Share

Bab 7

Penulis: Merry Raharja
Seketika itu juga, topik pembicaraan beralih kepada Sharga dan Nadira. Kekhawatiran Nadira pun kembali terangkat.

Semua orang di industri ini tahu bahwa WR Group dan LS Group adalah saingan. Di Kota Y, hanya kedua perusahaan ini yang mampu bersaing.

Jika seseorang memiliki hubungan dekat dengan pihak pesaing, mereka pasti akan dicurigai.

Namun, selama kemampuan aktingnya cukup kuat, hal ini tidak menjadi masalah.

Nadira menjawab ringan, "Aku nggak sengaja menginjak sepatu Pak Sharga tadi, jadi sudah seharusnya aku minta maaf. Apa ini dianggap berlebihan?"

Sharga membalas dengan genit.

"Iya, Bu Nadira baru minta maaf kepadaku dan secara kebetulan Pak Adelio datang."

Adelio menatap Sharga dengan keningnya berkerut, raut wajahnya tidak terlihat baik-baik saja.

"Shar ...."

"Karena Pak Adelio ada di sini, lebih baik kamu saja yang menyampaikan permintaan maaf. Bagaimanapun juga, aku bukan orang yang suka menyulitkan wanita."

Adelio baru akan mengatakan sesuatu, tetapi Sharga sudah menyela dengan tidak sopan.

Mendengar itu, Nadira bahkan lebih terkejut lagi. Dia merasa bahwa Sharga sangat tidak tahu malu. Barusan, dia sudah membuatnya hampir jatuh, sekarang dia dengan tidak tahu malunya mengatakan bahwa dia tidak suka menyulitkan wanita.

Adelio tidak mengatakan apa-apa, wajahnya suram dan penuh tekanan.

Entah mengapa, Nadira merasa ada yang tidak beres dengan Adelio malam ini, terutama setelah bertemu dengan Sharga. Entah kenapa pria itu terlihat tidak tenang.

Sesaat kemudian, Sharga mengusap keningnya dan berkata dengan nada jengkel.

"Katanya Pak Adelio mementingkan istrinya seperti nyawanya sendiri, apa kabar itu salah?"

Itu hanya kalimat yang ringan, tetapi saat keluar dari mulut Sharga, rasanya begitu mengintimidasi.

Jika itu terjadi di masa lalu, Nadira akan langsung membela Adelio. Dia orang yang sangat protektif. Tidak masalah jika menggertaknya, tapi jangan sampai menyakiti orang yang dia sayangi.

Namun, sekarang dia hanya ingin melihat sikap apa yang akan dipilih Adelio.

Dia tahu bahwa Adelio memiliki harga diri yang tinggi. Seorang pria berbakat yang sombong, bagaimana mungkin bersedia meminta maaf kepada pesaingnya.

Apalagi ada begitu banyak orang yang menyaksikan kejadian ini. Jika beritanya sampai tersebar, pasti akan menjadi topik hangat di sela-sela perbincangan minum teh.

Suasana menjadi makin panas.

Jenita berbicara dengan hati-hati, "Pak Sharga, ini bukan masalah besar, hanya masalah sepatu. Bagaimana kalau kami mengganti rugi?"

Sharga menaikkan ujung matanya yang tajam dengan ekspresi menggoda

"Apa mungkin wanita ini adalah calon istri kedua Pak Adelio?"

Jenita langsung terpojok oleh satu pertanyaan itu.

Adelio menarik Jenita ke belakangnya. "Aku lupa mengenalkannya kepadamu, Pak Sharga. Ini Jenita Maheswari, pegawai baru di perusahaan kami."

Tatapan Sharga tertunduk sambil memainkan jam di pergelangan tangannya, membalas dengan jawaban yang tidak menyenangkan.

"Oh, aku nggak kenal."

Jenita tampak seperti kelinci yang ketakutan, terlihat sangat sedih. Dia berdiri di belakang Adelio, menarik ujung jasnya, kemudian berkata dengan suara lembut.

"Lio ...."

Garis rahang Adelio menegang, tinjunya mengepal, tetapi kembali mengendur dengan cepat. Setelah menarik napas dalam-dalam, dia berbicara dengan berat hati.

"Istriku melakukan kesalahan, jadi sebagai suami, sudah seharusnya aku bertanggung jawab. Apa yang diinginkan Pak Sharga?"

Saat itu pelayan lewat dan Sharga mengangkat tangannya.

"Minumlah sebotol sampanye ini dan aku akan menganggap masalah ini selesai, Pak Adelio."

Jenita buru-buru menghentikannya. "Jangan begini. Lio nggak bisa minum sebanyak itu. Pak Sharga, aku akan menggantikannya."

Jenita meraih botol sampanye itu dan hendak meminumnya, tetapi Adelio merebutnya dengan kening berkerut.

"Kamu alergi alkohol, jangan main-main."

Melihat itu, Nadira sedikit terhuyung dan mundur dua langkah ke belakang, tenggorokannya tercekat. Pria itu ingat Jenita alergi alkohol, tetapi tidak ingat Nadira alergi debu.

Jari-jarinya mencengkeram kursi di sebelah hingga memutih.

Adelio mengambil botol sampanye, mendongakkan kepalanya untuk menenggaknya langsung dari botol. Jenita menatapnya tidak tega.

Sharga hanya bersandar di kursi sebelah, melihat semua ini dengan penuh ketertarikan. Melihat Adelio menghabiskan sebotol sampanye, dia pun bertepuk tangan dengan penuh penghargaan.

"Pak Adelio benar-benar peminum yang hebat."

Setelah itu, Sharga melambaikan tangannya dengan santai lalu memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana dan meninggalkan ruang lelang.

Perut Adelio terasa tidak nyaman, tetapi dia menguatkan diri untuk menatap wajah pucat Nadira.

Dia berjalan gontai menghampiri Nadira dan menggenggam tangannya, memberi isyarat.

"Sharga bukan orang baik, jadi kamu harus menghindarinya."

Melihatnya tidak bisa berdiri dengan benar, Nadira mengulurkan tangan, berniat menopangnya.

"Ayo pulang dan minum obat pereda mabuk."

Adelio menghampiri Jenita di sebelahnya.

"Kamu pulang naik taksi dan kabari aku kalau sudah sampai rumah."

Jenita mengangguk pelan. "Hmm."

Menoleh, Jenita mengulurkan tangan ke arah Nadira sambil memberi isyarat.

"Kak Nadira, tolong jaga Lio baik-baik. Dia nggak bisa minum alkohol, jadi besok pasti akan sakit perut. Tolong buatkan bubur untuknya besok."

Mendengar itu, napas Nadira tercekat. Dia tidak menjawab, hanya menegur halus.

"Nona Jenita hati-hati di jalan. Ke depannya, tolong panggil Pak Adelio saja saat di depan umum. Tidak baik kalau ada yang salah paham dan mengira bahwa Nona Jenita adalah kekasih Pak Adelio."

Setelah mengatakan itu, dia tidak memberi Jenita kesempatan untuk membantah dan membantu Adelio berjalan keluar.

Jenita menatap punggung keduanya, menggigit bibir merah mudanya dengan erat. Ada rasa tidak rela terselip di bagian bawah matanya.

Ketika Nadira membantu Adelio keluar, dari sudut matanya dia melihat sekilas bahwa tidak jauh dari sana, sosok Sharga dengan malas bersandar di sisi Bugatti. Dia bertelepon dengan kepala tertunduk, sambil menikmati sebatang rokok di bibirnya.

Tanpa sengaja, Sharga menoleh sedikit dan mata hitam dinginnya yang penuh misteri bertemu dengan mata Nadira.

Nadira segera mengalihkan pandangannya, merasa seakan jantungnya berhenti berdetak. Dia membuka pintu mobil dan membantu Adelio masuk ke dalam.

Mobilnya melaju melewati mobil Sharga.

Nadira duduk di kursi belakang. Untuk sesaat tanpa bisa dijelaskan, dia merasakan hawa dingin menjalar di punggungnya.

Dia tidak tahu mengapa Sharga melakukan itu pada Adelio.

Siapa pun bisa melihat bahwa Sharga sengaja menargetkannya.

Adelio telah berkecimpung di dunia bisnis selama bertahun-tahun dan dia tidak pernah terlihat begitu tidak nyaman seperti malam ini. Apa di antara dia dan Sharga ada sesuatu yang tidak Nadira ketahui?

Adelio terlihat sangat tersiksa. Efek dari menenggak habis sebotol sampanye tidak bisa dianggap remeh. Aroma alkohol yang memenuhi mobil membuat Nadira mengerutkan alis.

Tanpa sadar, dia merasa mual dan ingin muntah.

Dia membuka jendela agar udara di dalam mobil bersirkulasi, barulah rasa tidak nyaman itu perlahan-lahan mereda.

Sesampainya di rumah, dia membantu Adelio kembali ke kamar, dibantu oleh Sam.

Melihat Adelio mabuk, Sam berkata, "Nyonya, saya akan membuatkan sup pereda mabuk dulu. Nyonya tolong temani Pak Adelio sebentar."

"Pergilah."

Melihat bibir Adelio yang kering dan mengelupas, Nadira beranjak, ingin mengambilkannya segelas air.

"Jangan pergi, jangan tinggalkan aku. Aku akan menjadi kaya, lalu menikah denganmu, Jenita ...."

Mendengar pernyataan ini, hatinya yang sudah bergelut sepanjang malam tiba-tiba terjatuh ke dalam jurang yang dalam.

Selama ini, dia berpikir bahwa kerja keras Adelio untuk mewarisi perusahaan dan mendapatkan persetujuan kakeknya adalah agar dia bisa mengobati penderitaan Nadira sewaktu kecil, serta memberinya kehidupan yang lebih baik.

Selama masa-masa terberatnya, Nadira selalu ada untuknya. Saat malam dia lalui tanpa tidur untuk bertemu klien, bahkan saat dia sampai mengalami pendarahan lambung karena minum terlalu banyak, Nadira tidak pernah mengeluhkan apa pun kepadanya.

Namun sekarang, pria ini mengatakan bahwa motivasi terbesar di balik perjuangannya adalah Jenita.

Lalu dia sendiri bagaimana? Apa artinya dia bagi Adelio?
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Prahara Cinta Nadira   Bab 50

    Sharga mengacungkan jempol ke arah Nadira dan berpura-pura serius."Bagus sekali, jangan mau mengemis kepadanya."Nadira tertawa getir saat melihat keseriusan Sharga. Namun, tawa yang terdengar begitu pelan dan tertahan.Dia tidak bisa memastikan apakah Sharga sedang memujinya atau hanya meremehkannya.Dia melambaikan tangan ke arahnya dengan perasaan lega."Sudah waktunya pulang."Nadira baru akan mengangkat kakinya dan melangkah pergi, tiba-tiba ada sesuatu yang menariknya dari belakang. Dia terdiam, lalu mencoba menariknya beberapa kali lagi, tetapi kakinya masih ditarik ke belakang.Ketika dia menunduk dan melihat ke belakang, ternyata anjing Sharga tengah menggigit ujung roknya.Nadira menoleh ke arah Sharga dengan bingung. "Apa maksudnya?""Mungkin ... dia nggak mau kamu pergi?"Sudut bibir Sharga sedikit terangkat, anjing ini benar-benar sangat peka.Nadira melihat mata anjing itu tidak segarang sebelumnya. Saat ini, matanya berbinar dan terlihat sangat lembut.Namun, Nadira tid

  • Prahara Cinta Nadira   Bab 49

    Adelio mengepalkan tangannya dengan erat, tetapi tubuhnya yang tinggi tidak bergerak. Wajahnya terlihat acuh dan dingin."Pak Sharga, kamu harusnya tahu seperti apa hubungan di antara kita. Kamu nggak boleh menyentuhnya.""Katakan itu padaku setelah kamu memberi pelajaran pada Nando. Oh ya, selesaikan skandalmu sendiri, jangan sampai aku mengatakannya di depan kakek."Asap putih jernih yang bercampur dengan napas yang dihembuskan Sharga saat berbicara memadat dan mengepul ke atas, sedikit ketidaksabaran mengintai di antara kedua alisnya.Adelio mengetahui temperamen Sharga. Dia tidak akan berakhir baik-baik saja jika sampai memprovokasinya.Apalagi, dia sudah mengatakan apa yang harus dia katakan.Dia berbalik dan bersiap untuk pergi.Namun, suara rendah Sharga terdengar lagi."Adelio, jangan berpikir bahwa semua orang sama menjijikkannya sepertimu. Aku nggak akan menyentuh wanita yang sudah berkeluarga, ini batasan yang tak pernah kulanggar."Bahu Adelio yang tegang berangsur-angsur

  • Prahara Cinta Nadira   Bab 48

    "Bukannya takut, aku nggak mau cari masalah saja. Pak Sharga nggak takut disalahpahami?"Nadira bersembunyi ke samping, tatapannya melirik ke arah tangga."Aku mau sembunyi di atas."Tanpa menunggu persetujuan Sharga, dia langsung lari ke atas.Sharga juga tidak menghentikannya, hanya mengaitkan bibirnya dan tertawa."Sikapmu malah menunjukkan kalau kita sedang berselingkuh."Langkah kaki Nadira terhenti sejenak, yang dikatakannya memang benar.Namun, Nadira tidak punya pilihan lain. Adelio sudah mencurigai hubungannya dengan Sharga, jika sekarang dia tahu bahwa Nadira juga datang ke rumah Sharga, dia akan makin curiga.Saat sampai di ruang tamu, Adelio sempat melihat bayangan berkelebat, serta pintu yang tertutup di lantai dua. Namun, itu hanya bayangan sekilas, jadi dia tidak bisa melihat sosok itu dengan jelas. Namun, dia bisa memastikan bahwa itu pasti seorang wanita.Sharga sudah punya pasangan?Jika memang begitu, kenapa Sharga menyembunyikan wanitanya?Sharga tidak senang dengan

  • Prahara Cinta Nadira   Bab 47

    Sharga duduk di sofa, menyeruput kopinya sambil membicarakan masalah proposal dengan Nadira.Jari-jari kurus pria itu menunjuk data yang tertulis. "Kalau kamu menuliskan sesuai dengan data ini, mereka akan berpikir bahwa biayanya terlalu tinggi. Kalau kamu ingin mendapatkan hak untuk menjalankan proyeknya, kamu harus memberikan harga yang lebih murah dari WR Group. Satu-satunya yang dilihat oleh pebisnis adalah keuntungan."Nadira mengernyitkan dahinya. "Tapi, aku sudah menghitung angka ini berkali-kali, nggak mungkin bisa lebih rendah lagi.""Bagaimana kamu akan berterima kasih padaku kalau aku masih bisa menurunkan angka ini lebih rendah lagi?"Ujung-ujung jari Sharga memutar-mutar pulpen. Nadira merasa pulpen itu pun jadi tampak menawan di genggamannya."Aku akan mentraktirmu makan." Dia tidak mampu memberikan apa pun selain mentraktirnya makan.Namun, pria ini adalah seorang pengusaha yang licik. Nadira memberikan proposal ini secara cuma-cuma, bahkan permintaannya pun sederhana, y

  • Prahara Cinta Nadira   Bab 46

    Hah?Mulut Nadira hampir ternganga, untuk pertama kalinya dalam hidupnya dia mendengar permintaan untuk mencuri dari seseorang.Tidak, penjelasan itu terdengar terlalu aneh.Nadira tahu dia tidak bisa menang berdebat dengan Sharga. Keberadaan pria itu masih sangat baru di otaknya. Tidak ada kata yang tidak bisa dijawab oleh Sharga."Aku akan naik dan mengambilnya."Sharga melihat punggung kurus Nadira, anjingnya pun mengikuti tatapannya....Grup WR.Adelio baru selesai mendiskusikan masalah Liane dengan Jenita, lalu keluar untuk bertemu klien. Tiba-tiba, dia bertemu dengan Nando secara tidak sengaja, yang tidak terlihat sombong seperti biasanya. Sepertinya auranya sedikit melemah.Dia ingat bahwa terakhir kali Nando meneleponnya, memberitahunya bahwa Nadira sedang bersama Sharga, saat itu, dia tidak punya waktu untuk memberi Nando pelajaran.Adelio membuka pintu mobil dan melangkah keluar, berjalan lurus ke arah Nando. Dia langsung mencengkeram kerah bajunya, wajahnya sangat tidak ber

  • Prahara Cinta Nadira   Bab 45

    Sentuhan berbulu itu sangat mengejutkan Nadira hingga bulu kuduknya berdiri. Dia langsung melompat ke sofa ketakutan, tanpa sadar hendak menarik ujung pakaian Sharga."Pak Sharga ...."Tolong kondisikan anjingmu itu!Sharga hanya mengangkat pandangannya dengan malas. "Dia cuma mau kamu mengelusnya."Nadira terkejut. "Apa kamu yakin dia nggak sedang menginginkan dagingku?"Dia selalu merasa bahwa anjing itu akan menerkamnya kapan saja.Sharga meminum setengah kopinya dan bersandar di sofa dengan santai. "Dia memang minta daging."Cara dia berbicara membuat Nadira takut dan meringkukkan tubuhnya di sofa.Pria itu meliriknya, lalu menambahkan."Dia nggak makan daging manusia, jadi kenapa harus takut?"Meskipun Nadira tahu bahwa Sharga suka mempermainkannya, tidak dapat dipungkiri bahwa anjing sebesar itu masih membuatnya takut.Dia hanya ingin cepat-cepat menyelesaikan pembicaraan dengan Sharga, lalu pergi dari tempat ini."Pak Sharga, bagaimana kalau kita bicarakan Proyek Obari dulu? Apa

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status