Share

Awal Mula

Author: Megumi
last update Last Updated: 2021-10-15 12:25:50

*Ketika itu*

“Kita putus!” tegas Aldo Eduard, seorang pria tampan dan kaya raya yang terkenal playboy.

Di kejauhan, seorang perempuan bernama Dyta Natasha sedang memperhatikan interaksi pasangan itu. Ia juga mengetahui bahwa Aldo sangat suka bergonta-ganti pasangan. Dyta mengernyit tak suka melihat kejadian yang sedang terjadi. Namun dia tetap kepo.

What? Tapi, Beb … aku nggak mau putus denganmu,” tolak Resti kekasih Aldo yang baru berusia 1 minggu. “Memangnya apa salahku sampai-sampai kamu mutusin aku kayak gini?”

“Aku nggak butuh alasan buat mutusin cewek,” sahut Aldo dengan santainya, lalu berbalik hendak melangkah pergi.

“Kamu mau kemana, Beb? Jangan pergi, aku belum selesai bicara,” tahan Resti seraya menjangkau ujung pakaiannya. Langkah Aldo sontak terhenti.

“Lepasin,” pinta Aldo dingin.

“Nggak. Aku nggak mau putus denganmu, Beb. Tolong jangan putusin aku,” mohon Resti dengan sangat.

Brug!

Ia bahkan bersujud di hadapan Aldo. Pemandangan ini begitu menarik bagi Dyta. Ia merasa Resti begitu bodoh. Ingin sekali ia segera menghampiri pasangan itu dan menyadarkan dia.

Lalu apakah Aldo tersentuh dengan apa yang dilakukan Resti? Tentu tidak, ia sama sekali tak memedulikannya. Lagian hal begini sudah biasa dia alami. Ia kembali berbalik hendak pergi. Akan tetapi Resti tetap menahannya. Aldo pun mulai murka.

“Bangsat! Lo sungguh mau mancing emosi gue huh?” umpat Aldo seketika seraya mengangkat tangannya seperti hendak melayangkan tamparan pada Resti. Di kejauhan sana Dyta langsung bersuara mengalihkan perhatiannya.

“Pria macam apa yang suka main tangan sama cewek?!”   

Aldo reflek menoleh padanya, 3 detik kemudian, Dyta telah berdiri tepat di hadapannya.

“Lo lagi … lo lagi,” sebut Aldo geram. “Kenapa sih lo suka banget ikut campur urusan gue, huh? Mau gue gampar juga?!”

Di kampus ini nama Dyta juga cukup terkenal tapi dengan keburukannya sebagai salah satu mahasiswi paling miskin yang masuk ke kampus ini melalui jalur khusus. Dan satu lagi, sangat suka mengurus urusan orang lain di mata Aldo.

“Tampar kalau berani!” tantang Dyta sambil membusungkan dada.

“Wow, jadi lo nantangin gue?” Aldo telah memutar tubuhnya menghadap Dyta sekarang.

“Iya, ayo tampar! Beraninnya hanya sama perempuan. Apa kau pikir kau hebat? Cih!” cibir Dyta.

Aldo tentu semakin geram, ingin sekali ia memberi pelajaran pada Dyta segera. Namun, jiwanya justru menuntut dia untuk merenungkan kalimat perempuan itu.

“Sialanaku memang akan dicap sebagai seorang pecundang kalau menyentuh dia.” batin Aldo.

Sejenak ia menatap tajam Dyta dalam kekalahan, sambil otaknya bekerja keras mencari cara lain menaklukan perempuan kecil di hadapannya.

“Oh, gue sampai lupa …,” ucapnya tiba-tiba. Ia lalu mendekatkan diri di depan wajah Dyta. “Orang miskin kayak lo memang nggak pernah diajarin sopan santun sama orang tua lo, iya kan? Makanya lo suka banget ikut campur urusan orang. Dasar miskin!” hinanya.

“Kau ….” Dyta jelas tak menyukai kalimat Aldo yang membawa-bawa nama orang tuanya.

Aldo tersenyum puas berhasil membuat kesal Dyta. “Emang bener kan?” tekannya.

Merasa semakin puas berhasil membuat wajah Dyta memerah padam, Aldo pun berniat pergi. “Ingat ya, sekali lagi lo berani ikut campur urusan gue, kelar hidup lo!” ancamnya sebelum benar-benar berbalik.

“Beb … jangan pergi!” Sementara Resti yang sedari tadi diam bergegas menahan kepergian Aldo.

“Atau lo juga mau ikutan gue hancurin?!” ancam Aldo pada Resti.

Resti pun terdiam membiarkan Aldo pergi.

“Puas kamu udah mengacaukan semuanya, huh?!” Resti menyergah Dyta saat sosok Aldo lenyap dari jangkauan matanya. Dyta sampai menaikan alis.

Aku udah nolongin, bukankah seharusnya kamu berterima kasih sama aku?” sahut Dyta santai saja.

“Berterima kasih katamu? Heh … kamu kira kamu siapa sampai aku harus berterima kasih padamu? Levelku jelas lebih tinggi kali darimu. Minggir!” titah Resti sambil berlalu. Ia menabrak lengan Dyta dengan sangat kuat saat melewatinya.

Dyta menatap kepergian Resti dengan tatapan dongkol. Ia sudah berbuat baik tapi justru mendapatkan perlakuan seperti ini tentu saja tidak setimpal rasanya. Namun, ia juga tidak bisa menyalahkan perempuan itu, dalam hal ini dia juga salah karena sangat suka ikut campur urusan orang lain. Seharusnya dia cukup diam, sialnya dia tidak bisa melihat orang lemah ditindas di depan matanya.

***

Kelas telah berakhir, para mahasiswa dan mahasiswi berhambur menyerbu gerbang kampus saling berebutan keluar dari area kampus termasuk Dyta. Ia sedang jalan bareng sahabatnya, Cecep. Satu-satunya sahabat terbaiknya di kampus ini karena mereka berasal dari kalangan yang sama.

“Gimana, Cep ... pelajaran hari ini? Aku bingung banget sama penjelasan Pak Garen. Kamu ngerti nggak sih? Jelasin ke aku dong,” cecar Dyta membahas perihal mata kuliah terakhir mereka barusan.

“Ah kamu Dyt, kita barusan balik kali … bisa nggak sih jangan bahas soal mata kuliah lagi. Mending kita bahas mau makan di mana sekarang, aku laper banget nih.”

“Ish, dasar kamu kerjaannya makan mulu.”

Di saat kedua sahabat ini sedang asyik bercengkrama sebuah mobil mewah di belakang mereka tiba-tiba melewati mereka.

Wusssh!

Mobil tersebut juga mencipratkan genangan air sehabis hujan tadi mengenai mereka berdua. Dyta dan Cecep sontak melirik ke arah mobil itu bersamaan, mereka jelas mengenal mobil tersebut, itu adalah mobil Aldo. Mereka bahkan bisa melihat pria yang dengan sengaja menurunkan kaca mobilnya.

“Sialan, mentang-mentang mereka kaya mereka selalu memperlakukan kita seperti sampah,” gumam Cecep pelan.

Sementara Dyta tak berkomentar apapun. Ia hanya merutuki Aldo di dalam hati, terutama mengenai perempuan di samping Aldo saat itu. Ia melihat Aldo bersama seorang perempuan di dalam mobil, dan perempuan itu jelas bukan Resti.

“Dasar playboy cap kapak. Aku heran kenapa cewek-cewek itu mau pacaran sama pria seperti dia. Apa bagusnya coba?”

***

Tuit tuit.

Aldo barusan tiba di kantor, ia masih berada di lobby saat ini. Ia tidak langsung pulang ke rumah karena asistennya memintanya datang segera, ada agenda bertemu klien siang ini. Bersamaan dengan itu gawainya juga berdering ria. Aldo terlihat merogoh saku jaket hoodie mengambil benda persegi itu.

Ia menatap layar yang menyala, senyuman perlahan mengembang saat membaca deretan huruf pada layar tersebut. Ia segera menggerakkan jemari menggulir icon hijau kemudian menjepit benda pipih tersebut pada telinganya.

“Gimana? Jadi party malam ini?” sambutnya.

“Jadi dong, Bro. Nanti malam kita ngumpul di tempat biasa. Ada 5 ikan di sana, Lo pasti puas dah pokoknya,” sahut Robert, salah satu sahabat Aldo.

“Serius? Haha … bening kagak nih?”

“Jelas dong, premium punya, Bro. Gue jamin Lo nggak bakal nyesel.”

“Anjay … haha. Jadi nggak sabaran nunggu malam.”

“Makanya, Lo jangan sampai nggak datang malam ini.”

“Pasti, Bro … gue datang. Ya sudah ya, gue ada meeting nih. Sampai jumpa nanti malam,” putus Aldo.

Setelahnya ia melangkah penuh semangat memasuki gedung pencakar langit di hadapannya. Aldo sama sekali tidak menaruh curiga, sesungguhnya para sahabatnya itu sedang merencanakan sesuatu yang sangat jahat terhadapnya.

Bersambung ….

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Dedy Scafoldiing
tak nyambung cerita awalnye
goodnovel comment avatar
sandranovia80
hmmm ternyata sesama bangsat
goodnovel comment avatar
Putri Sabila berliana
entah kenapa cerita nya kurang nyambung deh, entah menurut aku doang soalnya dari nama belakang aja udah beda dan emang Aldo dulu saat jadi orang kayak suka gonta-ganti cewek??? kalau iya gue kira Aldo baik gak tau bangsat...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pria Super Kaya   Bab 311

    “Anda tidak terlihat seperti badut, Nona … tapi sangat cantik, gaun ini benar-benar cocok untuk Anda,” puji si perias. “Ayo Nona kita turun sekarang!”“Tapi aku nggak mungkin berpenampilan begini, apa yang akan dikatakan orang-orang? Di rumah sakit tapi mengenakan pakaian begini.”“Tidak perlu menghiraukan ucapan orang lain, karena mau seperti apapun kita tetap saja akan ada yang nyiyirin hidup kita, kayak saya,” lirih sang perias yang merupakan janda itu. Dia telah menceritakan semuanya pada Dyta selama prosesi berdandan berlangsung, Dyta jadi ikut prihatin.“Mbak benar, jangan dengarkan nyinyiran orang lain, toh mereka juga tidak menghidupimu. Semangat ya, Mbak!”Si perias tersenyum mendengarnya, lain yang dipikirkan Dyta lain pula yang dipikirkan sang perias, “Kalau begitu ayo kita turun sekarang!”Ia bergegas menarik tangan Dyta agar beranjak dari posisi duduk.

  • Pria Super Kaya   Bab 310

    Sekuat apapun Aldo berusaha menahan diri untuk tidak terlihat lemah di hadapan Dyta, tetap saja dia tidak dapat melakukannya. Terlalu sulit melewatinya, Aldo tak sanggup. Keadaan Dyta sangat mengkhawatirkan, bagaimana bisa dia menyembunyikan perasaannya itu.Akhirnya tetap meledak, Aldo justru menangis histeris di hadapan Dyta yang terbaring lemah, menangisi kekasihnya itu sambil sesekali melontarkan kalimat berikut secara berulang-ulang."Dyta … kamu nggak boleh ninggalin aku, aku nggak akan bisa hidup tanpamu. Kamu harus bangun, Dyt! Bangun!""Bangunlah, aku mohon, Dyt!"Siapapun jika mengalami kondisi demikian kemungkinan besar akan seperti Aldo pastinya, ini merupakan cobaan paling berat seumur hidupnya, terancam kehilangan separuh napas adalah yang paling menyakitkan. Jika ditinggal selingkuh saja mampu membuat Aldo hampir gila, apalagi ditinggal pergi selamanya, rasanya jauh lebih menyakitkan. Aldo tak siap, dia benar-benar tidak siap.

  • Pria Super Kaya   Bab 309

    Para tim medis saja dibuat terkejut bukan main, barusan keadaan Dyta masih stabil, tapi dalam sekejap sudah seperti ini jelas sangat membingungkan.“Gimana, Dok? Apa yang terjadi dengan Dyta?”“Entahlah … tapi kondisinya benar-benar menurun sekarang.”“Sus, tolong pasangkan lagi semua peralatan tadi!” alih sang sang dokter pada timnya.Perasaan Aldo jangan ditanya lagi, ketakutan dan kepanikannya bertambah berkali-kali lipat sekarang ini.“Tolong, Dok … tolong selamatkan Dyta! Lakukan apa saja, yang penting Dyta harus selamat!” cecarnya.“Kami pasti akan melakukan yang terbaik, itu sudah bagian dari tugas kami.”Sang dokter juga memerintahkan agar Aldo keluar dari ruangan tersebut, para tim medis tentu tidak akan dapat bekerja maksimal jika dia terus-terusan bersikap panik seperti tadi. Pasien pun akan merasa terganggu.“Nggak, Dok! Aku harus menema

  • Pria Super Kaya   Bab 308

    Tanpa disangka sedikitpun, ternyata Cecep bukanlah lawan yang bisa diremehkan. Kemampuannya melebihi Recky dan Robert, apalagi Aldo sudah sangat kelelahan saat ini jelas membutuhkan perjuangan luar biasa dalam menumbangkan lawannya ini. Aldo sendiri telah babak belur, barulah berhasil menjatuhkan Cecep.“Sekarang terima kematianmu, Bangsat!”Aldo yang awalnya cukup lega berhasil menumbangkan Cecep harus kembali dibuat terkejut, pria itu memang belum mati, Aldo masih harus membereskannya, hanya saja ia membutuhkan jeda untuk mengambil napas. Hal tak terduga lainnya justru terjadi.Pria itu tiba-tiba mendapatkan senjata, dan sedang mengarahkannya ke arah Aldo. Matanya hampir meloncat keluar saking terkejutnya dia. Bagaimana tidak, nyawanya sungguh sedang terancam.Aldo benar-benar kelelahan sampai tidak dapat mengelak saat ini, beranjak dari posisi tersungkur bahkan agak sulit dia lakukan. Dia benar-benar kehabisan tenaga buat menumbangkan Cecep

  • Pria Super Kaya   Bab 307

    Suasana di sana saat ini lumayan mengerikan, mayat tergeletak dimana-mana, baik itu anak buah Aldo maupun para musuh, jumlah mereka hampir sama banyaknya. Ada yang tewas karena luka tembak, maupun baku hantam.Aldo pun baru menyadari ternyata yang satu-satunya yang tersisa hanya dia seorang, tentunya cukup mengejutkan dia. Akan tetapi dia tidak akan mundur, satu lawan satu mana mungkin dia akan menyerah.Aldo baru akan melanjutkan langkahnya, suara tembakan membuatnya seketika mundur. Kurang seinci lagi dia hampir tertembak.“Aku seperti mengenal tembakan ini!” batin Aldo agak panik. Ia juga mengingat sesuatu, “Sniper handal itu!”Yah, dia orang yang terlibat pada kejadian di penjara beberapa waktu lalu. Drama penembakan Recky dan Robert saat itu.“Sial! Jadi dia ada disini!Jelas merupakan sebuah kegawatan. Aldo bergegas mencari tempat persembunyian dan bersikap waspada. Namun hal ini tetap tidak akan mengurung

  • Pria Super Kaya   Bab 306

    Ketika mereka berdua tiba di hadapannya, Aldo justru berhasil menangkap tangan Robert yang hendak menyerang bagian perut, mematahkan tangannya itu tanpa ampun. Suara erangan mengaum keras.Sementara saat tendangan Recky yang mengincar kepalanya hampir menyentuhnya, Aldo juga dengan gesit menangkap kaki bajingan satu ini, lalu turut melayangkan sebuah tendangan mematikan tepat ke arah junior Recky.Sesaat Robert bangkit lagi, awalnya dia hendak menembak Aldo, tapi segera digagalkan Aldo dengan menendang senjata di tangannya hingga terhempas. Selanjutnya pertarungan sengit sempat menghiasi pertempuran seakan mereka seperti tandingan yang seimbang, hingga Aldo kembali berhasil menjatuhkan lawannya itu. Bagaimanapun dia tidak mungkin menang, dia bukanlah lawan Aldo, apalagi tangannya sedang terluka.Aldo bahkan menghajarnya cukup fatal kali ini, melampiaskan seluruh emosi yang menguasai jiwanya, sampai pria itu tak mampu bangkit lagi.Sambut-menyambut silih b

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status