Share

Bab 8

Penulis: Merry Raharja
Adelio benar-benar tidak bisa tidur nyenyak semalaman, kepalanya pusing dan seluruh tubuhnya terasa lengket.

Yang dia rasakan ketika bangun hanyalah perut kosong dan rasa sakit yang menusuk.

Dia berganti posisi, kemudian menyadari bahwa ranjang di sisinya kosong. Dia memijit keningnya pelan.

"Nadira ...."

Pintu kamar didorong terbuka dan Sam berdiri di ambang pintu.

"Pak Adelio sudah bangun?"

Adelio menyibak selimut. "Di mana Nadira?"

"Nyonya sudah berangkat ke kantor sejak pagi."

Dia bangkit, berpakaian lalu berjalan ke ruang makan. Ketika melihat hanya ada roti dan susu di atas meja, dia langsung mengerutkan kening.

"Di mana buburnya?"

Sam menundukkan kepalanya. "Maaf, Pak Adelio, saya nggak bisa membuat bubur, lalu Nyonya mengatakan harus pergi bekerja dan nggak ada waktu untuk membuatnya. Katanya, Anda bisa makan makanan yang ada."

Adelio merasa kesal. Setiap kali dia minum, keesokan paginya dia pasti akan makan bubur.

Sesibuk apa pun Nadira, dia akan membuatkannya bubur meskipun harus bangun subuh.

Ini adalah pertama kalinya dia bangun dengan meja kosong tanpa bubur setelah mabuk.

Merasakan sakit di perutnya, Adelio membungkuk dan menekan perutnya.

"Ambilkan obat sakit perut."

Sam mencari dengan terburu-buru.

"Pak Adelio, obat sakit perutnya disimpan di mana?"

Adelio tersentak tersadar. Dulu, saat dia sakit perut, Nadira selalu meletakkan obat sakit perut di atas meja setiap pagi.

Dia mengangkat tangannya. "Telepon Nadira dan tanyakan kepadanya."

Sam mengangkat ponselnya dan menghubungi nomor Nadira. Namun, panggilannya tidak kunjung diangkat.

Dia kembali menghubungi Nadira, tetapi tetap tidak ada balasan yang terdengar.

"Pak Adelio, Nyonya nggak mengangkat telepon."

Perutnya terasa sakit, ditambah tidak ada bubur yang bisa dimakan, Adelio makin jengkel.

"Sudahlah. Cepat beli bubur dan obat sakit perut."

"Baik."

Namun, bubur yang dibeli Sam tidak bisa dibandingkan dengan bubur buatan Nadira. Dia tidak tahu bahwa ketika perutnya sakit, Nadira bangun sejak jam tiga pagi untuk membuatkannya bubur.

Bubur direbus dalam waktu yang lama agar teksturnya kental dan aromanya harum.

Sam membeli bubur itu di restoran termahal di Kota Y, tetapi Adelio langsung kehilangan selera makannya setelah makan dua suap.

"Nggak enak."

...

Nadira sedang duduk santai di kafe sambil menikmati secangkir kopi dan sarapannya. Melihat bahwa ada seseorang yang menghubunginya, dia menyunggingkan senyuman sedingin es.

Dia berpikir bahwa jika dia berbuat baik kepada Adelio, pria itu juga akan memperlakukannya dengan tulus.

Namun, pria itu tidak hanya menjadi milik orang lain, bahkan hatinya pun menjadi milik orang lain. Nadira tidak cukup murah untuk bisa merelakan semua itu.

Hanya tersisa kurang dari sepuluh hari lagi sebelum dia benar-benar memutuskan hubungan yang sudah hancur ini.

Sementara itu, dia harus meyakinkan Sharga, seorang pria yang pendiriannya lebih kuat dari baja dan beton.

Sharga adalah seorang pebisnis, tidak peduli dengan hal lain selain hasil, apalagi keegoisan. Satu-satunya cara untuk membuat pria seperti itu terkesan adalah dengan memberikan tawaran yang memuaskannya.

Apa pun yang terjadi, dia tidak akan pernah menyerah sampai menit terakhir.

Nadira mengangkat tangan untuk melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan, lalu menghabiskan sisa kopinya dan bangkit untuk pergi ke kantor.

Saat sampai di kantor, dia melihat sekelompok orang mengelilingi Jenita dengan wajah iri.

"Jenita, kalungmu cantik sekali. Aku ingat kalau ini barang kolektor eksklusif di pelelangan. Harganya pasti sangat mahal."

Jenita yang dikelilingi oleh banyak orang, kebahagiaan terpancar di wajah putih bersihnya. Dia tidak terlihat menciut lagi seperti saat berada di acara lelang semalam.

Dengan penuh kasih, dia menyentuh kalung yang melingkar cantik di lehernya.

"Ya, pacarku yang kasih. Dia bilang kalau orang lain punya, aku juga harus punya."

Ucapan itu langsung membuat rekan-rekan wanita di sekitarnya berseru kagum.

"Sepertinya pacarmu itu sangat mencintaimu."

Mata Jenita dipenuhi dengan binar kebahagiaan ketika membicarakan tentang pacarnya.

"Pacarku bilang bakal kasih hadiah lebih besar kalau aku hamil."

Berada tidak jauh darinya, Nadira terkejut saat mendengar penuturan ini.

Seseorang di antara kerumunan menyadari keberadaan Nadira dan tatapannya berubah panik.

"Bu Nadira, selamat pagi."

Nadira menarik kembali pikirannya dan wajahnya terlihat datar.

"Selamat pagi."

Seorang rekan kerja mendekatinya, mencoba memberi isyarat dengan tangannya kepada Nadira.

"Bu Nadira, lihat kalung yang melingkar di leher Jenita, cantik sekali."

Mata Nadira kemudian tertuju pada kalung perak yang melingkar di leher Jenita, lalu tersenyum tipis.

Bukankah itu adalah kalung Eternal Heart yang berada di pelelangan?

Adelio benar-benar sangat pandai dalam bersikap adil. Dia mencoba menyenangkan kedua belah pihak dan menangani begitu banyak pekerjaan di WR Group. Apa dia tidak lelah?

Nadira berkata dengan nada tinggi, "Cantik sekali. Tapi, kenapa aku nggak lihat pacar Nona Jenita saat di pelelangan kemarin? Kalau ada waktu luang, jangan lupa pertemukan kami dengannya."

Jenita langsung tersenyum cerah.

"Kalau ada kesempatan, aku bakal mengenalkannya dengan Kak Nadira."

Mata Nadira tertuju pada kalung Eternal Heart di leher Jenita. Dia mengulurkan tangannya, mengusap lembut kalung itu.

"Kalung ini nggak murah, jadi harusnya pacar Nona Jenita juga berkecimpung di dunia bisnis. Siapa namanya, siapa tahu aku mengenalnya."

Rasa penasaran rekan kerja yang lain langsung terbangkitkan hanya karena satu pertanyaan dari Nadira.

"Iya. Kalau dia dari dunia bisnis, Bu Nadira pasti kenal. Ayo katakan namanya."

"Ya, siapa namanya?"

Jenita yang beberapa saat yang lalu tersenyum, saat ini senyum di wajahnya sedikit menghilang begitu Nadira memintanya menyebutkan nama pacarnya.

Tatapan lekat Nadira menatap tajam ke wajah kecil Jenita yang sedikit gugup.

"Kenapa nggak dijawab? Apa ada sesuatu yang nggak boleh diungkapkan?"

Satu kalimat itu cukup untuk membuat siapa pun berpikir liar.

Namun, jika Jenita memiliki pacar yang kaya dan berpengaruh, mana mungkin dia tidak memamerkannya? Kecuali jika ada hal lain yang tidak boleh diberitahukan.

Semua orang tidak bodoh, jadi mereka bisa menebak beberapa hal.

"Ini masih pagi, kenapa kalian berkumpul di sini dan nggak kerja?"

Tiba-tiba, sebuah suara laki-laki yang tegas terdengar dari belakang.

"Pak Adelio datang ...."

Semua orang bergegas kembali ke meja kerja masing-masing.

Adelio memasukkan tangannya ke dalam saku celana. Setelah mabuk semalam, dia masih terlihat sedikit lelah. Meskipun begitu, pesona di wajah tampannya tidak bisa disembunyikan, bahkan matanya masih begitu tajam.

Dia berjalan menghampiri keduanya. Tatapannya tertuju pada Nadira, lalu mengangkat ponselnya ke arah Nadira.

"Kenapa nggak jawab telepon?"

Tanpa sadar Nadira melirik ke arah Jenita dan menjawab datar.

"Aku nggak tahu. Barusan semua orang membicarakan kalung Eternal Heart di leher Nona Jenita. Katanya itu dari pacarnya, kamu kenal nggak sama pacarnya?"
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Prahara Cinta Nadira   Bab 50

    Sharga mengacungkan jempol ke arah Nadira dan berpura-pura serius."Bagus sekali, jangan mau mengemis kepadanya."Nadira tertawa getir saat melihat keseriusan Sharga. Namun, tawa yang terdengar begitu pelan dan tertahan.Dia tidak bisa memastikan apakah Sharga sedang memujinya atau hanya meremehkannya.Dia melambaikan tangan ke arahnya dengan perasaan lega."Sudah waktunya pulang."Nadira baru akan mengangkat kakinya dan melangkah pergi, tiba-tiba ada sesuatu yang menariknya dari belakang. Dia terdiam, lalu mencoba menariknya beberapa kali lagi, tetapi kakinya masih ditarik ke belakang.Ketika dia menunduk dan melihat ke belakang, ternyata anjing Sharga tengah menggigit ujung roknya.Nadira menoleh ke arah Sharga dengan bingung. "Apa maksudnya?""Mungkin ... dia nggak mau kamu pergi?"Sudut bibir Sharga sedikit terangkat, anjing ini benar-benar sangat peka.Nadira melihat mata anjing itu tidak segarang sebelumnya. Saat ini, matanya berbinar dan terlihat sangat lembut.Namun, Nadira tid

  • Prahara Cinta Nadira   Bab 49

    Adelio mengepalkan tangannya dengan erat, tetapi tubuhnya yang tinggi tidak bergerak. Wajahnya terlihat acuh dan dingin."Pak Sharga, kamu harusnya tahu seperti apa hubungan di antara kita. Kamu nggak boleh menyentuhnya.""Katakan itu padaku setelah kamu memberi pelajaran pada Nando. Oh ya, selesaikan skandalmu sendiri, jangan sampai aku mengatakannya di depan kakek."Asap putih jernih yang bercampur dengan napas yang dihembuskan Sharga saat berbicara memadat dan mengepul ke atas, sedikit ketidaksabaran mengintai di antara kedua alisnya.Adelio mengetahui temperamen Sharga. Dia tidak akan berakhir baik-baik saja jika sampai memprovokasinya.Apalagi, dia sudah mengatakan apa yang harus dia katakan.Dia berbalik dan bersiap untuk pergi.Namun, suara rendah Sharga terdengar lagi."Adelio, jangan berpikir bahwa semua orang sama menjijikkannya sepertimu. Aku nggak akan menyentuh wanita yang sudah berkeluarga, ini batasan yang tak pernah kulanggar."Bahu Adelio yang tegang berangsur-angsur

  • Prahara Cinta Nadira   Bab 48

    "Bukannya takut, aku nggak mau cari masalah saja. Pak Sharga nggak takut disalahpahami?"Nadira bersembunyi ke samping, tatapannya melirik ke arah tangga."Aku mau sembunyi di atas."Tanpa menunggu persetujuan Sharga, dia langsung lari ke atas.Sharga juga tidak menghentikannya, hanya mengaitkan bibirnya dan tertawa."Sikapmu malah menunjukkan kalau kita sedang berselingkuh."Langkah kaki Nadira terhenti sejenak, yang dikatakannya memang benar.Namun, Nadira tidak punya pilihan lain. Adelio sudah mencurigai hubungannya dengan Sharga, jika sekarang dia tahu bahwa Nadira juga datang ke rumah Sharga, dia akan makin curiga.Saat sampai di ruang tamu, Adelio sempat melihat bayangan berkelebat, serta pintu yang tertutup di lantai dua. Namun, itu hanya bayangan sekilas, jadi dia tidak bisa melihat sosok itu dengan jelas. Namun, dia bisa memastikan bahwa itu pasti seorang wanita.Sharga sudah punya pasangan?Jika memang begitu, kenapa Sharga menyembunyikan wanitanya?Sharga tidak senang dengan

  • Prahara Cinta Nadira   Bab 47

    Sharga duduk di sofa, menyeruput kopinya sambil membicarakan masalah proposal dengan Nadira.Jari-jari kurus pria itu menunjuk data yang tertulis. "Kalau kamu menuliskan sesuai dengan data ini, mereka akan berpikir bahwa biayanya terlalu tinggi. Kalau kamu ingin mendapatkan hak untuk menjalankan proyeknya, kamu harus memberikan harga yang lebih murah dari WR Group. Satu-satunya yang dilihat oleh pebisnis adalah keuntungan."Nadira mengernyitkan dahinya. "Tapi, aku sudah menghitung angka ini berkali-kali, nggak mungkin bisa lebih rendah lagi.""Bagaimana kamu akan berterima kasih padaku kalau aku masih bisa menurunkan angka ini lebih rendah lagi?"Ujung-ujung jari Sharga memutar-mutar pulpen. Nadira merasa pulpen itu pun jadi tampak menawan di genggamannya."Aku akan mentraktirmu makan." Dia tidak mampu memberikan apa pun selain mentraktirnya makan.Namun, pria ini adalah seorang pengusaha yang licik. Nadira memberikan proposal ini secara cuma-cuma, bahkan permintaannya pun sederhana, y

  • Prahara Cinta Nadira   Bab 46

    Hah?Mulut Nadira hampir ternganga, untuk pertama kalinya dalam hidupnya dia mendengar permintaan untuk mencuri dari seseorang.Tidak, penjelasan itu terdengar terlalu aneh.Nadira tahu dia tidak bisa menang berdebat dengan Sharga. Keberadaan pria itu masih sangat baru di otaknya. Tidak ada kata yang tidak bisa dijawab oleh Sharga."Aku akan naik dan mengambilnya."Sharga melihat punggung kurus Nadira, anjingnya pun mengikuti tatapannya....Grup WR.Adelio baru selesai mendiskusikan masalah Liane dengan Jenita, lalu keluar untuk bertemu klien. Tiba-tiba, dia bertemu dengan Nando secara tidak sengaja, yang tidak terlihat sombong seperti biasanya. Sepertinya auranya sedikit melemah.Dia ingat bahwa terakhir kali Nando meneleponnya, memberitahunya bahwa Nadira sedang bersama Sharga, saat itu, dia tidak punya waktu untuk memberi Nando pelajaran.Adelio membuka pintu mobil dan melangkah keluar, berjalan lurus ke arah Nando. Dia langsung mencengkeram kerah bajunya, wajahnya sangat tidak ber

  • Prahara Cinta Nadira   Bab 45

    Sentuhan berbulu itu sangat mengejutkan Nadira hingga bulu kuduknya berdiri. Dia langsung melompat ke sofa ketakutan, tanpa sadar hendak menarik ujung pakaian Sharga."Pak Sharga ...."Tolong kondisikan anjingmu itu!Sharga hanya mengangkat pandangannya dengan malas. "Dia cuma mau kamu mengelusnya."Nadira terkejut. "Apa kamu yakin dia nggak sedang menginginkan dagingku?"Dia selalu merasa bahwa anjing itu akan menerkamnya kapan saja.Sharga meminum setengah kopinya dan bersandar di sofa dengan santai. "Dia memang minta daging."Cara dia berbicara membuat Nadira takut dan meringkukkan tubuhnya di sofa.Pria itu meliriknya, lalu menambahkan."Dia nggak makan daging manusia, jadi kenapa harus takut?"Meskipun Nadira tahu bahwa Sharga suka mempermainkannya, tidak dapat dipungkiri bahwa anjing sebesar itu masih membuatnya takut.Dia hanya ingin cepat-cepat menyelesaikan pembicaraan dengan Sharga, lalu pergi dari tempat ini."Pak Sharga, bagaimana kalau kita bicarakan Proyek Obari dulu? Apa

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status