo sudah tepat di hadapan Marta dan teman - teman koasnya. “Duluan, Ta” kata teman-temannya mengetahui Marta di hampiri Leo, karena yang mereka tau Leo adalah wali bagi Marta. “Bisa
Marta menghela nafasnya dalam dan sesekali membuangnya ke udara. Untuk saa ini dia memang membutuhkan udara dalam rongga dadanya yang kian sesak.Marta sudah menerima visanya satu minggu lalu itu artinya dia akan meninggalkan Indonesia ke negara yang dia tidak pernah tau. Dihari sebelumnya dia sudah mulai searching- searching Universitas di negara itu yang mungkin menyediakan Scholarship. Untuka Marta bisa melanjutkan dokter specialistnya sehabis Koas yang tinggal satu bulan lagi Itu.Saat dia membuka mesin pencarian muncul judul berita “pernikahan para anak konglemerat menyatukan bisnis dalam pernikahan para anak Taipan” muncul pada bar goodle.Dan trending pencarian ke tiga, Antonius Leo dan Cindy O dalam pernikahan yang mewah dan glamour. Entah mengapa Marta ingin melihat portal itu meski tujuanya bukanlah ingin mencari tau soal berita itu. Dilihatnya Leo dan Cindy bahagia dan sumringah didal
“Kamu darimana saja, semalaman Handphone kamu nggak diangkat "Cerca Diana kepada Leo, ketika Leo sudah sampai di rumah sakit yang juga didirikan ayahnya itu dan Laura Juga ternyata sudah di sana juga.“Cindy kena leukimia stadium dua” kata Diana kepada Leo“Apa?” kata Leo memastikan seraya melihat Laura yang berdiri disampingnya dan Laura hanya mengiyakan dengan menganggukan kepalanya.“Sebelum semakin parah sebaiknya pernikahan kalian harusnya di percepat” Kata Diana menanggapi tatapan Leo kepada Laura.“Supaya Cindy setelahnya bisa lebih fokus untuk kemoteraphy” kata Mamanya lagi kepada Leo.Leo hanya bisa mengusap wajahnya yang sedang bingung. Dia merasa bersalah kepada Marta tapi juga ia merasa bersalah kepada Cindy yang sedang sakit sekarang.Leo tidak ingin membiarkannya begitu saja setelah dia dan Cindy bertunangan. Namun bagaimana dengan Marta yang sudah menerima
Leo meneliti setiap titik lemah di tubuh Marta. Agar Leo bisa membawanya ke alam di mana Marta tidak pernah merasakannya sebelumnya. Leo menarik atasan piyama Marta dengan cepat. Lalu membuang piyama itu ke sembarang arah. Lalu Leo mengecupi leher Marta dengan lembut. Membuat tubuh Marta menggeliat seolah ingin mengharapkan lebih dari yang dia rasakan di antara kecupan-kecupan dari bibir Leo.Kemudian Leo turun menggunakan kelihaian bibirnya menjelajahi leher jenjang Marta itu dan meletupkan inchi demi inchi di tubuh mungil itu.. Leo memberi jilatan di antara belahan gundukan Marta. Memberi gigitan-gigitan kecil tapi juga lembut. Kemudain memberi tanda merah disana. Membuat Marta mengeluarkan suara erangan dari bibirnya, sehingga kadang-kadang rasa malu menghampirnya saat Marta tesedar dengan erangannya sendiri.Namun kecupan itu membuat seluruh darahnya semakin cepat memompa dan semakin menggeliat pertandaa ia membari respon di bawah kecupan-kecupan Leo da
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments