"Sudah diputuskan dan Rey juga sudah setuju untuk pesta pertunangan akan di adakan akhir minggu ini! Jadi Nada, persiapkan dirimu. Kamu boleh mengundang kerabat dekatmu menginap di Mansion ini sampai acara pertunangan itu!" seru kakek Nicolai dengan berapi-api saat mereka semua tengah menikmati makan malam."Syukurlah, akhirnya apa yang kita rencanakan terwujud juga, Tuan Nic," ucap mama Lila sebelum berdiri dan mengangkat gelas minumannya, "Saya bersulang untuk Tuan Rey dan putri saya Nada!"Nada, kakek Nicolai dan Ramon seketika berdiri untuk bersulang, hanya Reynard saja yang tetap duduk di tempatnya dengan kedua mata menatap dingin satu-persatu dari mereka.Hingga saat ini, Reynard belum mengetahui apa yang menjadi alasan kuat kakek Nicolai memilih Nada sebagai calon istri Reynard. Dari segi materi mereka masih di bawah keluarga Avraam. Segi prestasi pun nyaris tidak terdengar apa kelebihan Nada dibandingkan dengan wanita lainnya.Dan terutama kakak laki-laki wanita itu, tidak bi
Makanan kontinental umumnya disajikan dalam tiga tahap, yang diawali dengan hidangan pembuka, hidangan utama, lalu hidangan penutup, dan Zevanya telah membeli semuanya, ia pun langsung menyerahkan makanan itu pada Reynard yang masih menunggunya di tempat yang sama."Hidangan pembuka macam apaan ini?" tanya Reynard saat membuka kotak berisi Canape. Hidangan bite-size yang semula berpenampilan menarik itu, kini terlihat tak berbentuk lagi."Maaf, Tuan. Sebelumnya bentuknya tidak seperti itu. Mungkin banyak guncangan saat saya naik ojek online tadi," jawab Zevanya. Ia harus naik ojek online supaya makanan itu lebih cepat sampai ke tangan Reynard."Kau saja yang makan!" Pria itu menyerahkan semua makanannya ke Zevanya dengan raut wajah kecewa.Bisa-bisanya dia kecewa setelah Zevanya harus menahan angin malam demi bisa membawakan makanan enak untuknya! Belum lagi ia menunggu lama makanan itu untuk sampai ke tangannya."Tapi, saya sudah makan, Tuan.""Terserah kau mau memakannya atau tidak,
"Kalau anda mau sedikit saja menurunkan standar makanan anda dan mencobanya, anda pasti tidak akan melupakan rasanya, Tuan.""Bagaimana bisa menikmati rasanya, kalau melakukannya dengan terpaksa?"Reynard tidak peduli Zevanya mau menyadari sindiran pedasnya itu atau tidak. Yang terpenting, ia telah menyiratkan kebenciannya secara tidak langsung pada wanita itu.Tapi, bagaimana Zevanya mau menyadari sindiran Reynard, kalau Zevanya bahkan tidak mengingatnya? Dan Reynard menjadi semakin dongkol padanya. Sia-sia ia membuang banyak kata untuk wanita yang terlihat setengah melamun itu, sebelum akhirnya bergumam lirih,"Kita tidak mengetahui apa yang mendorong seseorang hingga bersedia melakukan sesuatu di luar keinginannya. Atau seperti ucapan anda barusan, melakukan sesuatu dengan terpaksa. Tapi terkadang seseorang tidak memiliki pilihan untuk menolaknya."Apa Zevanya sudah mengingatnya?Kedua tangan Reynard menekan bahu Zevanya saat mengarahkan wanita itu menghadapnya, "Apa maksud ucapa
Pagi itu seperti biasanya, Zevanya memesan kopi kesukaan Reynard di coffe shop lebih dulu sebelum naik ke lantai atas. Ia menenteng kopi itu sambil menggerutu kesal,"Mood booster yang aneh, seaneh orangnya!"Karena terlalu fokus menatap dongkol kopi di tangannya, Zevanya tidak melihat seseorang yang baru saja masuk ke dalam coffe shop itu hingga tubrukkan pun tak terhindarkan lagi,"Ma ... Maafkan saya!" ucap Zevanya, meski begitu matanya tetap tertuju pada kopi Reynard yang untungnya tidak tumpah dan membasahi pakaian pria itu."Kamu meminta maaf pada kopi?" tanya oria itu yang langsung mendapatkan perhatian Zevanya. Saat itulah pria itu mengenalinya,"Vanya? Kenapa kamu di sini?"Kening Zevanya mengkerut dalam saat mencoba mengenali pria tampan di depannya itu. Kerutan di keningnya seketika menghilang berganti dengan wajah cerianya saat ia sudah mengingatnya,"Stefan?""Ya, aku Stefan. Bukannya seharusnya kamu berada di London? Atau sekarang sedang libur kuliah?""London? Apa maksu
"Jadi alasan Zevanya datang terlambat karena Stefan menahannya di Coffee Shop?" tanya Reynard dongkol. Pasalnya wanita itu sudah terlambat selama tiga puluh menit. "Benar, Tuan." "Bagaimana mereka bisa saling kenal? Ah ya sudah pasti mereka saling mengenal, secara keluarga Stefan dengan keluarga Hector dulunya berteman dekat. Bagus, dengan demikian saya jadi bisa menilai kesetiakawanan Stefan pada saya. Mari kita lihat, mereka akan tetap saling kenal saat di depan saya, atau berpura-pura tidak kenal!" Tepat saat itu terdengar ketukan di pintu, Reynard merapikan jasnya sebelum kembeli menatap monitornya selama Marco membukanya, ia tahu pasti Stefan atau Zevanya yang mengetuk pintu itu. Tapi ternyata, mereka masuk bersamaan. Dengan secangkir kopi di tangannya, Zevanya melangkah cepat ke meja Reynard, "Maaf, Tuan. Saya sedikit terlambat," ucap wanita itu, dan Reynard mengacuhkannya, pria itu malah mendorong cangkir kopinya menjauh. "Panasnya tidak sesuai ya? Kalau begitu biar saya g
"Kau tidak menghargai otak Vanya yang encer, Rey. Kalau begitu, bolehkan Vanya bekerja padaku saja? Kebetulan aku baru saja memecat sekretarisku, Vanya bisa menggantikan posisinya.""Kau bisa bertanya pada wanita itu, mau atau tidak dia bekerja denganmu," balas Reynard santai sambil menyandarkan punggungnya. Sementara matanya terlihat menantang Zevanya, berani atau tidak resign dari Star Group, dengan segala konsekuensi yang harus wanita itu terima nantinya.Setelah melirik sekilas pada Reynard, Zevanya pun menjawab,"Maaf, Van. Aku sudah terikat kontrak dengan Star Group. Lagipula, aku menyukai pekerjaanku.""Nona besar sepertimu mana pernah melakukan pekerjaan kasar seperti ini, Vanya? Sesulit apa hidupmu sekarang sampai kamu menerima pekerjaan apa saja yang ditawarkan padamu tanpa melihat background pendidikanmu lagi?""Van, please. Kamu lupa dengan apa yang aku minta tadi?" desis Zevanya yang hanya ditujukan pada Stefan, baik Reynard maupun Marco tidak bisa mendengarnya. Dan itu m
"Aku mau mengembalikan lagi akal sehatmu supaya membatalkan keputusanmu impulsif kamu itu, sebelum kamu menandatangani kontrak kerja yang baru dengannya!" "Itu bukan keputusan impulsif, Van. Aku menerimanya dengan akal sehatku!" ralat Zevanya. Stefan mengedarkan matanya ke seluruh sudut ruangan kosong itu, "Kenapa kamu melarangku menyebutkan nama keluargamu?" tanyanya setelah memastikan ruang kosong itu tidak terdapat cctv. "Kamu masih membutuhkan jawabanku setelah kamu tidak mengindahkan permintaan aku itu?" "Aku harus melakukannya, karena Reynard tidak akan bisa ditipu semudah itu. Bersikap seolah-olah kita tidak saling kenal? Reynard tidak sebodoh itu untuk tidak menyadari ada hubungan antara kita berdua, Vanya. Lagipula ... " Stefan sengaja menggantungkan ucapannya untuk memancing pertanyaan Zevanya. Dan tidak butuh waktu lama untuk Zevanya bertanya sesuai dengan harapannya, 'Lagipula apa? Jangan memancing rasa penasaranku, aku tahu kamu ahli betul dalam hal itu!" "Kamu tid
"Mungkin Tuhan sedang mengarahkanmu pada Reynard, pada pria yang bisa membantumu mengambil alih kembali semua asetmu dari keluarga tirimu itu. Kalau kamu harus merebut kembali semuanya, nama besar Reynard lah yang paling tepat untuk kamu gunakan."Yang tidak Stefan ketahui adalah, kejahatan yang pernah Zevanya lakukan pada Reynard lima tahun yang lalu."Aku mungkin akan Menyelesaikan masalahku dengan keluargaku, tapi akan menimbulkan masalah baru yang jauh lebih besar padaku," gumam Zevanya lirih.Keluarganya tirinya itu pasti tidak akan tinggal diam begitu saja. Bisa jadi mereka akan membocorkan masalah kematian Vale pada Reynard, atau parahnya lagi pada media.Zevanya tidak dapat menatap mata Stefan yang penuh selidik. Ia takut kalau pada akhirnya, ia akan menceritakan juga semuanya pada Stefan. Sementara nasibnya sangat bergantung pada rahasia yang ia tutupi dengan sangat rapat itu."Baiklah kalau memang kamu belum siap cerita sekarang, aku akan tetap menunggu saat-saat kamu mulai