Mereka bertiga kini tengah berada di sebuah restoran ternama di kota Kancah Nangkub, setelah mengalami banyak rintangan. Gentala pun membawa keduanya beserta Widura untuk memanjakan lidah dan perut mereka. " Karena besok adalah hari pertama kalian, hari ini aku akan mentraktir kalian makan sepuasnya. " ucapnya bangga.
" Dari mana guru memiliki uang sebanyak itu? " Tanya Juan penasaran.
" Kenapa? apa kamu meragukan ku? "
" Bukan itu tapi. . . apa jangan-jangan itu uang dari Kerta Putra? " tebaknya tepat sasaran.
Senyum di wajah Gentala pun luntur seketika. " Bisakah kamu membuat gurumu ini terlihat keren sedikit? apa lagi di depan ku ada seorang gadis. "
Andara mencoba menahan tawanya, sedangkan Widura menguap lebar di leher tuannya.
" Aku kan. . .
" Pelayan! " seru Gentala. memotong ucapan muridnya
Salah satu pelayan toko datang menghampiri meja mereka. " Iya, tuan mau pesan apa? "
" Guru, bisakah kamu tak menyela perkataanku? "
" Aku pesan semua makanan terenak yang di sediakan di tempat ini. " Ucap Gentala mengabaikan sang murid.
Pelayan itu tersenyum bahagia karena mendapat banyak pesanan, mengangguk antusias. " Tentu saja tuan bos, saya akan segera membawakannya untuk mu. " timpalnya.
" Oh dan juga, jangan lupa membawakan daging mentah untuk rubah ini. " tunjuknya ke arah Widura.
Pelayan itu kembali mengangguk kan kepalanya. " Ada lagi? "
Gentala terdiam sesaat. " Tidak ada. "
" Kalau begitu saya pergi, untuk menyiapkan pesanan kalian. " Pelayan itu pun pergi.
Setelah sang pelayan pergi, Gentala pun menolehkan kepalanya pada Juan, " Apa kamu ingin mengatakan sesuatu? " tanyanya santai.
" Tidak, lupakan saja. "
" Apa kamu berani merajuk pada guru mu? "
" Mana mungkin murid ini berani. "
" Lihat bukan kah terlihat jelas di wajah mu?
" Tuan Gentala. "
Gentala menoleh.
"Maaf menyela pertengkaran kalian, tapi ada begitu banyak pertanyaan dalam pikiranku. sebelumnya aku sangat berterima kasih pada tuan karena sudah menolongku bahkan memanjakan ku seperti ini, tak hanya tampan, anda juga sangat baik hati." Puji Andara membuat Gentala besar kepala. " tapi tuan Gentala, bolehkah aku bertanya? "
" Tentu saja. apa itu? gadis semanismu tak perlu sungkan terhadap ku. "
" Bagaimana kamu bisa menyelamatkan kami? "
" Oh soal itu, " Gentala menyuruh Andara untuk mendekat, Andara pun menurut, " aku punya taktik rahasia yang tak bisa aku bicarakan pada siapapun bahkan pada murid ku sendiri. " bisiknya.
Andara pun mebulatkan bibirnya, sedangkan Juan memicingkan matanya.
" Ini makanan anda tuan bos. " ucap pelayan itu seraya membawa banyak hidangan hanya menggunakan satu tangannya saja.
" Terima kasih. " ucap Andara
" Kalau begitu tuan bos, saya pergi, jika anda membutuhkan sesuatu jangan sungkan untuk memanggil ku kapan saja. " pelayan itu berkata seraya mengedip kan salah satu matanya, Gentala pun membalas kedipan mata itu dengan tatapan genit miliknya.
" Apa ada yang salah dengan mata guru? apa ada sesuatu yang memasuki matamu? " tanya cemas Juan.
" Aish, ini namanya kedipan untuk menggoda. "
" Lalu untuk apa guru menggoda pelayan pria itu,? "
" Tentu saja untuk meminta diskon padanya. "
" Diskon? "
" Sudahlah lupakan saja. lebih baik makanlah makanan mu. . . nah Andara cobalah cah kangkung ini, ini adalah salah satu makanan terenak di sini. "
" Apa guru tidak memberikannya pada ku? "
" Apa kamu tak punya tangan? "
" Tapi. Andara. . .
" Baiklah, baiklah, buka mulut mu lebar. gurumu yang baik ini akan menyuapi murid kesayangan ku. "
Juan pun membuka mulutnya dan menerima suapan dari gurunya. " terima kasih guru. " ucapnya.
Melihat interaksi antara guru dan murid di depannya membuat Andara sedikit iri, pasalnya mereka tak seperti pasangan murid dan guru, melainkan layaknya seorang ayah dan anak, Dari bawah meja tangannya terkepal, jika saja orang tuanya tidak terbunuh mungkin ia tak akan seiri ini melihat kedekatan antara keduanya.
Menyadari ekspresi Andara yang tidak biasanya membuat Juan penasaran. " ada apa? apa makanannya tidak enak? "
" Ah tidak, hanya saja aku . . .
" Aish bocah nakal, kenapa kamu masih tidak mengerti? dia pasti sangat terharu dengan kebaikan yang aku berikan padanya." selanya. " jangan banyak bicara makanlah. "
Setelah menghabiskan makanan mereka, Gentala memanggil kembali pelayan itu untuk membayar tagihan, namun dirinya tertegun ketika menyadari bahwa uang nya telah hilang.
Sebelumnya.
Setelah melempar satu set baju pada sang murid, Gentala pun mengajak ke tiganya untuk sekedar berjalan-jalan menikmati keramaian kota. Kancah Nangkub adalah sebuah kota besar yang terkenal dengan pasarnya yang menyediakan berbagai keperluan, dari keperluan sihir bahkan rumah tangga. Tentunya pusat pesona kota itu adalah Akademi Kancah Nangkub yang terkenal telah melahirkan banyak pahlawan yang telah menciptakan kedamaian dunia, salah satu nya ayah Rengganis. Raynar Prawira yang berhasil menaklukkan banyak kota serta membawa kedamaian pada kerajaan Nemu.
Di katakan juga, bahwa monumen yang terletak di dalam Akademi Kancah Nangkub adalah tempat terakhir di mana sang legenda Nayaka Gantari menghilang beserta hewan spiritualnya Gentala Taksaka. Keduanya adalah sosok legenda yang berhasil mengalahkan monster kegelapan serta membawa cahaya pada dunia, namun di saat yang sama mereka berdua menghilang tanpa jejak, tak di jelaskan dengan pasti bagaimana mereka bisa menghilang.
Beberapa tahun kemudian, kota yang awal nya terpuruk perlahan kembali bangkit dan berubah menjadi kota terbesar di kerajaan Nemu seperti saat ini, karena jasa besar dari keduanya , Raja Nemu yang pertama pun mendirikan enam monumen di beberapa titik di ibu kota salah satunya berada di dalam Akademi Kancah Nangkub untuk memperingati jasa mereka.
Setelah melewati hidup dan mati bersama-sama, cara terbaik untuk menyembuhkan trauma adalah berjalan santai menikmati ke indahan kota.
Bruk, seorang anak kecil dengan penampilan kusut, tak sengaja menabrak Gentala hingga terjatuh tersungkur di atas tanah.
" Maaf kan aku tuan, "
" Iya, lain kali berhati-hatilah. "
Anak kecil itu menganggukkan kepalanya, lalu pergi.
*
Gentala yang baru sadar bahwa dirinya telah di rampok memukul meja dengan keras, menjadikannya sebagai pusat perhatian, " BOCAH TENGIK SIALAN! BERANI NYA DIA MERAMPOK KU. " marah nya dengan nafas yang memburu.
" Apa artinya guru tak bisa membayarnya? "
" Menurut mu apa aku terlihat seperti bisa membayarnya? "
Akibat keributan yang di buatnya, membuat sang pelayan yang melayaninya mengetahui hal tersebut, dan memarahi Gentala, meminta untuk membayar apa pun yang terjadi.
" Ada apa ini ribut-ribut? " tanya seorang remaja yang seumuran dengan Juan, wajahnya yang tampan nan berwibawa serta kain baju yang terbuat dari kain sutra mahal, membuat siapa pun tahu bahwa dia berasal dari kaum bangsawan. bahkan dari caranya menuruni tangga, dia terlihat layaknya seorang putra bangsawan.
Sang pelayan pun menjelaskan semua kejadiannya, pada remaja itu dengan sangat sopan, dan remaja itu mendengarkan semua pernjelasan dari pelayan itu dengan seksama setelah remaja itu tahu inti masalah mereka, dia pun memanggil bawahannya yang berada di balik punggung nya, memintanya untuk membayar semua tagihan Gentala.
Pelayan itu menerima uangnya dengan bahagia, lalu pergi seraya mendengus ke arah Gentala.
Tidak terasa, akhirnya aku bisa namatin ini buku, padahal sebelumnya aku bingung mau menamatkan buku ini bagaimana? Terlebih lagi karena kesehatan aku yang kemarin-kemarin sempat drop yang mengharuskan istirahat full. Buat kalian yang sudah setia baca cerita ini dari awal hingga akhir, terima kasih karena sudah mau mampir ke cerita aku yang notabenya masih acak-acakan baik itu dari segi penulisan, alur cerita dan masih banyak lagi kekurangannya, sungguh aku sangat, sangat berterima kasih pada kalian. Di lain cerita, aku akan berusaha sebaik mungkin untuk memperbaiki kekurangan yang terdapat di buku ini. Semoga kalian bisa sabar menunggu cerita baru ku. see you next time ^3^ <3 <3 Love you.
Perburuan malam itu membuat setidaknya beban yang berada di pundak Juan terangkat sedikit. Ia menatap sebuah batu giok yang merupakan milik dari Gentala, tangannya menggenggam batu itu lalu membawanya ke dadanya, berharap gurunya yang sudah di alam sana bisa merasakan kerinduannya.Juan tak pernah menyangka bahwa dirinya yang dulunya selalu di hina dan di kucilkan kini berbalik menjadi sosok yang disegani dan di hormati bahkan di takuti oleh banyak kalangan karena kekuatannya yang sudah melegenda.Dirinya tak pernah menyangka bahwa pertemuannya dengan Gentala akan merubah nasib sepenuhnya, tak pernah terpikirkan olehnya bahwa dirinya akan menjadi seorang Raja.Keesokkan paginya, Juan pun meminta kepada semua mahapatih untuk berkumpul di aula rapat. Sebab ada hal yang ingin dia katakan.Tentunya setelah mendengar titah tersebut para Mahapatih pun berbondong-bondong menuju aula untuk menghadiri rapat.Setibanya di sana, semua mahapatih ya
Di temani oleh Dewi Ayu dan juga Sekar, kini adalah kali pertama Juan mengunjungi pemakaman gurunya, meski masih terasa berat, namun kini dia sudah baik-baik saja, ia pun meletakkan beberapa dupa serta satu kendi berisi air keras. Menangkupkan kedua tangannya lalu mulai berdo'aSetelah selesai mengirim do'a dan mengutarakan perasaannya, Juan berserta ibunya, memilih untuk kembali ke istana, namun di tengah perjalanan dirinya bertemu dengan Rengganis yang baru pulang dari ekspedisinya.Wanita itu memberi salam, lalu berjalan bersama-sama serta berbagi cerita tentang ekspedisinya membantu Sang ayah memusnahkan para bandit yang selalu meresahkan para warga.Meski tak selalu bisa berada di sisi Juan terus menerus, namun Rengganis sebisa mungkin menyempatkan waktu untuk menemui Juan tentunya ia selalu pulang tanpa tangan kosong.Kendati begitu, Rengganis tak pernah tahu tentang perasaan Juan terhadapnya, apakah dia menganggapnya sebagai teman saja? Atau pria i
Perkataan Rengganis membuat Juan tersadar, apa yang dilakukannya selama ini tak akan membuat gurunya kembali ke sisi nya.Ia pun menarik Rengganis ke dalam dekapannya, membuat wanita itu terlonjak kaget akan tindakan yang di lakukan oleh Juan." Maaf. " Kata itu terlontar begitu saja dari mulut Juan, tangannya semakin erat mendekap tubuh wanita itu.Tangan Rengganis yang berniat membalas pelukan itu tiba-tiba berhenti ketika ibu Juan, Dewi Ayu datang bersama Sekar." Ekhem! Maaf ibunda mengganggu kalian. "Rengganis yang terkejut pun langsung bangkit dari posisi ambigunya, ia berdiri seraya merapihkan diri. " Sama sekali tidak bibi. " ujarnya.Seketika suasana di dalam sana berubah menjadi canggung. Semua orang yang berada di dalam sana terdiam, menambah suasana semakin canggung." A-ah kebetulan, Ibunda baru saja memasak wajik kesukaan mu. Apa kamu ingin memakannya putraku? " kata Dewi Ayu memecah kecanggungan di antara mereka.
Beberapa bulan setelah peperangan itu, kerajaan Nemu pun mulai menemukan kembali cahayanya.Namun selama itu kursi tahta itu masih kosong, Sebab Juan menolak untuk mengisinya. Karena mereka tak mungkin memaksa Jaraka yang mentalnya masih hancur. Tapi hanya tinggal Juan saja yang memiliki darah dari Raden Brama Wijaya.Meski sudah di bujuk oleh teman-temannya. Bahkan oleh ibunya sendiri, Juan tetap berkata tidak.Hingga suatu ketika, Gentala memintanya sembari berkata bahwa dirinya ingin melihatnya menjadi seorang raja di sisa akhir hidupnya.Karena gurunya sudah berkata seperti itu, Juan pun mau tak mau harus mengisi kursi itu, dengan syarat bahwa gurunya tak boleh jauh dari dirinya.Gentala pun memutar bola matanya malas.Sungguh merepotkan!" Terserah pada mu saja. Sekalian saja kamu pasangkan tali kekang di leher ku, dan jadikan aku binatang piaraan mu! Kau pikir aku ini Widura! Yang selalu mengikuti mu kemana pun
Setelah berhasil memenangkan peperangan tersebut, Juan maupun Gentala dan Juga Nura sama sama kehabisan tenaga. Ketiganya langsung tak sadarkan diri. Beruntung posisi mereka tak jauh dari Rengganis dan lainnya.Mereka pun berbondong-bondong menghampiri ketiganya.Meski Rengganis dan Ling ling sempat berebut siapa yang akan membawa tubuh Juan? Tapi pada akhirnya Yodha Wisesa lah yang membawanya selaku kakeknya.Sesampainya di camp militer, Ayu Dewi pun langsung memburu tubuh putranya dan langsung memberinya pertolongan pertama.Walau terbilang sangat terlambat, namun ayah Rengganis sebisa mungkin membantu, karena sebelumnya ia terkurung di rumahnya sendiri dan tak bisa melepaskan diri.Alhasil, ia tak membantu sama sekali saat perang berlangsung. Demi menebus dosanya, ia bekerja dua kali lipat di banding yang lain, seperti menyediakan makanan, obat-obatan, dan perlengkapan lainnya.Saat tahu Ranu adalah Nura yang merupakan seorang