Siang hari setelah jam kelas mereka selesai Clare dan Ansley sama-sama berjalan menuju kantin. Karena Luke sudah lebih dulu ke sana untuk memesan makan siang mereka, Clare dan Ansley hendak pergi ke sana tapi tiba-tiba dering telepon mencegah mereka.Ansley akhirnya menghentikan langkah dan merogoh ponsel dari saku celana jinsnya. "Reagan, kenapa dia menelepon, ya?"Clare yang melihatnya ikut penasaran. "Coba angkat, mungkin dia ingin memberitahu kalau menu makan siang kita sudah habis." Clare yakin kalau Reagan dan Luke sudah menunggu mereka di kantin sesuai yang dikatakan Luke sebelumnya.Ansley hanya tersenyum kemudian mengangkat panggilan. "Halo, Reagan, ada apa?""Ans, kau di mana? Bisa tunggu aku sebentar? Aku baru saja dipanggil rektor ke ruangannya. Katanya ada yang ingin beliau bahas soal nyonya Soraya."Zet!Ansley terkejut. Takut Clare akan mendengar pembicaraan itu ia segera menjawab, "Oh, tentu saja! Aku sedang bersama Clare, kami akan menunggumu di kantin saja.""Agatha
"Kau tenang saja," kata Luke pelan, "Aku juga tadi cukup terkejut saat Reagan mengatakan hal yang sama. Hanya saja aku yakin pasti hal itu tidak ada sangkut pautnya dengan makan malam mereka waktu itu. Katanya mereka akan membahas soal Clare."Ansley ingat apa yang dikatakan Reagan tadi. Dengan ekspresi senyum ia tampak berpikir sambil menatap Luke yang duduk di depannya.Luke tersenyum lalu berkata, "Mana Clare? Bukankah dia akan ikut makan siang bersama kita?"Ansley tersadar dari lamunannya. "Dia sedang buang air. Sedikit lagi dia akan ke sini."Ekspresi ceria di wajah Luke langsung berubah, "Ngomong-ngomong apa kau sudah bertemu Chloe? Hari ini dia sudah masuk universitas lagi setelah sebulan masa skorsingnya selesai.""Benarkah? Tidak terasa ya satu bulan sudah berlalu. Tapi aku rasa jika dia tahu Clare selalu bersama kita, dia tidak akan lagi bergabung dengan kita.""Aku tidak yakin, apalagi jika dia melihat kedekatan Regan dan Clare. Ya, meskipun mereka tidak punya hubungan sat
Baru saja Clare menjawab pertanyaan Luke dan Ansley tiba-tiba suara teriakan Chloe membuat mereka terkejut dan menatapnya."Tapi aku mencintaimu, Reagan! Aku sangat mencintaimu dan aku___""Aku tidak mencintaimu!" balas Reagan keras, "Ingat, sekali lagi kau menggangguku seperti ini, kupastikan kau tidak hanya akan diskors, tapi akan di keluarkan dari universitas ini."Zet!Ancaman Reagan seperti petir yang menyambar tubuh Chloe saat itu juga. Seluruh tubuhnya gemetar. Tanpa berkata apa-apa dia hanya menatap pria itu yang kini berlalu meninggalkannya.Ansley, Luke dan Clare ikut menyimak."Ada apa? Kenapa dia?" tanya Ansley begitu Reagan mengambil posisi di samping Luke. Napas pria itu masih tak beraturan dengan wajah merah padam akibat emosi yang masih bersarang."Wanita itu sudah gila," balas Reagan. Ia menatap Clare lalu berkata, "Kau jangan masukan ke hati kata-kata Chloe yang tadi, dia itu wanita sinting dan tidak tahu malu."Spontan Luke dan Ansley terkejut. Mereka tahu bahwa pen
Pria itu terkejut dan menoleh. "Hei, Chloe!" Dilihatnya wanita itu berlari mendekatinya, "Ada apa?"Meski sudah tidak ingin terlalu dekat dengannya, sebagai teman Luke tidak ingin menjaga jarak dengan Chloe. Ia tetap akan berteman dengan Chloe, tapi sebisa mungkin untuk menjaga jarak. Perbuatan wanita itu tempo hari terhadap Clare membuat rasa simpatinya lenyap bagaikan angin lewat."Kenapa kau tidak pernah bilang padaku kalau Reagan telah dijodohkan? Apakah ini disebut teman?"Alis Luke berkerut-kerut. "Hei, apa yang kau katakan? Apa kau menemuiku hanya untuk memarahiku?"Wajah Chloe merah padam ketika pikirannya membayangkan pria yang dicintainya bersama wanita lain. Matanya nanar menatap ke arah lain lalu berkata, "Kenapa kalian menyembunyikan hal ini dariku? Kenapa kalian tidak memberitahukannya padaku sejak lama? Jika sejak awal aku tahu hal itu sudah terjadi, aku tidak akan pernah menaruh harapan dan perasaan kepada Reagan. Ini terlalu sesak bagiku, Luke. Ini terlalu sakit."Luk
Dalam perjalanan Reagan dan Clare saling tertawa tanpa ekspresi malu-malu. Guyonan Reagan saat menceritakan kejadian di universitas membuat Clare tertawa tak henti-hentinya.Sebagai pria yang mencintainya Reagan sangat bahagia bisa melihat sisi asli dari Clare yang ternyata adalah individu periang. Dan ia juga merasa bangga telah membuat wanita itu terus tertawa dan merasa bahagia ketika bersamanya.Begitu juga Clare, yang dulunya sangat pendiam sejak tahu dirinya dijodohkan sekarang seperti merasa terbebas setiap kali bersama Reagan. Pikiran yang dulunya sering menjadi beban kini menguap dan menganggap semua itu tidak ada. Meski cepat atau lambat ia tahu dirinya dan Reagan akan menikah dengan pasangan yang telah dijodohkan oleh orang tua mereka, saat ini Clare tidak mau menyia-nyiakan kesempatan untuk bersama Reagan. Ia ingin menghabiskan waktu setiap hari bersama pria itu sampai waktu pernikahan itu tiba. Waktu di mana ia akan menjadi milik orang lain begitu juga Reagan.Tawa di waj
Reagan menjilat air mata yang menetes di bibir Clare. "Sekarang buang jauh-jauh semua pikiran itu, ya? Sekarang yang harus kamu pikirkan adalah aku. Jika perjodohan itu membuatmu pusing, singkirkanlah pikiran itu dan pikir saja bahwa aku yang akan menikahimu. Bayangkanlah bahwa aku yang akan menjadi suamimu dan menjadi ayah dari anak-anakmu."Mendengar kata anak membuat Clare terdiam sesaat. Sambil menatap pria itu ia membiarkan Reagan menyerang wajahnya dengan ciuman lalu kembali menatapnya dengan senyum bahagia."Memangnya kau mau memiliki anak denganku?" tanya Clare ragu."Kenapa tidak? Itu adalah impianku, Agatha; menikah denganmu, menjadi suami hot dan menjadi ayah yang selalu siaga untuk anak-anak kita."Mata Clare berubah sayu. "Reagan?"Pria itu semakin mendekatkan wajahnya. "Aku di sini, Sayang.""Apakah benar kau ingin menjadi suamiku?""Tentu saja," bisik Reagan. Bibirnya sangat dekat dengan bibir Clare, "Kau tidak percaya?"Clare melingkarkan kedua tangannya di leher Reaga
Reagan memborong semua wajah Clare dengan penuh kasih sayang. "Aku tidak akan merusak apa yang berharga dalam hidupku. Kau sangat berharga bagiku, Agatha. Aku tidak akan pernah merusakmu.""Kita sudah dewasa."Mata Reagan berhenti di bibir Clare. "Aku tahu, tapi kita tidak boleh melakukannya sekarang. Kalau kita melakukannya dan kau hamil sebelum lulus kuliah, bagaimana? Orangtuamu pasti akan marah padaku."Clare menggeleng. "Kita bisa mencegah itu agar tidak terjadi, Reagan. Aku bisa mengonsumsi pil dan kita bisa melakukannya setiap hari."'Ya, Tuhan, cobaan apa yang Engkau berikan padaku. Dewi paling cantik di dunia ini mengajakku bercinta dan aku harus melakukan atau menolaknya?' kata Reagan dalam hati."Reagan?" panggil Clare.Pria itu tersadar lalu menatap Clare."Aku tidak menuntut kau akan bertanggung jawab dengan apa yang akan aku minta, tapi aku ingin kau membuktikan bahwa keseriusanmu benar. Bukan masalah kita tidak bisa menikah, karena cinta tidak selamanya saling memiliki,
Clare menoleh menatap Reagan tanpa ekspresi apa-apa. "Aku tidak marah padamu, aku juga percaya padamu. Kau benar, kita akan melakukan hal itu setelah menikah. Jadi harapanku saat ini hanyalah berdoa dan semoga Tuhan menjodohkan kita berdua."Reagan semakin frustasi. Ia tahu Clare saat ini berbohong. Kata-kata yang baru saja keluar dari mulutnya adalah bukti kekecewaan wanita itu kepada dirinya. Tanpa berkata apa-apa ia segera menyalahkan mesin mobil dan mulai meninggalkan tempat itu.Clare meliriknya. Dalam hati ia tertawa dan bahagia telah berhasil memprovikasi Reagan. Saat ini ia berharap Reagan akan berubah pikiran dan membawanya ke vila bukan restoran.Tapi ternyata pikiran itu salah. Reagan membelokkan mobil sportnya di sebuah restoran mahal. Meski sedikit kecewa karena gagal menghasut Reagan, tapi ia senang karena dirinya berhasil mempertahankan harga dirinya sebagai bentuk cinta yang tulus dari pria itu.Di sisi lain.Dalam sebuah makan malam yang romantis John dan Soraya sedan