BERSAMBUNG
Hari ke 3 Inspektur Luchida melaporkan Mayor Teddy akan segera di deportasi ke Indonesia dan akan jalani hukuman di sana.“Pasti berat hukumannya, kesalahannya sangat fatal, selain desersi, dia juga jual senjata-senjata pasukannya pada pemberontak, juga pengedar narkoba, sayangnya pembunuh Lettu Toni dan istrinya kabur,” cetus Langga jengkel tak terkira.Keberadaan Abon Gurai terlacak sudah kabur lagi ke Amerika Latin, pesawat pribadinya lolos dari sergapan polisi Thailand yang terlambat membekuknya.Saat Langga dan Inspektur Luchida bercakap kesalahan-kesalahan Mayor Teddy, Novita terlihat hela nafas, entah apa yang di pikirkan si cantik ini. Namun ini tak luput dari perhatian Langga.Setelah Inspektur Luchida keluar dari ruangan ini, Langga memegang tangan Novita.“Kamu selama di sekapnya tak apa-apa kan?” tanya Langga.“Tidak…hanya tingkahnya menyebalkan…dia ungkit masalalu kami dan…aargh sudahlah, aku juga salah saat itu, terlalu muda dan terlena, tak menyangka si Teddy bisa berub
Bahkan kembali kakinya bergerak dan tepat mengenai tempurung kaki Teddy, hingga pria ini terjengkang ke lantai dan pistolnya terlepas, rasanya nyiut-nyiut sekali kakinya terkena tendangan si cantik ini.“Bangsaaatt kamu Novita!” teriak Mayor Teddy, yang tak menyangka Novita bisa bergerak secepat itu dan ahli beladiri.Saat akan bangkit, Inspektur Luchida yang tiba-tiba masuk ke ruangan ini dan masih terluka di bahu kiri bergerak cepat.Sekali menendang, Mayor Teddy terjengkang dan pingsan seketika, kepalanya membentur ujung kursi kayu dan ini membuatnya tak berkutik.Melihat ini Novita lega, tapi berbalik kaget saksikan Langga tertelungkup dan tak bergerak di lantai dengan luka tembak di bahu dan perut.Dengan cepat dia lepas sumpal di mulut dan mendekati Langga dengan tangan yang masih terikat.“Langga…Langga,” teriaknya panik, dipikirnya Langga sudah pindah alam. Apalagi tubuh si agen ganas ini diam, Langga ternyata pingsan.Novita bahkan tak peduli pakaiannya terkena percikan darah
‘I-itu atas perintah Abon Gurai tuan, pelakunya dua rekanku yang memotong kabel rem mobil itu, yang tadi sudah tuan tembak dan tuan lempar keluar dari mobil ini. Aku hanya bertugas jadi sopir saja!” kata si sopir apes ini, yang juga anggota komplotan penculik Novita.Otomatis jambakan itu lepas dan Langga terlihat sangat puas, pembunuh Lettu Toni dan istrinya sudah dia binasakan.“Bagus, setidaknya kamu selamat saat ini,” dengus Langga dan mobil kembali berjalan, setelah 20 menitan si sopir ini tunjuk sebuah bangunan mirip vila dan katakan di sanalah Novita di sekap si Mata Satu.Setelahnya dia pingsan, tengkuknya di hajar Langga dengan sekali pukulan.Inspektur Luchida hanya bisa hela nafas, gaya Langga memang sangat ganas dan sekali bertindak, kalau tidak pingsan ya pindah alam."Biar tidak kabur," ceplos Langga kalem. Sopir yang pingsan tadi Langga ‘buang’ keluar dan dia kini ambil alih setiran. “Siapkan amunisi kamu Inspektur, perang sesungguhnya akan segera di mulai,” cetus Langg
Pelabuhan Srappong bukanlah pelabuhan besar, seperti pelabuhan utama di Bangkok, yang bernama Pelabuhan Bangkok atau yang juga dikenal dengan nama Pelabuhan Khlong Toei, yang terletak di Sungai Chao Phraya dan menjadi gerbang perdagangan internasional vital bagi Thailand.Pelabuhan ini kecil saja dan hanya kapal-kapal nelayan yang banyak bersandar di sini, tidak ada kapal besar.Langga tanpa takut sedikitpun sengaja turun dari mobil-nya dan menunggu instruksi dari para penculiknya.Sudah habis 2 batang rokok, namun belum juga ada tanda-tanda para penculik menghubungi-nya, namun Langga tetap santai dan sabar, sengaja tidak bertindak mencurigakan.Bahkan matahari sudah bergeser dan ini sudah hampir senja.Tapi Langga benar-benar agen jempolan, dia malah asyik menikmati kopi yang di belinya dari seorang pedagang kaki lima di pelabuhan ini dan tetap merokok, tanpa lepaskan kacamata hitamnya.Tak ada yang tahu kecuali Inpsepktur Luchida, kacamatanya ini berfungsi sebagai kamera pengintai, p
Inspektur Luchida yang bertugas di bagian resersi IT, langsung kontak anak buahnya di kantor saat membaca chat dari ponsel Langga, yang dikirim gunakan ponsel Novita.Dia minta agar lacak di mana lokasi para penculik gunakan ponsel Novita ini.“Agaknya para penculik ini masih berada di seputaran Kota Bangkok, belum keluar dari kota ini,” cetus Inspektur Luchida sambil terima rokok yang di sodorkan Langga, yang juga menunggu anak buah si Inspektur ini yang lacak keberadaan Novita.“Apakah dugaanku tak meleset, para penculik ini pasti ada hubungannya dengan kematian Lettu Toni dan istrinya tuan Langga? Agaknya komplotan penculik ini adalah orang atau kelompok yang sama," tanya Inspektur Luchida.“Hmm…pasti! Sebab mereka pasti sudah memantau gerakanku begitu tiba di negara kalian ini Inspektur Luchida,” sahut Langga cepat.Langga akhirnya kisahkan kenapa mereka membunuh Lettu Toni, juga kenapa dia mereka incar, hingga Inspektur Luchida mengangguk paham.“Tentu mereka sangat dendam dengan
“Makan dulu ahh, ini udah hampir sore, laper tau,” Novita tiba-tiba ajukan usul hingga Langga yang sangat bersemangat menuju ke tempat di mana dulu Lettu Toni dan istri dahulu singgah dan di sabotase mobilnya, kontan kaget dan tersenyum.Akhirnya mereka singgah di sebuah restoran dan…tanpa mereka sadari, justru restoran yang mereka tuju ternyata dulu jadi tempat Lettu Toni dan istrinya makan!Langga kaget melihat Novita pesan makanan berat dan sebenarnya jadi pantangan kaum model, bahkan si cantik jelita ini makan dengan lahap, bahkan nambah lagi.“Nov, awas loh entar badan kamu melar dan tak lagi kutilang serta nggak bisa berlenggak-lenggok di catwalk atau jadi model lagi,” tegur Langga yang heran melihat kelakuan Novita.“Ahh biarin, aku juga mau pensiun jadi model, mau cari laki saja, trus bikin anak dan bisa jalan-jalan sama anak dan suami,” sahut Novita cuek.Hampir tersedak Langga dengar ucapan Novita. Si cantik blasteran Rusia, Arab dan Indonesia, yang malah tertawa saja dan mak