Ethan Winchester—CEO dari Winchester Corporation, memiliki istri yang pendiam, patuh dan penakut. Suatu hari, istri sang presdir mengalami kecelakaan dan kehilangan ingatan. Tapi ada yang aneh. Kenapa tiba-tiba si istri lemah dan penakut jadi sangat berani?
View MoreKenapa Ethan tidak langsung menuntut penjelasan, atau memaksa Ivy mengaku?Sepertinya tidak mungkin Ethan mencurigai sesuatu, apalagi sampai tahu sesuatu. Kalau Ethan tahu, pria itu tidak akan setenang ini. Tidak akan … bersikap sehangat tadi dan seperti sebelum-sebelumnya. Tapi bagaimana jika Ethan memang tahu dan hanya sedang menunggu waktu yang tepat?Apa itu mungkin?Ivy mengalihkan pandangannya cepat, seolah takut pikirannya bisa terbaca. Tapi dalam dadanya, jantung terus berdetak tak terkendali.Ia kembali meneguk tehnya. Kali ini lebih lambat, tapi tak terasa hangatnya.Ia hanya butuh alasan untuk tetap sibuk. Lalu diam sebentar, sebelum akhirnya meletakkan cangkir ke nampan perak dengan pelan.“Kalau begitu, aku ke atas dulu,” katanya singkat, menahan intonasi agar terdengar biasa.Baru saja ia berbalik, suara Ethan terdengar. “Ada yang ingin kau lakukan?”Ivy berhenti. Ia menoleh, perlahan. “Tidak. Hanya ingin istirahat lagi,” jawabnya, menjaga nada tetap netral. Matanya tida
Begitu duduk di balik kemudi, tangannya gemetar sedikit saat menyalakan mobil.Bukan karena rasa bersalah, tapi karena ledakan adrenalin yang belum reda.Mobil melaju keluar dari kawasan industri yang sunyi, meninggalkan gedung tua itu dan mayat yang nantinya tidak akan ditemukan oleh siapa pun.Bukti lenyap. Bahkan tidak ada kamera CCTV di lokasi kejadian. Stella menyusuri jalanan menuju kantor.Ia mengetuk layar dashboard, menyambungkan panggilan ke Anastasia lewat sistem suara mobil.Beberapa detik kemudian, suara dingin terdengar dari speaker.“Ya? Jadi bagaimana hasilnya?”Stella menelan ludah kecil, lalu berbicara dengan suara serendah dan selembut mungkin. “Maafkan aku, Nyonya. Rencana kita kemarin gagal. Isla diselamatkan oleh Ethan.”Hening.Hanya suara mesin mobil dan dentingan kecil dari dashboard yang terdengar, sebelum Anastasia di seberang sana akhirnya menjawab.“Rupanya kemarin kau terlalu percaya diri ya, Stella,” sindir Anastasia sambil memijat kening.Stella mengg
Di waktu yang sama, di tempat yang berbeda.Sebelum ke kantor, Stella memutar kemudi menuju bangunan tua yang berada di ujung kawasan industri yang sudah lama mati.Tersembunyi di balik pagar tinggi dan deretan kontainer kosong, tempat itu nyaris tak terlihat dari jalan utama.Dulunya hotel kecil milik keluarga Roswell, kini hanya gedung kosong berlapis debu.Ayahnya bahkan sudah lupa pernah mendirikan bangunan itu di sana.Stella memanfaatkan tempat itu selama ini sebagai ruang pertemuan, mengatur rencana dan memberi perintah pada orang-orang suruhannya. Dan tidak ada siapa pun yang tahu ia sering datang ke sini.Semalam, Stella menerima kabar kegagalan itu tepat setelah makan malam usai di kediaman utama Roswell.Suara notifikasi masuk ke ponselnya begitu ia duduk rapi di ruang tamu rumah keluarganya, yang dikelilingi oleh orang tua dan satu-dua tamu yang tengah berbasa-basi soal bisnis.Ia membaca laporan singkat di bawah meja, wajahnya tetap tenang.Bibirnya tersenyum tipis, tapi
Udara kamar sudah terasa menghangat, begitu juga tubuh Ivy.Ia tidak lagi menggigil, tapi tetap diam dalam pelukan Ethan. Napasnya tenang, tapi matanya terbuka, menatap langit-langit.Ia belum bisa tidur.Bukan karena nyeri, atau rasa sakit lainnya.Tapi karena jantungnya yang masih terus berdetak terlalu keras, terlalu cepat, sampai enggan kembali normal.Meski begitu, anehnya, semua rasa sakit dan lelahnya terasa ... hilang begitu saja.Seolah tubuhnya lupa bahwa beberapa jam lalu ia nyaris mati.Yang tersisa kini hanya kehangatan, nyaman, dan damai.Terasa aneh.Bukan cuma hangat, tapi seperti ada sesuatu yang diam-diam mengisi kekosongan dalam dirinya.Bukan sekadar rasa nyaman. Tapi rasa ... dijaga.Seakan tubuhnya tahu, ini tempat paling aman yang pernah ada.Tapi itu menakutkan.Ia takut terlalu terbiasa.Takut tidak bisa membedakan lagi mana rasa syukur karena selamat dan mana rasa yang mulai tumbuh diam-diam tanpa izin.Ivy menggigit bibir pelan. Tangannya nyaris ingin menyen
Ketika matanya terbuka pelan, pandangan Ivy langsung bertemu dengan Ethan. Tatapan pria itu, penuh kekhawatiran, jelas dan dalam. Membuat napas Ivy tercekat sejenak. Tanpa sadar, senyum tipis muncul di wajahnya. Lemas, tapi tulus. Ia mengeratkan genggaman tangannya dalam tangan Ethan. Ethan membalas senyum itu, tangannya membelai kening Ivy, lalu mengusap pelan rambutnya yang masih basah. Namun seiring senyum Ivy memudar, sorot matanya jatuh ke jemari mereka yang masih bertaut. Bibirnya bergetar. “Kau bisa saja meminta bantuan … tapi kau malah membiarkan dirimu sendiri berada dalam bahaya.” Walau ia tahu apa yang terjadi tadi, bagaimana Ethan menyelamatkannya dari situasi berbahaya yang terjadi padanya bukan cuma satu kali, tetap saja ia merasa pria itu punya pilihan. Yang lebih aman dan masuk akal. Ethan menghela napas pelan. Tatapannya tetap menelusuri wajah Ivy. “Dalam situasi seperti tadi, aku tak sempat memikirkan hal lain selain menolongmu.” Ivy menggigit bibir. Matanya
Lambat-lambat, Ivy membuka mata.Pandangannya buram. Kelopak matanya berat, dingin menjalar dari ujung kaki hingga tengkuk.Kepalanya berdenyut pelan, seperti baru terbangun dari mimpi panjang yang basah dan menggigil.Bibirnya bergetar. “Dingin …” bisiknya.Ethan langsung menggenggam kedua tangan Ivy, lalu menggosoknya kuat-kuat di antara telapak tangannya sendiri.Napas hangatnya ditiupkan ke jari-jari Ivy, berulang dan cepat. Gerakannya gelisah, seperti sedang berpacu dengan waktu.“Aku butuh kau tetap di sini,” ucapnya lirih namun tegas. “Selama tanganku masih menggenggam tanganmu, jangan berpikir untuk pergi.”Tangannya terus menyentuh wajah Ivy. Menyeka air di pipi, membelai pelipis.Matanya tak pernah berpaling, seolah kehilangan pandangan barang satu detik saja bisa merenggut wanita itu darinya.“Jangan tidur, Isla. Aku mohon … tetaplah di sini bersamaku.”Wanita itu menatapnya lemah, lalu menggeleng. “Kakiku … sakit …”Ethan langsung menunduk. Napasnya tercekat.Ia menatap wa
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments