‘Gila, body belakangnya tak kalah menggirukannya dengan bagian depan. Sepertinya hari ini gua benar-benar akan dapat durian runtuh. Kalau sering-sering dapat klien yang begini sih, gua rela gak dibayar, asal….’ Ipang bermonolog dalam hari, seberkas senyum seringai pun menghiasi wajah tampannya. Kedua bola mata elang Ipang, mendadak berbinar nyaris tak berkedip memandang nanar bagian belakang tubuh seksi dan sintal Firda yang tengkurap mengenakan pakaian seragam PNS lengkap dengan kerudungnya. Kerongkongan dan zakunnya pun beberapa kali bergerak naik turun menelan ludah sendiri. Dengan sangat perlahan Ipang maju beberapa langkah mendekati ranjang. Sebagai terapis yang sudah malang melintang dan berpengalaman dalam menaklukkan cliennya, dia pun sudah menangkap gelagat penolakan keras dari sikap Firda yang sama sekali tidak mempedulikan sarannya. Namun demikian tak sedikit pun Ipang merasa tersinggung denang sikap Firda tersebut. Sebagai terapis yang sudah malang melintang di dunia per
Firda keluar dari kamar mandi dengan gerakan yang beringsut menutupi terbukanya sebagian auratnya, Firda melihat Ipang memandangnya dengan ternganga. Matanya seakan mau melompat dari kelopaknya dan zakunnya terus bergerak-gerak menelan ludahnya sendiri.Betapa malunya hari Firda. Dipandangi oleh lelaki semuda dan segagah Ipang dalam keadaan setengah telanjang. Walaupun hanya sesaat, Firda bisa merasakan ketakjuban luar biasa dari sorot mata Ipang atas dirinya.Namun anehnya, dalam waktu bersamaan Firda pun merasa tersanjung dan senang menerima tatapan penuh kaguman dari lelaki yang sesungguhnya pantas menjadi adiknya.Sesaat kemudian Firda baru menyadari jika pintu kamar telah tertutup rapat sehingga tak ada sedikit pun celah dari luar yang bisa melihat ke dalam. Pendingin ruangan pun ternyata telah dinyalakan dalam suhu yang sangat sedang."Silakan tengkurap lagi, Mbak!" Instruksi Ipang membuyarkan lamunan Firda.Bagai seekor kerbau betina yang sudah dicucuk hidungnya, walau dengan p
Tubuh Firda kini mendaadak bergetar dan sedikit menggigil. Bukan karena takut atau kedinginan, namun kesadarannya mulai mendeteksi jika Ipang sekarang bisa memandangi seluruh pahanya dengan leluasa. Dia pun menduga jika Ipang dapat melihat celana dalamnya dengan sangat leluasa.Badan Firda kembali bergemetar, padahal Ipang baru mengoleskan minyak urut ke permukaan kedua pahanya. Ada perasaan tak rela tubuh moleknya disentuh oleh Ipang. Namun Firda tak bisa mencegah saat Ipang terus membalur seluruh pahanya dengan minya urut tak terkecuali paha bagian dalamnya.Tubuh Firda mendaadak terasa seperti tersengat arus listrik yang secara tiba-tiba membuatnya menggeljang tanpa sadar.Entah sengaja atau tidak, jemari Ipang menyentuh dan menekan selangkangan bagian dalam yang sontak membuat darah Firda mendidih dan bergejolak. ‘Ya Tuhan, apa yang sesungguhnya terjadi dengan diriku?’ keluh Firda dalam hatiBeberapa saat kemudian terbersit kesadaran dan nuraninya yang mengatakan jika semua ini ha
“Bu Firda kenapa?” tanya Asrul dengan intonasi yang sangat khawatir dan tiba-tiba.“Eh, ke..ke..kenapa, Pak?” Firda yang sedang duduk melamun di dapur kantor pun seketika terperanjat. Karena panik dan gugup dia malah balik bertanya dengan suara yang tergagap.“Lah, kok malah balik tanya. Itu wajah Bu Firda sampai pucat begitu kenapa? keringat lagi. Ibu sakit bukan?” Asrul kembali bertanya, kian tak mengerti dengan sikap Firda yang akhir-alhir dia lihat mudah gugup dan sering melamun. Asrul bahkan menangkap sebuah keganjilan aneh yang menyelimuti Firda.“Aduh, sebentar Pak, saya masih capek!” jawab Firda mencari alasan sekenanya.Tadi ketika berada di dalam ruangan kantor, Asrul melihat Firda baru kembali dari rumah Pak Kades. Saat Firda turun dari motornya, Asrul dengan sangat melihat wajah rekan kerjanya itu dalam keadaan pucat dan tegang. Naluri sebagai rekan langsung berkata jika Firda sedang tidak baik-baik saja. Atau setidaknya ada sesuatu yang tidak beres.Dan ketika Firda tidak
Satu jam yang lalu, karena tergesa-gesa untuk segera keluar dari rumah megah nan mewah itu, Firda akhirnya terpaksa harus balik lagi ke lantai dua. Sebenarnya dia sangat enggan untuk kembali bertemu Ipang, namun kunci motornya tertinggal di meja ruang tengah tempat tadi dia menyimpannya.Firda segera kembali naik ke lantai dua. Ketika tiba di sana untuk beberapa saat dia terpaksa harus tergamam tak bisa bergerak. Telinganya dengan sangat jelas menangkap obrolan tak bisada antara Bunda Eni dengan sang terapis. Firda pun segera merapatkan tubuhnya pada dinding dekat pintu masuk. Awalnya dia tidak berniat menguping, namun saat namanya disebut-sebut dalam obrolan itu, jiwa keponya pun meronta-ronta.“Jadi kamu sudah sangat yakin kalau Firda saat ini sedang tidak baik-baik saja, Pang.” Dengan suara yang agak lantang, Bunda Eni melanjutkan obrolannya. “Saya sangat yakin, Bunda. Bu Firda memang sedang didekati arwah penasaran anak itu. Atau setidaknya dia sudah pernah didatangi si Arman it
Bagai tersambar petir siang bolong, sekujur tubuh Firda terasa panas membara. Namun juga menggigil kedinginan seperti orang yang terkena demam. Saat ini depan matanya terpampang pemandangan yang sangat mencengangkan. Bunda Eni yang selama ini mengaku sakit diabet ternyata sudah sembuh total.Beliau kini bahkan hanya memakai celana dalam dan bra warna hitam berenda. Tubuhnya yang gempal, montok putih mulus, tampak sangat nyaman duduk mesra di pangkuan lelaki muda berwajah tampan dan bertubuh altelis yang masih berpakaian lengkap. Mereka tampak seperti pasangan ibu dengan anaknya.Seperti itu juga yang seketika Firda bayangkan saat Bunda Eni merenggut keperjakaan Hendy atau lelaki muda lainnya. Beruntung sekali Arman tidak pernah tergoda. Sungguh semua kamuplase yang dilakukan Bunda Eni, benar-benar luar biasa, pikir Firda.Bunda Eni melingkarkan kedua tangannya pada leher Ipang. Mereka berhadap-hadapan dan saling saling berpagutan mesra. Kepala mereka tampak bergerak pelan ke berbagai
Setelah bersimpuh, Bunda Eni langsung mejilati tepian celana dalam Ipang. Bulu-bulu yang mengawali wilayah yang paling menggairhkankanya itu tampak terserak di batas tepian celana tipis nan seksi itu. Firda baru kali melihat celana dalam lelaki dengan bentuk yang sangat aneh juga menarik. Dia hanya tahu semua sempak lelaki sama saja bentuknya hanya beda warna.Dan pada detik berikutnya, Bunda Eni menampakkan sosok dirinya yang sangat rakus dan nakal. Dengan sangat liarnya wanita yang dalam kesehariannya selalu menutup rapat-rapat auratnya itu membetot celana dalam lelaki yang bukan suaminya itu. Dan dengan gigitannya dia pun menarik lepas celana dalam Ipang dari selangkangannya.Bunda Eni terus menggigit, sementara Ipang mengikuti tarikan gigi Bunda Eni dengan mengangkat kakinya bergantian hingga celan itu benar-benar lepas dan kini berada dalam genggaman sang wanita.Bunda Eni menciumi kain berbentuk segitiga itu sebelum melemparnya ke lantai. Dia tampak begitu bergairah saat menyesa
Tok tok tok…Pintu dapur kantor tiga kali diketuk dengan tidak terlalu keras, namun sudah sangat keras untuk bisa menyadarkan Firda dari semua lamunan dan bayangan percintaan Bunda Eni dengan Ipang.“Bu Firda, are you, oke?” tanya Asrul dari balik pintu dengan suara yang terdengar sangat khawatir, karena Firda tidak langsung menjawab ketukan pintunya.“Oke banget, masuk aja, Pak!” balas Firda seraya merapikan pakaian dan duduknya. Dia berharap Asrul tidak terlalu bisa melihat sisa-sisa ketegangan dalam dirinya. Asrul masuk kembali ke ruangan dan langsung duduk berhadapan dengan Firda. Wajah sang lelaki berwatak agamis itu tampak cerah. Hatinya sudah sedikit lega dan tenang karena melihat wajah Firda yang sudah kembali normal. Berdarah dan sedikit berseri-seri walau masih ada sisa-sisa keringat di beberapa titik.“Gimana Bu sudah enteng dan lebih enakan?” Asrul langsung bertanya dengan senyum khasnya.“Alhamdulillah.” Firda menjawab seraya mengulaskan senyum manisnya juga.“Hmmm, gima