Share

36

Mereka bertiga kini tengah berada di sebuah restoran ternama di kota Kancah Nangkub, setelah mengalami banyak rintangan. Gentala pun membawa keduanya beserta Widura untuk memanjakan lidah dan perut mereka. " Karena besok adalah hari pertama kalian, hari ini aku akan mentraktir kalian makan sepuasnya. "  ucapnya bangga.

" Dari mana guru memiliki uang sebanyak itu? " Tanya Juan penasaran.

" Kenapa? apa kamu meragukan ku? "

" Bukan itu tapi. . . apa jangan-jangan itu uang dari Kerta Putra? " tebaknya tepat sasaran.

Senyum di wajah Gentala pun luntur seketika. " Bisakah kamu membuat gurumu ini terlihat keren sedikit? apa lagi di depan ku ada  seorang gadis. "

Andara mencoba menahan tawanya, sedangkan Widura menguap lebar di leher tuannya.

" Aku kan. . .

" Pelayan! " seru Gentala. memotong ucapan muridnya

Salah satu pelayan toko datang menghampiri meja mereka. " Iya, tuan mau pesan apa? "

" Guru, bisakah kamu tak menyela perkataanku? "

" Aku pesan semua makanan  terenak yang di sediakan di tempat ini. " Ucap Gentala mengabaikan sang murid.

Pelayan itu tersenyum bahagia karena mendapat banyak pesanan,  mengangguk antusias. " Tentu saja tuan bos, saya akan segera membawakannya untuk mu. " timpalnya.

" Oh dan juga, jangan lupa membawakan daging mentah untuk rubah ini. " tunjuknya ke arah Widura.

Pelayan itu kembali mengangguk kan kepalanya. " Ada lagi? "

Gentala terdiam sesaat. " Tidak ada. "

" Kalau begitu saya pergi, untuk menyiapkan pesanan kalian. " Pelayan itu pun pergi. 

Setelah sang pelayan pergi, Gentala pun menolehkan kepalanya pada Juan, " Apa kamu ingin mengatakan sesuatu? " tanyanya santai.

" Tidak, lupakan saja. "

" Apa kamu berani merajuk pada guru mu? "

" Mana mungkin murid ini berani. "

" Lihat bukan kah terlihat jelas di wajah mu? 

"  Tuan Gentala. "

Gentala menoleh.

"Maaf menyela pertengkaran kalian, tapi ada begitu banyak pertanyaan dalam pikiranku. sebelumnya aku sangat berterima kasih pada tuan karena sudah menolongku bahkan memanjakan ku seperti ini, tak hanya tampan, anda juga sangat baik hati." Puji Andara membuat Gentala besar kepala. " tapi tuan Gentala, bolehkah aku bertanya? "

" Tentu saja. apa itu?  gadis semanismu tak perlu sungkan terhadap ku. "

" Bagaimana kamu bisa menyelamatkan kami? "

" Oh soal itu, " Gentala menyuruh Andara untuk mendekat, Andara pun menurut, " aku punya taktik rahasia yang tak bisa aku bicarakan pada siapapun bahkan pada murid ku sendiri. " bisiknya.

Andara pun mebulatkan bibirnya, sedangkan Juan memicingkan matanya.

" Ini makanan anda tuan bos. " ucap pelayan itu seraya membawa banyak hidangan hanya menggunakan satu tangannya saja.

" Terima kasih. " ucap Andara

" Kalau begitu tuan bos, saya pergi, jika anda membutuhkan sesuatu jangan sungkan untuk memanggil ku kapan saja. " pelayan itu berkata seraya mengedip kan salah satu  matanya, Gentala pun membalas kedipan mata itu dengan tatapan genit miliknya.

" Apa ada yang salah dengan mata guru? apa ada sesuatu yang memasuki matamu? " tanya cemas Juan.

" Aish, ini namanya kedipan untuk menggoda. "

" Lalu untuk apa guru menggoda pelayan pria itu,? "

" Tentu saja untuk meminta diskon padanya. "

" Diskon? "

" Sudahlah lupakan saja. lebih baik makanlah makanan mu. . .  nah Andara cobalah cah kangkung ini, ini adalah salah satu makanan terenak di sini. "

" Apa guru tidak memberikannya pada ku? "

" Apa kamu tak punya tangan? "

" Tapi. Andara. . .

" Baiklah, baiklah, buka mulut mu lebar. gurumu yang baik ini akan menyuapi murid kesayangan ku. "

Juan pun membuka mulutnya dan menerima suapan dari gurunya. " terima kasih guru. " ucapnya.

Melihat interaksi antara guru dan murid di depannya membuat Andara sedikit iri, pasalnya mereka tak seperti pasangan murid dan guru, melainkan layaknya seorang ayah dan anak, Dari bawah meja tangannya terkepal, jika saja orang tuanya tidak  terbunuh mungkin ia tak akan seiri ini melihat kedekatan antara keduanya.

Menyadari ekspresi Andara yang tidak biasanya membuat Juan penasaran. " ada apa? apa makanannya tidak enak? "

" Ah tidak, hanya saja aku . . . 

" Aish bocah nakal, kenapa kamu masih tidak mengerti? dia pasti sangat terharu dengan kebaikan yang aku berikan padanya." selanya. " jangan banyak bicara makanlah. "

Setelah menghabiskan makanan mereka, Gentala memanggil kembali pelayan itu untuk membayar tagihan, namun dirinya tertegun ketika menyadari bahwa uang nya telah hilang.

Sebelumnya.

Setelah melempar satu set baju pada sang murid, Gentala pun mengajak  ke tiganya untuk sekedar berjalan-jalan menikmati keramaian kota. Kancah Nangkub adalah sebuah kota besar yang  terkenal dengan pasarnya yang menyediakan berbagai keperluan, dari keperluan sihir bahkan rumah tangga. Tentunya pusat pesona  kota itu adalah Akademi Kancah Nangkub yang terkenal  telah melahirkan banyak pahlawan yang telah menciptakan kedamaian dunia, salah satu nya ayah Rengganis. Raynar Prawira yang berhasil menaklukkan banyak kota serta membawa kedamaian  pada kerajaan Nemu.

Di katakan juga, bahwa  monumen yang terletak di dalam Akademi Kancah Nangkub  adalah tempat terakhir di mana  sang legenda Nayaka Gantari menghilang beserta hewan spiritualnya Gentala Taksaka. Keduanya adalah sosok legenda yang  berhasil  mengalahkan monster kegelapan serta membawa cahaya pada dunia, namun di saat yang sama mereka berdua menghilang tanpa jejak, tak di jelaskan dengan pasti bagaimana mereka bisa menghilang.

Beberapa tahun kemudian, kota yang awal nya terpuruk perlahan  kembali bangkit dan berubah menjadi kota terbesar di kerajaan Nemu seperti saat ini, karena jasa besar dari  keduanya , Raja Nemu yang pertama pun mendirikan  enam  monumen di beberapa titik di ibu kota salah satunya berada di  dalam Akademi Kancah Nangkub untuk memperingati jasa mereka.

Setelah melewati hidup dan mati bersama-sama, cara terbaik untuk menyembuhkan trauma adalah berjalan santai menikmati ke indahan kota.

Bruk, seorang anak kecil dengan penampilan kusut, tak sengaja menabrak Gentala hingga terjatuh tersungkur di atas tanah.

" Maaf kan aku tuan, "

" Iya, lain kali berhati-hatilah. "

Anak kecil itu menganggukkan kepalanya, lalu pergi.

*

Gentala yang baru sadar bahwa dirinya telah  di rampok memukul meja dengan keras, menjadikannya sebagai pusat perhatian, " BOCAH  TENGIK SIALAN! BERANI NYA DIA MERAMPOK KU. "  marah nya dengan nafas yang memburu.

" Apa artinya guru tak bisa membayarnya?  "

"  Menurut mu apa aku terlihat seperti bisa membayarnya? "

Akibat keributan yang di buatnya, membuat sang pelayan yang melayaninya mengetahui hal tersebut, dan memarahi Gentala, meminta untuk membayar apa pun yang terjadi.

" Ada apa ini ribut-ribut? " tanya  seorang remaja yang seumuran dengan Juan, wajahnya yang  tampan nan berwibawa serta kain baju yang terbuat dari kain sutra  mahal, membuat siapa pun tahu bahwa dia berasal dari kaum bangsawan. bahkan dari caranya menuruni tangga, dia terlihat layaknya seorang putra bangsawan.

Sang pelayan pun menjelaskan semua kejadiannya, pada remaja itu dengan sangat sopan, dan remaja itu mendengarkan  semua pernjelasan dari pelayan itu dengan seksama  setelah remaja itu tahu inti masalah mereka, dia pun memanggil bawahannya yang berada di balik punggung nya, memintanya untuk membayar semua tagihan Gentala.

Pelayan itu menerima uangnya dengan bahagia, lalu pergi seraya mendengus ke arah Gentala.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status