Share

BAB 2 Perjodohan Dadakan

Penulis: Selfie Hurtness
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-30 10:56:29

“Kamu … semisal menikah dengan putra bungsu Eyang bagaimana?”

Mata Andina membulat, sebelum kemudian ia tertawa sumbang. 

“Eyang, jangan bercanda,” ucap Andina. Ia menatap wanita tua yang duduk di sampingnya sejak tadi.

Namun, Eyang menggeleng.

"Andina. Sebelumnya Eyang minta maaf, An,” ucap wanita tua itu. Beliau menggenggam tangan Andina lebih erat. “Dari saat kamu kecil, Eyang udah jatuh hati sama kamu. Kamu gadis yang baik, cantik, dan mandiri.” 

Eyang membawa tangan Andina ke pangkuannya dan menepuknya pelan sembari melanjutkan, “Apalagi kamu ditinggal mama kamu saat masih sekecil itu. Itu yang membuat Eyang pengen banget kamu jadi bagian dari keluarga Eyang. Jadi saat itu, Eyang putuskan untuk membuat perjanjian itu dengan Oma kamu, An. Agar kamu bisa masuk menjadi cucu Eyang."

Andina membalas genggaman nenek mantan tunangannya tersebut. 

"Andina udah anggap Eyang Mar itu nenek sendiri. Jadi tidak perlu–"

"Nggak bisa gitu, An.” Eyang memotong kalimat Andina. “Bagaimanapun Eyang mau kamu masuk ke dalam keluarga Narendra. Secara resmi. Sepenuhnya."

Andina terdiam, kemudian menunduk. “Karena itu Eyang mengusulkan Andina untuk menikahi putra bungsu Eyang?” tanyanya kemudian. Suaranya terdengar lirih. “Tapi … Andina dengar, putra bungsu Eyang sudah pernah menikah.”

“Duda bukan berarti orang jahat, An.”

“Bukan itu maksud Andina, Eyang.”

Eyang tersenyum. “Eyang paham. Tapi coba kamu pikirkan dulu sebentar ya.” Wanita tua itu bangkit berdiri sementara Andina masih diam.

Apakah … sekarang Andina harus kembali menurut untuk dinikahkan dengan duda?

Dan lagi, artinya Andina akan tetap bergabung ke keluarga yang sama dengan Kenneth sebagai keponakannya?

Andina menggeleng. "Eyang ... kalau Andina menikah dengan putra Eyang, nanti Andina–”

"Memang kenapa kalau kamu nikah sama Bram?" Sebelum Andina melanjutkan ucapannya, Sandra, mama tiri Andina menyela dengan nada tinggi, membuat Andina menoleh pada wanita dengan sanggul tinggi itu. “Maksud Eyang itu baik, An. Kamu selalu saja membangkang dulu.” 

Andina menghela napas panjang, tidak berniat menjawab. Ia terlalu lelah jika harus berdebat dengan mama tirinya. Sekalipun itu berarti ia akan selalu ditempatkan di posisi anak bandel dan durhaka tiap kali mama tirinya itu berucap.

Akhirnya ia diam sampai Eyang dan keluarga mempelai pria izin untuk keluar terlebih dahulu.

“Kamu mau menikah dengan putra bungsu Eyang Mar?” tanya sang ayah kemudian sembari menatap Andina.

Andina kembali menggeleng. “Ayah, aku nggak bisa,” bisiknya.

“Ck. Nggak bisa gitu dong!” ucap mama tiri Andina lagi, menyela dengan ketus. “Kamu ini harus berpikir panjang, An. Bisa kamu bayangkan apa yang akan terjadi kalau kamu menolak permintaan Eyang Mar? Semua bakal kena dampaknya, An! Jangan egois!”

“Bukan aku yang memulai, Ma.” Akhirnya Andina membalas. “Bukan aku yang hamil sebelum kakaknya menikah.”

Mama tiri Andina melotot. “Bukan salah Tamara kalau Kenneth sukanya sama dia, An!” tukasnya. “Berarti kamu nggak bisa jaga pasanganmu! Bisa-bisanya kamu menyalahkan adik sendiri.” 

Andina memejamkan matanya. 

Hampir saja Andina bangkit dan menampar mulut wanita itu keras-keras. Namun, ia tidak mau memancing keributan lebih jauh. Toh, tidak akan ada yang berubah. Posisinya di keluarga ini memang tidak ada kuat-kuatnya sama sekali., 

“Anakmu tuh,” ucap mama tiri Andina pada suaminya. “Bisa-bisanya menyalahkann adiknya seperti itu.”

Hendra, sang ayah, mengusap wajahnya dengan kasar. “Tamara juga tidak bisa dibenarkan, San,” balas pria itu dengan suara lelah. “Sudah. Aku di sini tidak mau ada yang saling lempar kesalahan.”

Pria itu kemudian menatap putri sulungnya. “Tapi benar kata Mama Sandra, An. Kamu nggak boleh egois. Sebelum kamu menolak, sekalipun kamu menolak, kamu harus pikirkan dulu apa dampaknya pada keluarga kita.”

Andina menggigit bibir bagian bawahnya. Air mata kembali menggenangi sepasang matanya.

Apakah saat Tamara menggoda calon suami Andina, adiknya itu berpikir tentang konsekuensi?

"Eh, tapi aku nggak mau tahu ya ... Andina harus mau menerima pinangan Eyang Mar!” Tiba-tiba Sandra kembali bersuara. “Kalau sampai Andina menolak dan Tamara sama calon cucu kita jadi kena imbasnya, awas saja!” Lalu pada Andina, wanita itu menambahkan. “Jangan egois, An!"

“Sudah, sudah. Kita bicarakan ini nanti!” Sang ayah melerai kemudian. “Sekarang kita harus segera ke gedung.”

Andina menunduk, kembali merenungi nasib dan perkembangan terakhir sementara orang tuanya keluar ruangan.

Seharusnya hari ini ia menikah, bukannya–

"Mungkin kamu butuh waktu untuk memikirkan semua ini, An, Setelah apa yang baru saja terjadi hari ini.” Suara lembut nenek kandung Andina membuat gadis itu mendongak menatap Oma. “Tidak apa-apa. Pikirkan baik-baik.”

Andina menggeleng. “Sekalipun begitu, Andina nggak yakin akan menerima pinangan Eyang Mar sekali lagi, Oma.”

“Kenapa, Sayang?”

“Oma tahu sendiri, pria itu sudah menikah dua kali dan di dua pernikahan itu juga, dua istrinya minta cerai. Satunya malah kabur,” ucap Andina. “Andina tidak tahu apa yang terjadi dalam pernikahan mereka, tapi bukankah itu membuktikan sesuatu, Oma? Kenapa semuanya memaksa ….” 

“An.” Panggilan lembut namun tegas itu mampu menghentikan protes yang hendak Andina ajukan. Tangan itu menepuk dan meremas lembut pundak Andina. “Seperti yang kamu katakan, tidak ada yang tahu apa yang terjadi dalam pernikahan mereka.”

“Namun,” lanjut Oma. “Oma kenal Bram. Dia anak yang baik.”

Andina tertawa getir. “Anak baik tidak mungkin cerai dua kali, Oma,” ucap gadis itu. "Oma saja nggak tahu kenapa dia jadi duda dua kali, tapi kenapa Oma bisa kekeuh ngomong kalau dia itu orang yang baik? Bagaimana kalo dia ternyata KDRT?"

“Sayang, ini sama dengan mengatakan kalau anak baik tidak mungkin diselingkuhi kekasihnya.”

Ucapan Oma membuat Andina tertohok. Gadis itu diam, tidak membalas ucapan sang nenek.

Oma mengelus rambut Andina dengan lembut. “Jangan menudingnya seperti itu ya, Sayang. Tidak boleh berprasangka buruk begitu. Bagaimana kalau nanti kamu coba ketemu dengan Bram dulu?”

Tidak ada sahutan dari Andina.

“Oma tidak memungkiri kamu butuh waktu, tapi Oma mohon ... tolong jangan kamu tolak pinangan dan niat baik dari Eyang Mar, ya?" bujuk suara itu lembut. “Kami mau yang terbaik untuk kamu. Untuk kita. Kamu tidak akan menyesal, Sayang. Oma berani bertaruh.”

Andina kembali tersenyum getir.

Ia sudah menyesal, sekarang. Karena waktu itu sempat menyanggupi pinangan Eyang Mar untuk menikah dengan Kenneth.

Apa yang membuatnya berbeda sekarang?

"Jadi menurut Oma, masa depan Andina cuma sekedar barang taruhan? Oma hendak bermain judi dengan masa depan Andina sendiri?" Akhirnya, gadis itu berucap. “Kalo begitu, apa yang akan Oma berikan sebagai kompensasi kalau sampai benar Om Bram bukan jodoh yang terbaik buat Andina dan cuma bisa hancurin masa depan Andina saja?"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
~kho~
tuh apa kompensasinya oma?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Pria Payah Yang Dijodohkan Denganku, Ternyata ....    Extra Part 10 - END

    "Caesar bobok?"Andina yang baru saja meletakkan Caesar di dalam box bayi, seketika menoleh ke sumber suara. Senyum Andina merekah tatkala sosok itu melangkah masuk dengan begitu perlahan. Tamara melongok ke dalam box, tersenyum lebar sembari memperhatikan Caesar dengan saksama. Entah mengapa, melihat wajah gembira dan senyum merekah itu, hati Andina benar-benar terasa bahagia dan begitu damai. "Duh ganteng banget keponakan tante." desisnya lirih sembari berpegangan pada tepian box. "Celine kemana? Kok nggak dibawa?" tanya Andina ketika sadar adiknya itu hanya datang seorang diri. Tamara menoleh, ia menghela napas panjang sembari menyodorkan paper bag yang dibawanya. "Tengokin bayi ngajak bocil? Alamat bakalan ada huru-hara, Kak!" desisnya dengan wajah cemberut. Andina menerima paper bag dari sang adik. Nama yang tercetak di sana adalah sebuah patisserie kenamaan favorit mereka. "Jadi ini para busui mau tea time nih?" tanyanya sembari melirik Tamara. "Exactly! Pas banget nih C

  • Pria Payah Yang Dijodohkan Denganku, Ternyata ....    Extra Part 9

    "Loh Bram, ngapain di sini?"Bram dan Hendra menoleh, nampak Roy melangkah dengan santai menghampiri mereka. Di tangan Roy, ada satu kantong plastik besar yang entah apa isinya. Bram menatap lelaki itu dengan gemas, rasanya kalau tidak ada papa mertuanya di sini, sudah Bram pukuli lelaki satu ini. "Kamu nggak nungguin bini, Bram?" tanyanya masih dengan sangat santai. Bram melotot, ia mengusap wajahnya dengan kasar laku menatap tajam ke arah Roy. "Aku di sini ini ngapain sih, Roy? Lagi sabung ayam gitu?" jawab Bram sekenanya. Ia tengah risau, gelisah dan sangat khawatir tetapi cecurut yang sialnya menjadi orang kepercayaan Bram ini malah membuatnya gemas. "Ya enggak, maksudku kenapa kamu nggak nungguin di dalem? Nah di dalem Andina sama siapa?" tanyanya sembari meletakkan kantong plastik di kursi, Roy segera menjabat tangan Hendra dengan sopan. "Kamu mau aku pingsan di dalem terus nambahin kerjaan dokternya?" tanya Bram dengan sorot mata tajam. Mendengar itu, diluar dugaan Roy t

  • Pria Payah Yang Dijodohkan Denganku, Ternyata ....    Extra Part 8

    “Sakit?”Bram menatap Andina dengan penuh rasa khawatir, sejak beberapa jam yang lalu, Andina sudah merasakan mulas dan sensasi nyeri di perut. Bahkan kini mereka sudah berada di rumah sakit sekarang, bersiap di kamar VVIP yang sudah Bram pesan jauh-jauh hari.“Lumayanlah, Mas.” jawab Andina sembari tersenyum, ia masih berusaha tenang, meskipun mulas itu makin teratur.“Operasi aja gimana? Biar aku bi—““Eh, nggak mau!”Andina segera menarik tangan Bram yang hendak melangkah menuju pintu, ia memaksa suaminya kembali duduk di sofa yang ada di dalam ruangan.“Kenapa nggak mau sih? Aku takut kamu kenapa-napa, Sayang!” wajah Bram sudah begitu panik, bisa Andina lihat sorot itu nampak gusar.“Dokter bilang semua baik, nggak ada indikasi serius jadi aku pengen lahiran normal aja, Mas.” tegas Andina tanpa melepaskan tangan Bram yang ia genggam.“Aku nggak tega liat kamu kesakitan, An. Udah deh kita operasi aja.”Kembali Andina menggeleng. Mendengar cerita Tamara perihal efek-efek yang dia ra

  • Pria Payah Yang Dijodohkan Denganku, Ternyata ....    Extra Part 7

    "Pelan-pelan, Sayang!"Andina tersenyum, semenjak dia hamil, Bram benar-benar memperlakukan dia dengan begitu lembut. Semua yang Andina mau selalu dituruti tanpa perlu waktu lama. Andina yang sehari-hari sudah diratukan oleh Bram, kini makin dimanjakan dengan sangat ugal-ugalan! "Agenda hari ini kamu ada jadwal manicure, creambath sama kita cari perlengkapan bayi!"Bukan salah Andina kalau ia lantas terkekeh, kepalanya mendongak, menatap Bram yang masih berdiri dan nampak bersiap membantu Andina berdiri. "Sejak kapan owner perusahaan ternama, resto ternama jadi aspri aku?" goda Andina yang membuat Bram ikut terkekeh. "Lah kamu baru tahu kalau the real bos dari owner perusahaan ternama itu kamu? Dan jangan lupa ini!" Bram jongkok di depan Andina, mengelus dan mengecup perut Andina yang menyembul. Andina tersenyum, ia mengusap lembut kepala Bram, merapikan rambut lelaki itu dengan tangan tanpa mengalihkan pandangan. "Makasih bikin aku jadi perempuan yang paling beruntung di dunia,

  • Pria Payah Yang Dijodohkan Denganku, Ternyata ....    Extra Part 6

    Dua bulan kemudian .... "Eh Kak? Kamu nggak apa-apa?"Tamara seketika panik ketika tubuh kakaknya hampir saja terhuyung jatuh kalau tidak berpegangan pada meja ganti popok Celine. Wajah Andina memang pucat, namun tadi dia masih lincah, dan kini. "Tam ... ini kok tiba-tiba aku pusing banget, ya? Tolongin dong." Mata Andina terpejam, satu tangannya memijat pelipis perlahan. Tamara tak banyak bicara, ia segera meletakan botol lotion milik celine dan memapah kakaknya yang nampak payah itu. Mereka sudah hampir dekat ke sofa menyusui yang ada di kamar Tamara ketika tubuh Andina melemas dan ambruk ke bawah, Tamara langsung menahan tubuh itu sebelum mencium lantai, sekuat tenaga ia membantu kakaknya sampai ke sofa, lalu berteriak-teriak panik sembari membetulkan posisi Andina. "PA ... PAPA! TOLONGIN KAKAK PINGSAN, PA!" teriak Tamara panik, ia lupa kalau Celine tengah tertidur pulas di dalam box. Untung saja bayi itu tidak terbangun, Tamara mengusap-usap hidung Andina dengan minyak telon

  • Pria Payah Yang Dijodohkan Denganku, Ternyata ....    Extra Part 5

    "Eh ngapain?"Andina kontan mendorong Bram yang hendak ikut masuk ke kamar mandi. Mata lelaki itu membulat, menatap Andina dengan tatapan protes. Andina pun membalas tatapan itu, ia masih berdiri di depan pintu kamar mandi dan menutup akses lelaki itu masuk ke dalam. "Mau ikut!" jawab Bram persis seperti anak kecil. "Nggak ada ikut! Tungguin luar!" tegas Andina yang segera masuk dan menutup pintu kamar mandi. Sejenak Andina bersandar di balik pintu. Jantungnya berdegup kencang. Sebenarnya ia belum ada tanda-tanda hamil, telat haid pun baru seminggu dan Bram sudah begitu bernafsu untuk tahu hasil 'kerja keras' mereka selama liburan di Jepang.Andina segera melangkah menuju kloset, ia sudah mempersiapkan semuanya. Testpack sudah berada di tangan dan kalau boleh jujur, Andina sangat takut saat ini. Bagaimana kalau hasilnya tidak sesuai harapan? Bagaimana kalau dia mengecewakan? "Nggak akan tahu kalau nggak dicoba!" gumam Andina lirih lalu meletakkan benda itu di wastafel. Ia segera

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status