Share

16

Author: Fikul 07
last update Last Updated: 2021-10-04 22:09:23

Pasir keramat merupakan sebuah padang pasir tak berujung. Sejauh mata memandang hanya terdapat pasir yang membentang luas, akan tetapi tempat ini merupakan salah satu gerbang menuju gudang senjata. Banyak korban berjatuhan terutama manusia biasa yang mati kelaparan dan kehausan. Terkadang mereka mati karena dimangsa  oleh laba-laba yang menghuni tempat itu sekaligus penjaga gerbang menuju tempat gudang senjata.

 Juan yang sudah sepenuhnya sembuh melanjutkan perjalanan dengan ditemani oleh Widura yang selalu melingkar dilehernya serta Rengganis dan Andara yang menemani perjalanan nya , tentunya Gentala ikut namun bukan dalam bentuk manusianya melainkan sebuah kalung yang sebelumnya melingkar di leher Juan. Sebelumnya ia beralasan pada Rengganis dan Andara untuk pergi kesuatu tempat, dia bahkan  berpura-pura menitipkan Juan pada Andara.

" Tolong jaga murid kesayanganku." pintanya pada Andara.

 Andara tertegun. ia menatap tak percaya kepada Gentala yanng tengah menyesap teh pagi." Tapi tuan, aku hanyalah gadis lemah, kenapa tidak minta kepada Rengganis saja? Dia sangat kuat, saya yakin dia bisa menjaga Juan lebih baik dari pada saya. "

 Gentala menggeleng. " Aku tak mempercayainya sama sekali, lebih baik aku menitipkannya padamu dari pada kepadanya, lagi pula aku sangat yakin kamu bisa menjaganya untukku. Menitipkan Juan padanya sama saja menitipkan anak kambing kepada harimau. " timpalnya, melirik kearah Rengganis yang tengah berbibaca dengan Juan

" Tapi. . . 

" Ssssttt " Gentala menaruh jari telunjuknya pada  bibir Andara. " Kamu tak perlu cemas jika kalian berada dalam bahaya aku pasti segera menyelamatkan kalian."  katanya seraya kembali menyesap tehnya kembali.

Juan dan Rengganis menghampiri mereka berdua. Wajah Andara terlihat tegang.

" Andara! ada apa dengan wajahmu? "

Andara terlonjak kaget. " Bukan apa-apa? "

" Benarkah? "

Andara mengangguk.

" Baiklah." kata Juan. Melirik Gentala," guru kami pergi dulu. " pamit Juan. Seraya membungkuk memberi hormat. Di ikuti oleh Andara dan Rengganis.

*

Andara hanya bisa meneguk salivanya setiap kali Rengganis  menatapnya tajam.Selama perjalanan Andara lebih banyak diam, tengkuknya terasa dingin menusuk setiap dirinya mengajak Juan untuk  sekedar berbicara atau pun berjalan disebelahnya.

Bleduummm. terdengar ledakan yang tak jauh dari arah mereka, langkah mereka terhenti lalu saling bertukar pandang, bergegas pergi menuju sumber suara tersebut.

Juan merasa deja vu , didepannya seorang pria yang sedikit lebih tua darinya tengah bertarung sengit dengan seekor monster laba-laba , namun tampaknya pria itu terlihat kelelahan, wajahnya pucat pasi, tangan kirinya menekan kuat tangan kanan yang sudah berubah warna menjadi hijau pekat, terdapat darah dari sudut bibirnya. Laba-laba itu menembakkan sebuah jaring dari mulutnya, namun dengan sigap. Juan meraih pinggang pria itu membawanya  menghindari jaring. Pria itu pingsan dalam dekapan Juan.

Marah karena mangsanya telah dicuri, monsterlaba- laba itu mengeluarkan suara lengkingan yang  memekakkan telinga. 

" Hati- hati. " Rengganis berkata. 

 Tak lama setelah Rengganis berkata tiba-tiba tanah bergetar hebat, tak jauh dari sana terlihat segerombolan monster laba-laba  yang berjalan menuju ke arah mereka, mata Juan terbeliak melihat sekelompok monster laba-laba dalam jumlah yang  sangat banyak. Sigap, Juan meletakkan pria itu di punggungnya.

" LARIIIII! " teriak Juan.

Namun sepertinya mereka terlambat karena mereka sudah di kelilingi oleh sekelompok monster laba-laba , mereka bertiga saling  mendekatkan punggung.

" Apa yang kita lakukan? " tanya  cemas Andara. Tangannya bergetar hebat.

Ekspresi Rengganis tenang seakan-akan apa yang didepannya bukanlah apa-apa, " Tentu saja kita harus membantai mereka, "

" Tapi bagaimana caranya? jumlah mereka sangat banyak sedangkan kita hanya berempat." ucap Andara, melirik kepada orang di punggung Juan, " tapi yang satunya pingsan," cicitnya.

" Pilihan kita hanya dua, menyerah atau berjuang. " ungkap Juan.  Matanya menatap dingin pada sekelompok monster laba-laba itu. " Widura! lindungi aku dan bantai mereka semua. " 

Seketika Widura mengubah bentuknya menjadi raksasa, ia menggeram seraya melindungi tuannya.

Rengganis tersenyum puas mendengar perkataannya.Di balik penampilannya yang cantik nan elegan, Rengganis mampu membunuh dua ekor monster laba-laba  sekaligus hanya dengan satu serangan. Tak mau kalah dan tak ingin menjadi beban, Andara pun mengeluarkan kemampuan yang selama ini disembunyikan nya, tangan kanannya mengeluarkan sebuah busur merah menyala. Hanya sekali tembakan ia mampu membakar monster laba-laba itu menjadi abu, berbeda dengan Juan yang hanya bisa menghidar tanpa menyerang balik. Widura  yang setia terus melindungi tuannya. dia menggunakan ekornya untuk membunuh monster laba-laba itu.Tak selamanya  dilindungi, Juan berusaha keras menghindari serangan demi serangan seraya menjaga orang yang berada di punggungnya.

" Bocah, kenapa kamu belum membunuh satupun? apa kamu tidak malu dengan para wanita itu. " kata Gentala dari dalam kalung, mereka berbicara melalui telepati.

 " Mau bagaimana lagi, aku baru berada ditahap lima sedangkan monster di depan ku berada di tahap enam, aku tak memiliki senjata  seperti Rengganis dan Andara untuk membantuku melawannya. Apalagi aku kesulitan  bergerak. " timpalnya seraya  berusaha menghindari racun yang di lontarkan dari mulut monster laba-laba itu.

" Jangan banyak alasan, aku saja mampu  membunuhnya tanpa  menggunakan senjata apapun. Bahkan sambil membawa orang sekampung sekaligus. "

" Itu karena kita berbeda ."

" Apa nya yang berbeda? kau dan aku sama-sama berjenis  laki-laki. "

Meskipun  mereka  berhasil membunuh  banyak monster laba-laba itu, namun jumlah mereka terus bertambah seakan tak ada  habisnya. Juan melirik kearah Rengganis yang mulai kelelahan begitu juga  dengan Andara.

" Bukan seperti itu -- sudahlah, apa guru tak ada cara untuk membunuh mereka?"

 Hening.

" Guru!" teriaknya.

" Kamu tak perlu berteriak seperti itu, sebentar lagi bantuan akan datang. "

Juan mengerutkan dahinya, tak mengerti. Hingga tiba-tiba sebuah angin kencang menerbangkan sebagian besar jumlah monster  laba-laba itu.

" Ayo pergi. "

Juan menoleh kesumber suara. " Paman Ranu?" tanyanya heran.

Ranu tersenyum. " Nanti paman jelaskan, lebih baik kita pergi terlebih dahulu dari sini. " katanya seraya membawa Juan pergi dari sekelompok laba-laba itu, Rengganis, Andara  beserta Widura mengikuti jejak Juan.

Di suatu tempat.

Setelah berhasil meloloskan diri dari sekelompok monster laba-laba  akhirnya mereka menemukan sebuah gua. Juan membaringkan pria itu secara perlahan, tubuhnya mengeluarkan banyak keringat, serta racunnnya yang mulai menjalar ke seluruh tubuhnya,  Juan berniat membuka baju pria itu namun ia urungkan karena menyadari ada dua gadis dibelakangnya. Juan menoleh kebelakang.

" Bisakah kalian. . .

" Aku akan menyalakan api unggun. " kata Andara seraya pergi, Rengganis mengekorinya tanpa berkata sedikitpun.

Juan pun melepaskan satu persatu pakaian pria itu, matanya terbeliak melihat racun yang mulai menjalar keseluruh  tubuh pria itu, warna hijau pekat  hampir menutupi seluruh tubuhnya. Ranu pun memperhatikan setiap jengkal tubuh pria di hadapannya. 

" Kita harus segera mengeluarkan racun dalam tubuhnya, jika tidak? orang ini akan mati,"

Juan mengangguk.

" Apa kamu bisa melakukannya? "

Juan terdiam, meskipun mengetahui caranya, namun Juan tak yakin bisa melakukannya  sebab ia tak pernah mempraktekkannya. pada siapapun.

Sebuah tangan terulur  mengusap kepalanya lembut. Juan menoleh.

" Paman yakin kamu pasti bisa."

" Tapi-- aku tak pernah melakukannya. "

" Apa kamu akan membiarkannya mati?"

Juan menggeleng.

" Kalau begitu tolonglah, paman yakin kamu pasti bisa melakukannya, karena kamu adalah seorang anak jenius."

Juan kembali terdiam. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pria Sampah Tak Terduga   Ucapan Terima Kasih.

    Tidak terasa, akhirnya aku bisa namatin ini buku, padahal sebelumnya aku bingung mau menamatkan buku ini bagaimana? Terlebih lagi karena kesehatan aku yang kemarin-kemarin sempat drop yang mengharuskan istirahat full. Buat kalian yang sudah setia baca cerita ini dari awal hingga akhir, terima kasih karena sudah mau mampir ke cerita aku yang notabenya masih acak-acakan baik itu dari segi penulisan, alur cerita dan masih banyak lagi kekurangannya, sungguh aku sangat, sangat berterima kasih pada kalian. Di lain cerita, aku akan berusaha sebaik mungkin untuk memperbaiki kekurangan yang terdapat di buku ini. Semoga kalian bisa sabar menunggu cerita baru ku. see you next time ^3^ <3 <3 Love you.

  • Pria Sampah Tak Terduga   154

    Perburuan malam itu membuat setidaknya beban yang berada di pundak Juan terangkat sedikit. Ia menatap sebuah batu giok yang merupakan milik dari Gentala, tangannya menggenggam batu itu lalu membawanya ke dadanya, berharap gurunya yang sudah di alam sana bisa merasakan kerinduannya.Juan tak pernah menyangka bahwa dirinya yang dulunya selalu di hina dan di kucilkan kini berbalik menjadi sosok yang disegani dan di hormati bahkan di takuti oleh banyak kalangan karena kekuatannya yang sudah melegenda.Dirinya tak pernah menyangka bahwa pertemuannya dengan Gentala akan merubah nasib sepenuhnya, tak pernah terpikirkan olehnya bahwa dirinya akan menjadi seorang Raja.Keesokkan paginya, Juan pun meminta kepada semua mahapatih untuk berkumpul di aula rapat. Sebab ada hal yang ingin dia katakan.Tentunya setelah mendengar titah tersebut para Mahapatih pun berbondong-bondong menuju aula untuk menghadiri rapat.Setibanya di sana, semua mahapatih ya

  • Pria Sampah Tak Terduga   153

    Di temani oleh Dewi Ayu dan juga Sekar, kini adalah kali pertama Juan mengunjungi pemakaman gurunya, meski masih terasa berat, namun kini dia sudah baik-baik saja, ia pun meletakkan beberapa dupa serta satu kendi berisi air keras. Menangkupkan kedua tangannya lalu mulai berdo'aSetelah selesai mengirim do'a dan mengutarakan perasaannya, Juan berserta ibunya, memilih untuk kembali ke istana, namun di tengah perjalanan dirinya bertemu dengan Rengganis yang baru pulang dari ekspedisinya.Wanita itu memberi salam, lalu berjalan bersama-sama serta berbagi cerita tentang ekspedisinya membantu Sang ayah memusnahkan para bandit yang selalu meresahkan para warga.Meski tak selalu bisa berada di sisi Juan terus menerus, namun Rengganis sebisa mungkin menyempatkan waktu untuk menemui Juan tentunya ia selalu pulang tanpa tangan kosong.Kendati begitu, Rengganis tak pernah tahu tentang perasaan Juan terhadapnya, apakah dia menganggapnya sebagai teman saja? Atau pria i

  • Pria Sampah Tak Terduga   152

    Perkataan Rengganis membuat Juan tersadar, apa yang dilakukannya selama ini tak akan membuat gurunya kembali ke sisi nya.Ia pun menarik Rengganis ke dalam dekapannya, membuat wanita itu terlonjak kaget akan tindakan yang di lakukan oleh Juan." Maaf. " Kata itu terlontar begitu saja dari mulut Juan, tangannya semakin erat mendekap tubuh wanita itu.Tangan Rengganis yang berniat membalas pelukan itu tiba-tiba berhenti ketika ibu Juan, Dewi Ayu datang bersama Sekar." Ekhem! Maaf ibunda mengganggu kalian. "Rengganis yang terkejut pun langsung bangkit dari posisi ambigunya, ia berdiri seraya merapihkan diri. " Sama sekali tidak bibi. " ujarnya.Seketika suasana di dalam sana berubah menjadi canggung. Semua orang yang berada di dalam sana terdiam, menambah suasana semakin canggung." A-ah kebetulan, Ibunda baru saja memasak wajik kesukaan mu. Apa kamu ingin memakannya putraku? " kata Dewi Ayu memecah kecanggungan di antara mereka.

  • Pria Sampah Tak Terduga   151

    Beberapa bulan setelah peperangan itu, kerajaan Nemu pun mulai menemukan kembali cahayanya.Namun selama itu kursi tahta itu masih kosong, Sebab Juan menolak untuk mengisinya. Karena mereka tak mungkin memaksa Jaraka yang mentalnya masih hancur. Tapi hanya tinggal Juan saja yang memiliki darah dari Raden Brama Wijaya.Meski sudah di bujuk oleh teman-temannya. Bahkan oleh ibunya sendiri, Juan tetap berkata tidak.Hingga suatu ketika, Gentala memintanya sembari berkata bahwa dirinya ingin melihatnya menjadi seorang raja di sisa akhir hidupnya.Karena gurunya sudah berkata seperti itu, Juan pun mau tak mau harus mengisi kursi itu, dengan syarat bahwa gurunya tak boleh jauh dari dirinya.Gentala pun memutar bola matanya malas.Sungguh merepotkan!" Terserah pada mu saja. Sekalian saja kamu pasangkan tali kekang di leher ku, dan jadikan aku binatang piaraan mu! Kau pikir aku ini Widura! Yang selalu mengikuti mu kemana pun

  • Pria Sampah Tak Terduga   150

    Setelah berhasil memenangkan peperangan tersebut, Juan maupun Gentala dan Juga Nura sama sama kehabisan tenaga. Ketiganya langsung tak sadarkan diri. Beruntung posisi mereka tak jauh dari Rengganis dan lainnya.Mereka pun berbondong-bondong menghampiri ketiganya.Meski Rengganis dan Ling ling sempat berebut siapa yang akan membawa tubuh Juan? Tapi pada akhirnya Yodha Wisesa lah yang membawanya selaku kakeknya.Sesampainya di camp militer, Ayu Dewi pun langsung memburu tubuh putranya dan langsung memberinya pertolongan pertama.Walau terbilang sangat terlambat, namun ayah Rengganis sebisa mungkin membantu, karena sebelumnya ia terkurung di rumahnya sendiri dan tak bisa melepaskan diri.Alhasil, ia tak membantu sama sekali saat perang berlangsung. Demi menebus dosanya, ia bekerja dua kali lipat di banding yang lain, seperti menyediakan makanan, obat-obatan, dan perlengkapan lainnya.Saat tahu Ranu adalah Nura yang merupakan seorang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status