Sebelumnya sejak Rangga menjemput Natasha dari rumah sakit dan naik di mobilnya Natasha, Natasha tidak pernah memperlihatkan sikap agresif yang berusaha menyentuhnya atau berusaha menciumnya.Tapi sekarang ini, setelah dinyatakan sembuh oleh penasehat spiritual, maka tiba-tiba di atas mobil,Natasha sudah menyentuh Rangga dan mencium Rangga."Oh perasaan cintaku kepadamu sudah kembali, Rangga. Sebelumnya aku tidak tahu apa yang terjadi pada diriku saat kamu membawaku dari rumah sakit. Sepertinya aku membencimu dan aku selalu teringat akan Papa Rahul. Tapi sekarang aku kembali menggebu-gebu ingin menyentuhmu, Rangga. Ahhh... ""Berarti kamu sudah baikan. Baguslah." Rangga teringat dahulu kalau selama beberapa waktu Jojo juga tidak mau menyentuhnya, tidak mau menciumnya,tidak mau memberikan nafkah batin kepadanya.Selama beberapa waktu Jojo selalu menghindari dirinya dan selalu ada saja alasan untuk menolak permintaan Rangga untuk berhubungan intim.Itu adalah masa-masa dimana Jojo sedan
Mendengar ancaman yang dilontarkan oleh Natasha itu, maka tidak ada pilihan lain bagi Rangga untuk terpaksa mengikuti kemauan Natasha itu.Setelah mendapatkan persetujuan dari Rangga, maka Natasha sangat gembira. Dia langsung berbisik. "Sesudah main, kita siap-siap menikah, ya?"Mata Rangga terbelalak setelah menyadari kalau sudah ada dua wanita yang ingin menikah dengannya, yaitu anak kandungnya Rahul dan anak tirinya Rahul dan ini membuat dia cukup bingung mengatasi masalah ini.Tapi Rangga berpikir kalau dia akan mengatasi semuanya nanti, sekarang ini dia akan mengikuti dulu keinginan Natasha untuk melayani Natasha.Setelah memesan kamar hotel maka mereka berdua langsung menuju ke lantai 11 tempat kamar mereka beradaSetelah berada dalam kamar Rangga menatap NatashaNatasha adalah seorang gadis yang baru berumur 20 tahun, orangnya sangat cantik dengan badannya yang termasuk langsung dengan tinggi 179 Centimeter, hanya 3 centimeter lebih pendek dari Rangga yang memiliki tinggi 182
Lalu Rangga mencabut pusakanya untuk dia masukkin lagi pelan-pelan ke liang surganya Natasha yang telah dia suruh tidur telentang di lantai.Setelah masuk semua, Rangga baru merasakan bahwa liang surganya Natasha itu dapat mengempot-empot.Sehingga batangnya seperti diremas-remas dan dihisap-hisap rasanya."Uh enak banget punyamu. Errr. Enak banget, eh..?" kata Rangga dan Natasha hanya senyum-senyum saja menanggapi kata-kata Rangga ituKeadaan semakin membara. Rangga memompa tubuhnya dengan lebih semangat."Rangga.., ayoo lebih cepat..! Rangga.. lebih cepat. Iiih..!" dan kelihatan bahwa Natasha pun akan mencapai klimaks. "Iihh.. iihh.. iihh.. hmm.. oohh.. Rangga.. enaakk Rangga. Ahhh..!" rintihnya terputus-putus sambil badannya mengejang-ngejang.Rangga mendiamkan gerakan rudalnya di dalam liang surganya Natasha sambil merasakan remasan dan empotannya Natasha yang lain dari pada lain itu.Kemudian Rangga mencabut pusakanya dari lembahnya Natasha dan istirahat beberapa saat."Nikahi ak
"Wooohh... kepala barangmu terlalu besar untuk masuk ke liangku... selalu terasa sakit. Ohhhh." jerit Natasha.Akhirnya dengan sedikit menahan perih, akibat otot liang surganya yang dipaksa membuka lebih lebar, Natasha menjejalkan dengan sedikit memaksa ke liangnya."Oooooowwwwww.... Sakit tapi enakkkkk." Natasha merengek panjang ketika sedikit demi sedikit amblas juga batangnya Rangga menembus liangnya diiringi rasa perih yang menggemaskan." Sssshhh.... . . . .. . . .. mmmhh... ayun pinggulmu keatas sayaaang " kembali Natasha menuntun pejantan tangguh ini untuk memulai persetubuhan mereka untuk kesekian kalinya."Aaaww... aahh... ooww pelahan duluuu sayaaang... burung kamu gede banget... perih tauuk." Natasha ngedumel manja ketika Rangga mengayun pinggulnya kuat sekali.Natasha merasa tubuhnya bagaikan baterai yang baru dicharge. Aliran energi aneh itu mengalir menyebar ke seluruh tubuhnya membuat dia semakin binal memainkan goyangan pinggulnya.Sementara Rangga mulai mengembangkan
Sudah tiga hari Rangga sengaja tidak mengaktifkan handphone rahasianya.Karena dia tahu, kalau dia mengaktifkan handphonenya itu, maka, pasti akan ada panggilan, SMS atau Chat WA dari beberapa wanita yang haus akan belaiannya.Natasha, atau Tineke, ibunya, atau juga Cya, serta Ratna dan Tiara, pasti akan minta jatah darinya.Dan dia memilih untuk tidak lagi memberi jatah pada mereka. Dia cuma ingin hidup tenang dengan istrinya.Hanya saja, setelah 3 hari, tergelitik rasa penasaran untuk membuka handphonenya.Dan benar saja. Ada beberapa SMS masuk, serta chat WA di handphone rahasianya ini.Ada Cya yang mempertanyakan mengapa Rangga sudah tidak lagi datang untuk bekerja di rumahnya karena belum ada Supir lain yang masuk, dan dia tidak ingin mengganti sopir.Dia meminta penjelasan dari Rangga mengapa Rangga tidak juga datang dan mengapa handphone Rangga tidak aktif.Ada juga chat WA dari Ratna yang mempertanyakan pertanyaan yang sama dengan Cya. Dia juga belum mau mengambil sopir baru d
“Rangga, kenalin nich temen-temenku,” kata Tiara sambil menunjuk ke arah temannya.“Nining..” kata seorang gadis berambut sebahu."Lisa," kata si perempuan berambut pirang.“Priska,” kata wanita berkacamata.Lalu terjadilah perbincangan hangat di antara mereka, hingga akhirnya Tiara blak-blakan mengajak Rangga untuk ML bersama-sama dia dan teman-temannya.“Rangga, puasin kita dong.. mau khan?” kata Lisa."Kata Tiara, burung kamu sangat gede," lanjut Nining.“Boleh.. kapan?” tanya Rangga pura-pura bodoh.“Yach sekarang dong.. masa tahun depan sich,” kata Tiara.“Rangga.. Tiara udah cerita tentang kamu, dan kami tertarik mau nyobain permainan kamu Rangga,” kata Nining.“Ah, Nining ini ada-ada aza,” canda Rangga."Ayo mulai." kata Tiara sambil memberi isyarat supaya Rangga mendekati teman-temannya.Kemudian Rangga berdiri menuju sofa, dan dia duduk di tengah-tengah mereka.Tangan Rangga mulai memegang dan meremas-remas buah dada Nining dari luar bajunya, dan Rangga lihat, Nining mendesi
Di saat yang hampir bersamaan, Priska dengan lidahnya, juga berhasil membuat Tiara mencapai puncaknya sehingga Tiara merem-melek dan mulai ingin tidur.Sebelum Tiara tidur, dia berteriak membangunkan Rangga, meminta Rangga untuk mendekati Priska.Rangga pun menurut. Dia bangun meninggalkan Lisa dan Nining untuk mendekati Priska.Mata Priska kini mendelik ke arah Rangga.Rangga mendekat. Tangannya bergerak di bawah rok Priska dan perlahan meluncur ke atas pahanya Priska.Tangan kirinya Rangga menangkup buah dadanya Priska dan dia merasakan putingnya gadis ini mengeras di bawah bahan kain.Ini pengalaman Priska bersama lelaki. Sebelumnya, dia tidak akan pernah biarkan anak laki-laki mana pun sampai sejauh ini padanya.Tetapi karena sempat menyaksikan keperkasaan Rangga saat melayani Lisa dan Nining, maka kali ini, dia memutuskan untuk membiarkan Rangga melakukannya.Terakhir kali dia diajak kencan lelaki adalah setelah dia mulaimenghadiri kuliahnya.Itupun, keadaan tidak berlangsung ba
Rangga mengerang senang saat tubuhnya terus menekan tubuh Priska.Sekitar sepertiga dari rudalnya sudah masuk di liang surganya Priska.Priska masih berusaha keluar dari tusukan ini. Dia masih tidak nyaman dengan lelaki sebelum liangnya sudah banyak kali diterobos jari-jari kekasih-kekasihnya yang berjenis kelamin perempuan.Penolakan masih ada di dalam diri Priska. Dia masih tidak nyaman melakukan ini.Tiara sudah bangkit dari tidurnya, mendekati Rangga dan berbisik. "Ini pertama kali dia bersama laki-laki. Kamu harus sembuhkan dia, supaya dia kembali menyukai laki-laki. Ngerti?""Ok." Rangga mengangguk.Kemudian, Rangga meneruskan dorongannya.Priska menjerit kaget dan merasa kesakitan saat liang surganya diterobos dengan sedikit kasar oleh rudalnya Rangga."Tidak!! Owh tidak!! ahhh." Kehadiran benda besar itu dalam dirinya, dengan cepat mendorong sesuatu bergejolak di dalam dirinya. "Oh. Akhhhhh.""Astaga. Terlalu besar." Dia mendengus keras saat dia merasakan tusukannya Rangga it
Dengan penuh rasa ingin tahu, Nathan segera bergerak ke depan hotel bersama beberapa pegawai hotel dan juga tamu-tamu hotel yang juga ingin tahu dengan apa yang terjadi di depan sana. Saat orang-orang masih mengintip ke arah luar untuk mencari tahu akan apa yang terjadi, maka Nathan segera menyeruak di antara orang-orang dan langsung keluar dari hotel karena dia mengenali suara seseorang yang berteriak di Jalan Raya sana. "Itu adalah suaranya Justin. Apa yang terjadi?" batin Nathan yang langsung mendapatkan firasat buruk. Karena itu, dia langsung berlari ke depan hotel. Di jalan raya di depan Hotel, dia melihat Justin sedang memeluk tubuh seorang gadis yang walaupun belum terlihat wajahnya karena terhalang oleh tubuh Justine, tapi Nathan mendapatkan firasat kalau itu adalah Leticia. Justin nampak menangis sambil memeluk Gadis itu yang ternyata memang benar adalah Leticia. "Apa yang terjadi, Justin?" tanya Nathan. 'Setelah kamu masuk ke dalam hotel, Leticia tiba-tiba keluar dari
Nathan berkata, "kamu jangan salah mengambil keputusan, Leticia.""No. Inilah keputusan terbaik. Buat apa nikah kalau tidak saling mencintai," bantah Leticia.Nathan kembali merasa tidak enak kepada Justin akan kata-kata Leticia itu. "Justine sangat mencintaimu, Letti. dia sendiri yang bilang padaku dan aku bisa melihat kesungguhan hatinya.""Tapi aku tidak cinta Justine. Itu bukan saling mencintai kalau yang cinta cuma satu pihak. Aku mencintaimu, Nathan," tegas Leticia tanpa tedeng aling-aling. Dia tidak peduli walaupun Justine duduk di depannya."Lalu bagaimana dengan kita? Kita juga tidak saling mencintai. Aku mencintai Eva dan walaupun--""Dia sudah meninggalkanmu, sayang. Untuk apa lagi mengharapkannya? Lagipula Tante Mila sudah sangat setuju kalau aku jadi pacarmu, Nathan." potong Leticia."Tante Mila ingin yang terbaik untukmu, Nathan. Dia ingin kamu bahagia bersamaku. Aku akan merawatmu secara ekonomi. Kamu tidak perlu bekerja seperti yang sekarang lagi, Nathan."Nathan terdi
Karena batang kebanggaan Nathan terus didesak Nathan masuk-keluar ke liang kewanitaannya Stella, maka Stella merasakan sakit yang amat sangat.Stella masih belum sempat menemukan momen untuk mendapatkan kesembuhan dari rasa perih yang dia rasakan karena dihantam oleh benda jumbo milik Nathan itu.Saat Stella sedang menunggu-nunggu momen di mana dia tidak merasakan sakit, momen itu tidak kunjung datang karena Nathan terus memaksakan batang kejantanannya ke dalam liang kewanitaan Stella."Nathan, ampun, Nathan. Ampun. Ampuni aku, Nathan. Perlahan dulu, jangan seperti ini!""Kamu kan yang ingin ini, kan? Jadi, kamu akan mendapatkannya."Stella hanya bisa menjerit minta ampun menahan kesakitan karena tusukan-tusukan dari benda berukuran besar milik Nathan.Hingga akhirnya lama-kelamaan Stella mulai tenang karena rasa sakit sudah mulai berhasil dilewati berganti dengan rasa nikmat karena tusukan-tusukan dari benda milik Nathan ini.Nathan sudah mendengar desahan dari Stella, karena itu dia
"Gak bisa, Stella." Nathan langsung menggeleng-gelengkan kepalanya."Kenapa, hah? Kita kan mainnya di sini bukan di ranjang tante binalmu itu, tau!" Sembur Stella sambil menunjuk Mila."Stella! Kamu gak boleh berkata seperti itu!" Nathan segera menarik tangan Stella keluar dari kamar ini sebelum kata-kata Stella tadi didengar oleh Mila."Tante macam apa yang menggoda ponakannya sendiri, hah!""Kamu tahu?""Tentu saja. Aku mengintip perbuatan kalian itu!"Sesampainya di luar kamarnya Mila, Nathan terus menarik tangan Stella ke arah luar apartemen agar jauh dari Mila. "Kamu harus pergi, Stella!""Ok. Tapi layani aku dulu!" sembur Stella."Aku tidak mau lagi melayanimu!" tegas Nathan."Mengapa?""Kamu keterlaluan saat meminta aku melayanimu di kamar tanteku.""Ya kan siapa tahu dia jadi bergairah karena itu. Iya kan? Atau supaya dia ada penghiburan di masa-masa tuanya yang sebatang kara itu. Iya kan?""Kamu gak punya perasaan! Aku tidak akan mau lagi melayanimu!""Kalau kamu tidak melaya
"Tante Mila dan mamamu di Manado sudah merestui hubungan kita," jawab Leticia dengan wajah berseri-seri."Maksud kamu?" tanya Nathan sambil mengerutkan keningnya."Tante Mila sudah setuju kalau aku menjadi pacarmu. Dia bahkan langsung menelpon mamamu dan mamamu juga setuju."Nathan menggeleng-gelengkan kepalanya. "Tidak. Kamu lebih baik bersama Justine. Kamu akan bahagia bersamanya.""Aku yang tahu diriku, Nathan. Aku yang tahu dengan siapa aku akan bahagia dan bukan kamu.""Aku cuma seorang pecundang. Aku tidak akan bisa membahagiakan kamu, Leti.""Siapa bilang? Ayahku memiliki beberapa anak perusahaannya yang akan dia serahkan padaku begitu aku lulus kuliah atau menikah. Nah, begitu menikah denganmu, kamu akan aku angkat jadi pemimpin di perusahaan-perusahaan itu. Kamu tidak akan jadi pecundang lagi kalau kamu sudah jadi CEO, Nathan.""Ayahmu sudah menjodohkan kamu dengan Justine, Letti.""Dia tidak bisa memaksaku. Ok. Dia memang menjodohkan aku dengan Justine. Tapi, hanya sampai si
"Namaku Justine, Nathan," kata pria itu."I'm sorry. Tapi, kita kenal dimana? Kok kamu tahu namaku dan kok tahu aku akan pulang?" Nathan menatap penuh selidik ke arah pemuda di depannya ini.Pemuda ini hampir setinggi Nathan, tapi tubuhnya kurus, tidak sebesar Nathan."Kita memang belum saling kenal. Tapi, aku adalah tunangannya Leticia.""Leticia? Dia punya tunangan?""Ya. Sejak setengah tahun yang lalu. Orang tua kami yang menyatukan kami dalam pertunangan. Tapi, dia tidak pernah menganggap aku ada.""Kamu mencintainya?""Amat sangat," tegas pemuda bernama Justin ini sambil menatap Nathan.Nathan mengangguk. "Ok. Aku bersedia kamu antar pulang. Aku ingin mendengar apa yang ingin kamu bicarakan.""Terimakasih, Nathan." Justin membalikkan tubuhnya untuk menuju ke arah pintu keluar."Mengapa kamu tahu aku ada di sini?""Aku pernah mengikuti Leticia yang berada di apartemenmu. Saat aku melihatmu keluar dari apartemen, aku ikut kamu hingga ke tempat ini. Tapi, sebelumnya, aku belum beran
Hanya dalam tempo yang tidak terlalu lama, maka, Venty mulai merasakan gairahnya melonjak-lonjak. Pinggulnya mulai bergerak memutar untuk menandingi tusukan-tusukan yang dilakukan Nathan dengan terong besarnya."Aduh ... ini enak benget, Nathan. Enak. Oh ...""Iya, kak. Ini enak banget. Oh ... enak banget.""Tusukan kemu berasa banget, Nathan di dalam tubuhku. Auh ... eh. Enak e.""Cengkeraman kakak juga hebat, kak. Aku suka.""Nanti abis ini, kamu kasih nomor telponmu, ya? Biar kita bisa atur waktu untuk main di rumahku. Ok?"Nathan terdiam mendengar permintaan Venty ini. Sudah beberapa pelanggan yang meminta nomor telponnya. Orang-orang yang ingin berhubungan lebih lanjut dengan Nathan, tanpa melalui Tante Lisa.Ini adalah sesuatu yang tidak disetujui oleh Nathan. Apalagi dia terikat peraturan di club malam yang mengharuskan dirinya untuk tidak memberikan nomor telponnya kepada pelanggan.Karena itu, Nathan tidak menjawab kata-kata Venty itu. Nathan memilih untuk terus menggerakkan
"Ugh ... jangan gerak dulu. Masih sakit." Venti mengerang karena merasa perih."Iya, kak. Aku akan menunggu." Nathan tersenyum menenangkan Venty."Punya kamu kenapa sih jadi gede gini? Apa kamu kasih obat?""Gak, kak. Gak pernah aku kasih obat. Dari kecil udah gede.""Wah. Yang jadi pacar kamu, pasti merasa beruntung.""Kadang-kadang dia mengeluh sakit, kak.""Hah? Jadi kamu memang sudah punya pacar? Aku gak tahu loh soal ini. Gak diceritakan di grup.""Aku memang tidak pernah bercerita soal pacarku dan selama ini gak pernah ditanya pelanggan soal itu. Tapi, sudahlah. Sejak kemarin Aku dan dia sudah putus, kak," tegas Leon."Owalah. Maafkan aku.""Kakak tidak salah kok. Untuk apa minta maaf?"Venty menatap Nathan penuh selidik. "Aku pernah mendengar tentang cewek yang matre yang terus mengeksploitasi pacarnya walaupun harus tidur dengan wanita lain. Itu kan yang terjadi?""Tidak, kak. Pacarku tidak seperti itu. Aku yang tidak pernah bercerita kepada pacarku tentang pekerjaanku ini. Sa
Malam ini, Nathan putuskan untuk kembali engambil job yang diberikan Tante Lisa.Sejak beberapa waktu yang lalu, Nathan sudah berada di klub malam. Tuti memberi isyarat kepada Nathan untuk masuk lift.Nathan mengabaikan isyarat dari Tuti itu. Dia teringat akan Eva. Dia sempat mengeluarkan handphonenya, bermaksud untuk menelpon Eva. Tapi dia batalkan niatnya itu."Gimana?" tanya Tuti."Baiklah. Ayo kita pergi."Nathan dan Tuti masuk ke dalam lift untuk menuju ke arah lantai 7.Begitu keluar dari lift, Tuti segera membawa ke arah kiri dan melewati sekitar 7 buah pintu hingga akhirnya dia berdiri di pintu ke-8 dan mulai mengetuk pintu.Terdengar suara dari dalam. Tuti segera masuk tanpa mengajak Nathan.Beberapa saat kemudian, Tuti keluar dan membawa beberapa uang kertas pecahan Rp 100.000 yang kemudian langsung dia taruh di kantong celana pendek yang dia kenakan.Setelah itu, Tuti membuka pintu kamar lebar-lebar dan memberi isyarat kepada Nathan untuk masuk ke dalam.Nathan pun masuk ke