Sepersekian detik tubuhnya masih membeku.Ivy terlalu terkejut dan tidak tahu harus bagaimana dalam situasi ini.Tapi kesadaran menyentaknya kemudian.Alarm di kepalanya memberi peringatan untuk tidak terbawa suasana.Saat akan mengangkat kepala dan tubuhnya dari dada Ethan, Ivy merasakan lengan kanan pria itu melingkari pinggangnya dan lengan kiri Ethan berada di bawah lehernya.Ia tertahan di sana. Dalam posisi dan jarak yang telah menipis.“Ethan ….”Ivy tidak bisa melanjutkan ucapannya, mana kala bibir Ethan mendarat pelan di keningnya. Bukan sedetik, tapi lima detik. Kecupan ringan, namun dalam, dan meninggalkan bunyi ‘cup’ pelan di keheningan antara mereka.Ivy yang mematung tahu-tahu sudah dibantu berdiri tegak kembali.Ethan masih berada di belakangnya. Wanita itu masih mengerjap-ngerjapkan mata dengan bingung. Shock karena ciuman di yang didapatkannya dari Ethan dalam keadaan sadar sepenuhnya seperti saat ini.Hangat bibir Ethan masih terasa di keningnya. Merambat pelan sa
Senja sudah berlalu, malam baru saja datang, saat Ivy turun dari mobil setelah Martin membukakan dan menahan pintu untuknya.Acara yang dihadirinya tadi menyita cukup banyak waktu. Ia dan Verena sempat terjebak dalam diskusi panjang soal kontribusi The Alden Circle dalam penggalangan dana restorasi artefak kuno milik museum.Acara yang diselenggarakan pihak museum memang berlangsung santai, tapi Ivy merasa lebih letih hari ini.Mungkin karena tadi tenaganya habis untuk terlibat dalam diskusi, atau … karena kurang tidur.Jam tidurnya yang terganggu akibat terbangun tengah malam, lalu dengan sadar mengukur ketampanan Ethan yang tidur di sisinya.Mengingat itu lagi, Ivy tersenyum sambil geleng-geleng kepala. Langkahnya melambat menuju tangga, dan seketika senyumnya menghilang saat melihat Ethan berdiri di sisi tangga bawah.Ia menunduk sejenak untuk menghilangkan ekspresi malunya agar kembali netral, lalu sedetik kemudian mengangkat kepalanya dan menatap Ethan yang juga sedang menatapnya
Stella menjaga jarak aman agar tidak mudah terlihat, tapi cukup dekat untuk memastikan ke mana Julian pergi.Ia melihat mobil pria itu berhenti di depan sebuah bangunan dua lantai yang agak tersembunyi, Stella langsung merasa menemukan celah.Ia mencurigai Julian yang mungkin sedang merencanakan sesuatu atau menyembunyikan rahasia yang berkaitan dengan keputusan Ethan dalam pengalihan tugas yang tadi diberitahukan.Pasti ada sesuatu yang tidak boleh ia ketahui.Tapi, apa?Karena itulah ia memutuskan untuk mengikuti Julian. Menepikan mobilnya dulu di tempat aman, lalu mulai berjalan nyaris empat puluh meter di belakang pria itu.Area di sekitar gedung itu sepi, jadi Stella harus bisa menyamarkan aksinya dari Julian.Beruntungnya Stella, Julian sedang sibuk dengan ponselnya selagi melangkah ke arah tempat tujuan.Dari luar, memang tampak seperti tempat biasa, tapi bagian depannya dipenuhi tanaman menjalar dan kaca buram yang menutupi hampir seluruh bagian dalam.Lalu, Julian masuk melal
Tenang, tenang.Sepertinya keputusan Ethan cuma bersifat sementara.Stella yakin, Ethan masih membutuhkannya. Ia bukan dipecat, cuma tugas-tugas awalnya tidak lagi sama seperti dulu. Itu saja.Tidak mungkin Ethan mencurigai sesuatu. Karena Ethan yang ia kenal, tidak suka basi-basi, tapi pasti langsung bertindak.Stella menghela napas, lalu mengangkat kepalanya perlahan. Senyumnya kembali dipasang, meski matanya menyimpan gemuruh tak terbaca.“Baiklah,” ucapnya, nyaris berbisik. “Kalau itu keputusanmu, aku tidak akan mempermasalahkan.”Julian melirik Stella singkat. Ia seperti ingin berkata sesuatu, tapi mengurungkan niatnya karena merasakan aura tegang yang menggantung di antara mereka.Ethan tidak menanggapi. Ia hanya membuka halaman baru di dokumen, menandai sesuatu dengan pulpen, seolah pembicaraan itu sudah selesai.Namun bagi Stella mereka belum selesai.“Tapi Ethan, boleh aku tahu sampai kapan tugasku diambil alih oleh Julian?” tanyanya lembut, hati-hati.Tanpa menatap Stella, E
Sore harinya, di Winchester Corporation.Setelah merampungkan sebagian pekerjaannya hari ini, Ethan membuka kembali dokumen penyelidikan terkait kecelakaan yang menimpa Ivy beberapa waktu lalu.Termasuk insiden yang baru saja terjadi, total sudah tiga peristiwa nyaris merenggut nyawa Ivy.Dan semuanya terjadi dalam rentang waktu yang tidak terlalu berjauhan.Kening Ethan mengerut. Ujung jarinya mengetuk pelan permukaan meja, sementara tatapannya terpaku pada laporan penyelidikan yang terbuka.Kecurigaan terhadap Stella kembali mengemuka, terutama sejak insiden reruntuhan bangunan di kediaman nyonya Helwig menempatkan nama sekretarisnya itu sebagai orang yang patut dicurigai.Meski belum ada bukti konkret kecurigaan itu berdasar.Tapi ada transaksi mencurigakan ke mandor proyek yang ternyata tidak terdaftar secara resmi. Dan itu terjadi dua hari sebelum kecelakaan Ivy.Hanya ada tiga orang yang memiliki akses langsung ke vendor lama yang pernah digunakan perusahaan.Ethan, Julian, dan
Pukul tiga kurang lima menit, Ivy sampai di bagian utara Alden, Edenmoor. Tepatnya di Garden Meet. Tempat acara diadakan.Dari jarak hampir sepuluh meter, ia melihat Verena melambai sekilas ke arahnya. Dan mata Ivy juga menemukan Stella bersama wanita itu.Jarang-jarang terjadi melihat Stella tidak menempel pada Ethan. Apalagi ini masih jam kerja.Mungkin benar karena hubungan Ethan dan Stella begitu akrab, Stella merasa Ethan membebaskannya seperti ini.Atau mungkin … sama seperti sebelumnya saat di butik tas Hermance, wanita bermuka dua itu sengaja agar bisa bertatap langsung dengannya. Untuk menghina dan menyerang Isla habis-habisan.Ivy merasa kecurigaan itu berdasar. Tidak ada yang namanya kebetulan.Tersenyum sinis sekilas, dengan langkah tenang dan santai, Ivy melangkah menuju ke arah mereka.Sementara Stella sendiri mulai memperlihatkan tatapan meremehkan, saat Ivy sudah nyaris sampai di hadapannya dan Verena.Sesekali tatapan itu berubah, ketika Verena mengajaknya mengobrol