BERSAMBUNG
Harimau Gurun kaget, pamannya Abu Hasan lumpuh tak bisa jalan, sesaat dia terdiam, bagaimana membawa tubuh paman kakeknya ini, juga Layli yang terlihat sakit dan tak bisa berjalan.Sekonyong-konyong masuklah dua orang dan Soleha yang melihat ini langsung kaget, saat salah satunya lepas penutup wajah.“Rivai…!” kata Soleha kaget campur senang.“Ka Soleha, syukurlah kaka masih hidup!” Rivai sambil buru-buru pasag lagi penutup wajah, Harimau Gurun-lah yang terkejut, tak menyangka Rivai dan Julaikha ikutan masuk ke markas Baju Hitam ini.Tapi sejurus kemudian dia lega.“Rivai, kamu gendong paman Abu Hasan, Soleha dan Julaikha bantu wanita yang bernama Layli ini keluar dari tempat ini, kalian langsung saja ke mobil, aku akan alihkan perhatian mereka,” cetus Harimau Gurun. Rivai langsung gendong tubuh Abu Hasan, Soleha dan Julaikha gandeng kiri dan kanan tubuh Layli yang lumpuh ini dan mereka bergegas keluar dari tempat ini.Untung saja tubuh Abu Hasan dan Layli sama-sama kurus, sehingg
15 menitan kemudian ke 3 nya kembali berkumpul dan Harimau Gurun mendengarkan laporan Rivai dan Julaikha.“Hmm…berarti aku akan bergerak di sisi kiri,” cetus Harimau Gurun, ketika Rivai sebut, di sini hanya di jaga 3 orang saja. Di depan di jaga 8 orang, sisi kanan di jaga 7 orang dengan senjata berat.Kini Harimau Gurun bergerak ke sisi kiri. Julaikha dan Rivai ikuti langkah Harimau Gurun. "Kalian di sini saja, jangan ikut," cegah Harimau Gurun, saat melihat keduanya ingin ikut mendekati 3 penjaga yang terkantuk-kantuk itu.Saat melihat 3 orang penjaga ini terkantuk-kantuk, Harimau Gurun mendekati ke 3 nya dan mulut Rivai serta Julaikha mengganga, saat Harimau Gurun bergerak sangat cepat, ketiga orang ini tewas tanpa menimbulkan suara.Harimau Gurun sekali pegang kepala salah satu penjaga, krakk…langsung tewas, lalu dengan kecepatan yang luar bisa kembali piting kedua temannya, yang tak sempat sadar kalau nyawa mereka melayang.Tiga orang penjaga ini tewas dalam waktu hanya kurang d
“Tuan, nona hati-hati, mereka semua bersenjata dan ganas,” tiba-tiba saja Rivai malah nongol dekat keduanya, hingga bikin kaget Julaikha.“Agaknya kita tak bisa saat ini beraksi, nunggu malam,” sahut Langga perlahan, yang kini malah tak aneh dengan kelakuan si Rivai ini.“Setuju, malam saja, biar aman!” sela Rivai, Langga dan Julaikha sampai kaget dan saling tatap, lalu menahan senyum melihat Rivai yang justru bersemangat.Kini mereka bertiga memilih santai di sebuah kafe kecil yang agak jauh dari markas baju hitam tersebut, menunggu tengah malam.Langga dan Julaikha baru tahu alasan Rivai ikut mereka.Ternyata kelompok ini pernah menembak mati kakaknya yang dulu sempat bergabung, sekitar 1 tahunan yang lalu. Kemudian berniat ingin keluar, sebab tak mau membunuh warga tak berdosa.Yang bikin Rivai makin marah, istrinya kakaknya yang juga iparnya di paksa jadi gundik salah satu anggota pasukan baju hitam tersebut, sejak kakaknya di tembak mati tersebut.“Waktu menteror tuan Langga, aku
Rumah beton yang mereka tuju masih tertutup rapat pintunya, keduanya bersikap seolah-olah sedang jalan saja.Saat beli rokok di sebuah kios tak jauh dari rumah itu, Langga melihat seseorang pria kurus rambut kriting keluar dari rumah itu, dan yang membuat Langga surprise, motor yang di gunakannya sama dengan motor sore kemarin.“Hmm…tak salah lagi,” bisik Langga dan Julaikha mengangguk. Dengan langkah cepat hingga Julaikha tertinggal, Langga dekati orang ini.“Heii perlahan dulu, aku mau bicara,” tegur Langga, orang ini kontan menoleh dan dia bak melihat hantu di pagi menjelang siang bolong ini.Pria bertubuh kurus ini lalu buru-buru starter motornya, bermaksud ingin kabur, tapi Langga bertindak cepat, sekali tendang motor berikut orang ini terjungkal ke tanah berpasir.Saat akan bangkit, Langga tanpa ampun jambak rambut orang ini sambil todongkan pistol ke mulutnya. Langga memang sengaja bawa senjatanya saat ini.“Kamu pasti Rivai bukan?” hardik Langga.Orang ini tak langsung menjawab
Keduanya kembali ke flat setelah mobil Langga di bawa bengkel langganan Julaikha.“Bagaimana kita selidiki kelompok kriminal ini?” Langga menatap Julaikha, yang pastinya seorang aparat dan pastinya lebih lebih paham soal ini.Julaikha senyum kecil, dia lalu bilang, langkah pertama cek CCTV.Langga melihat si polwan cantik ini mulai buka rekaman CCTV yang bisa di akses melalui ponsel, lalu cek nomor plat motornya, setelah dia hubungkan dengan kode tertentu terpampang nama dan alamat sii pemilik motor tersebut.“Pemilik motor ini bernama Rivai, alamat nya di distrik Al Uli, semoga motor itu juga orang yang ada di CCTV ini dan salah satu pelakunya,” cetus Julaikha dan Langga memuji langkah cerdik Julaikha.Julaikha langsung melongo, saat Langga ajak dia cek malam ini juga, tapi sebelum itu mampir dulu beli mobil.Tak jauh dari flat Julaikha, ada dealer mobil merek Tiongkok yang modelnya sangat kekinian, ada yang jenis hybrid pula.Dengan jalan kaki keduanya menyeberang jalan menuju dealer
Langga pun buru-buru melepasnya dan kontan tak berani lagi senyum-senyum di depan polwan jelita ini.Langga lalu jelaskan tujuannya dan sebutkan nama orang yang ia cari, di sini harus di sebutkan bin-nya siapa, si polwan ini lalu buka komputernya dan mulai cari orang yang Balang sebutkan tadi.“Inilah alamat lengkapnya,” si polwan ini sodorkan sebuah catatan dan di terima Langga dengan ucapan terima kasih.“Sebentar…kamu kayaknya bukan asli negara ini, darimana asal kamu, logat bahasa kamu juga rada beda?” si Polwan yang di dadanya tertulis nama Julaikha.“Aku…dari Indonesia, tapi ada darah Irak dari kakek dan nenek buyutku,” sahut Langga apa adanya.“Jauh amat…eh katanya negara kamu indah banget, pas cuti pingin banget jalan-jalan ke sana,” kata Julaikha. “Iya boleh, nanti kontak saja aku!” sahut Langga cepat.“Kontak kemana? Nomor ponsel kamu saja aku tak tahu,” sahut Julaikha ketus, tapi bibirnya senyum.Langga tanpa ragu sebutkan nomor ponsel Indonesianya. “Tapi selama di Irak ak