Untuk pertama kalinya. Juan merasa benci terhadap seseorang yang baru saja di temuinya, seperti kejadian di restoran, saat pria itu menuruni tangga dengan anggun,wajahnya yang tampan nan berwibawa serta memiliki hati yang baik. Entah kenapa? Juan merasa bahwa pria itu di penuhi dengan kebohongan.
Dalam hati terdalam Gentala ia merasa bersyukur pada Dewa Agung yang selalu mendatangkan penyelamat padanya di saat dirinya tengah mengalami ke sulitan seperti sekarang ini, awalnya di berpikir bahwa dirinya akan menjadi pelayan gratis di restoran, mungkin saja Dewa Agung terlalu mencintai wajah tampannya membuat-Nya tak tega untuk membuat Gentala menjadi pesuruh manusia.
" Terima kasih atas kebaikan tuan muda, bagaimana saya yang rendah ini membalas kebaikan tuan muda? " Ucap Gentala seraya membungkukkan sedikit tubuhnya.
" Tak perlu sungkan, "
" Tak hanya berparas tampan, tuan muda pun ternyata memil
Di hari pertama nya memasuki Akademi. Juan tak menyangka bahwa dirinya akan menjadi begitu terkenal oleh seluruh siswa dan guru seAkademi Kancah Nangkub , bukan karena bakatnya yang mengesankan melainkan karena dirinya berhasil membuat gempar karena berhasil membuatnya menjadi rebutan dua orang gadis cantik yang terkenal dengan bakat mereka yang sangat mengagumkan, membuat semua pria menjadi iri terhadapnya. Juan yang baru mengetahui bahwa Rengganis teryata memiliki status yang tinggi, dia adalah putri tunggal dari Dewa perang. Raynar Prawira. tak hanya cantik, berpangkat dan juga jenius, dia juga terkenal dengan sikap bengis dan sikap dinginnya terhadap siapa pun, membuatnya menjadi sosok yang kuat dan disegani oleh banyak orang, ia juga terkenal degan sikapnya yang tak kenal takut terhadap apapun. Ada pun Ling ling seorang gadis cantik yang berasal dari negeri sebrang, yang ternyata seorang putri dar
Yodha Wisesa terdiam sejenak, tanpa di ketahui oleh Juan. air matanya sudah membasahi ke dua pipinya, tanpa sadar dia berlari lalu merengkuh tubuh Juan ke dalam dekapannya seraya berbisik, " Selamat datang cucu ku. "" Eh? "Yodha Wisesa melepaskan pelukannya, menatap lekat wajah cucu satu-satunya, meski sebagian besar wajahnya mewarisi wajah ayahnya, namun dari caranya menatap, caranya tersenyum, serta sifatnya yang polos, sama persis dengan anaknya. Dewi Ayu. " Kamu sudah tumbuh besar ternyata, maafkan Simbah mu ini yang tidak bertanggung jawab ini. "Juan terdiam, pikirannya menjadi kosong. Bagaimana bisa dirinya yang hanya anak dari seorang janda miskin memiliki kakek seorang kepala sekolah sekaligus pemilik Akademi Kancah Nangkub? memikirkannya saja sudah membuat isi kepala Juan menjadi sakit.Karena tak ada respon dari sang cucu, Yodha Wises
Juan tak menyangka bahwa dirinya akan bertemu dengan sang kakek yang selalu menjadi angan-angannya saja, namun ia tak mengerti, kenapa ibunya tak memberitahunya sejak awal, bahwa orang yang akan di temuinya adalah kakeknya sendiri?Tapi Juan tak terlalu mementingkan hal tersebut, yang penting sekarang ia harus menjadi kuat, agar bisa bertemu dengan sang ayah, meski dirinya tak terlalu peduli, lagi pula ia sudah menganggap Ranu sebagai ayah kandung nya dan Gentala adalah ayah asuhnya dan itu sudah cukup baginya, meski dalam hatinya ia masih penasaran dengan sosoknya." Hey, anak sampah! "Langkah Juan terhenti, kepalanya mendongkak, secara tiba-tiba ia mendapati sebuah tendangan tak terduga menghantam keras perutnya dan membuat tubuhnya terbang hingga mengenai tembok dan menciptakan retakan besar di sana, meski serangan itu tak memiliki kekuatan yang begitu kuat,
Berkat bantuan dari sang kakek, Pada akhirnya Juan mendapatkan kamar yang lebih baik dan lebih besar dari sebelumnya, bahkan kamar itu hanya di huni oleh dirinya sendiri, tak seperti sebelumnya yang harus di huni oleh empat orang. Selain ruangan kamarnya yang luas, terdapat pula halaman kecil di sana yang bisa di gunakannya untuk menanam tumbuhan herbal.Juan begitu senang, di kamar ini pula ia bisa dengan bebas memanggil guru beserta hewan spiritualnya tanpa takut di ketahui oleh siapapun." Apa ini sejenis takdir? atau aku ini memang pembawa keberuntungan di hidup mu? " ucap Gentala, seraya memperhatikan setiap sudut ruangan, yang di rasanya cukup mewah untuk ukuran seorang murid yang memilki kekuatan rendah, Gentala juga berpikir, betapa sialnya Suma karena sudah bertemu dengan muridnya.Juan terdiam sejenak, tangannya mengelus lembut bulu Widura yang berada di pangkuannya. " Apa maksud guru? aku tidak men
Rengganis heran, kenapa setiap kali dirinya berpisah dengan Juan? tak peduli mereka berpisah lama atau pun sebentar, pasti akan selalu ada seorang gadis baru yang berdiri di sisi Juan.Akhir-akhir ini kepalanya terus di dera rasa sakit, mungkin karena sikap Ling ling terhadap Juan yang membuatnya terus sakit kepala. Karena keberadaan Ling ling membuatnya lupa untuk memberi tahu Juan, tentang apa yang telah ia temukan tentang Bismo.Setelah mengorbankan waktu tidurnya untuk mencari jejak keberadaan Bismo dan ibunya, akhirnya Rengganis menemukan titik terang, dirinya berhasil menemukan jejak dari mereka berdua yang sebelumnya sempat menghilang tanpa jejak, besar kemungkinan Bismo tahu pasti tentang pria berjubah hitam yang di cari oleh Guru Juan, Gentala, namun dirinya selalu lupa untuk memberi tahu pada Juan untuk menyampaikan pesannya, karena dirinya terlalu sibuk menjauhkan Juan dari Ling ling
Berkat kata-kata Juan. Rengganis pun memutuskan untuk menjadi lebih sabar lagi, meski pun Gentala terus menerus menguji kesabarannya. Seperti memujinya sebagai putri yang bijaksana, cantik, serta memiliki hati yang begitu bersih. Tak seperti seseorang seraya meliriknya. Dia bahkan sangat mengangung agungkan sosok Ling ling.Dan pada akhirnya Rengganis pun tak bisa menahannya. ' Brak! ' ia memukul meja itu dengan keras menggunakan gelas ditangannya, kedua matanya melirik Gentala. " Tuan Gentala, sepertinya kita harus berbicara empat mata. " Rengganis berkata dengan senyum yang di paksakan.Semua orang tersentak, kecuali Gentala yang tengah menahan tawa." Tentu, " melirik wajah Ling ling, seraya tersenyum simpul. " nah Putri Ling ling, izinkan saya yang rendah ini untuk undur diri sejenak, " ucapnya lalu mencium punggung tangan Ling ling dengan lembut, Andara merasa iri melihat pemandan
Setelah mendengar penjelasan dari Wijaya, sang kepala desa, mengenai hutan dan beberapa larangan yang tak boleh di lakukan di dalam hutan, termasuk memasuki gunung keramat, yang tak boleh di masuki oleh siapa pun.Konon katanya, di dalam gua tersebut terdapat penunggu yang berbentuk siluman Kera, dan bagi siapa pun yang berani memasuki tempat itu tanpa izin, maka siluman itu akan langsung membunuhnya dan memakannya.Juan dan kawan-kawan pun pergi kedalam hutan untuk menyelidiki kasus menghilangnya para hewan spritual di hutan itu dengan menggunakan kuda.Seperti biasa Ling ling dan Rengganis akan berebut posisi agar bisa lebih dekat dengan Juan, sedangkan Andara merasa senang karena di biarkan berdua saja dengan Gentala.Gentala sendiri hanya bisa melihat tingkah ke dua wanita yang tengah memperebutkan satu-satunya murid yang di milikinya, ia pun mulai menimbang-nimbang untuk memilih siapa yang pantas untuk menjadi istri muridnya d
Setelah Juan dan Ling ling pergi, Rengganis pun langsung mengirimkan petirnya ke arah orang-orang berjubah hitam yang tengah sibuk memasukkan para hewan ke dalam gua.' Jdarrr!! ' petir itu menyambar sebagian orang yang tengah membawa para hewan itu membuat para hewan pun terjatuh dari tangan mereka bersama sangkarnya.Begitu terjatuh, para hewan itu langsung menjerit seakan-akan meminta untuk di keluarkan dan di lepaskan dari sangkar yang mengurung mereka, sedang kan orang yang terkena petir milik Rengganis mati gosong seketika.Serangan dadakan yang di kirim Rengganis, membuat orang-orang berjubah hitam itu panik, sebagian dari mereka lari berhamburan karena ketakutan, sebagiannya lagi langsung meningkatkan tingkat kewaspadaannya. mereka pun mengeluarkan senjata dan bersiap-siap untuk menerima serangan kedua, berbeda dengan orang yang memakai jubah