Dikhianati sahabat dan kekasihnya yang berselingkuh, Joanna mencari pelarian dalam pelukan pria asing di bar. Malam panas itu seharusnya hanya sekali, sampai dia tahu pria itu adalah Damian Jovanca—ayah temannya sendiri. Damian tak ingin berhenti. Ia menginginkan Joanna sepenuhnya. Mampukah Joanna melawan godaan terlarang, atau justru terjebak dalam cinta yang penuh dosa?
View More“Aku ….”Tanpa menunggu lanjutan dari ucapan Joanna, Damian kembali meraup bibir Joanna.Tubuh Joanna langsung terhimpit di antara punggungnya dan dinding yang dingin. Napasnya tercekat, bibir Damian sudah menubruk dengan brutal, mencuri habis oksigen dari paru-parunya.Ciumannya liar—keras, menuntut, tanpa memberi ruang untuk menolak. Giginya menyeret bibir bawah Joanna, lalu menghisapnya dalam ritme rakus.Lidahnya menembus, mendominasi mulutnya, menjelajah setiap sudut hingga Joanna mengerang tertahan.“Eungh ….”Suara itu justru membuatnya semakin gila, menekan lebih dalam, dan mencumbunya seolah ingin melumat habis dirinya.Tangannya tak tinggal diam. Satu menahan rahang Joanna agar tak bisa berpaling, sementara yang lain meluncur ke pinggang, meremas keras seolah ingin meninggalkan bekas.Jari-jarinya bergerak liar, menyusuri garis tubuhnya, dan menarik paksa kain tipis gaunnya agar naik, hingga kulit paha halus Joanna tersentuh.Joanna mendesah dan tubuhnya menegang di antara d
“Semua mata tertuju padamu,” bisik Damian di telinga Joanna ketika mereka tiba di sebuah ballroom hotel tempat di mana pesta dilangsungkan.Joanna berdiri di samping Damian, tubuhnya terbalut gaun hitam elegan yang jatuh sempurna mengikuti lekuk tubuhnya.Rambutnya digelung rapi, hanya beberapa helai dibiarkan terurai untuk membingkai wajahnya. Riasannya sederhana, namun cukup untuk memancarkan aura memikat.Para tamu menoleh. Beberapa bahkan berbisik di belakang punggungnya. Ada kekaguman yang jelas terpancar dari mata mereka.Joanna bisa merasakan sorot itu—sorot yang dulu tak pernah ia dapatkan ketika masih bersama Thomas.‘Jangan terjebak. Ingat, ini hanya sandiwara,’ batinnya menegur diri sendiri.“Aku harus menemui temanku dulu. Makan atau minumlah yang kau inginkan, Joanna,” ucap Damian sebelum melangkah meninggalkan Joanna yang berdiri terpaku di sana.Baru saja Joanna hendak mengambil minuman, suara langkah kaki menghentak datang menghampirinya.Thomas dan Angel.Kedua orang
“Baiklah. Aku menerimanya.” Joanna menghela napas berat, seberat jawaban yang baru saja dia keluarkan untuk Damian.“Good! Pilihan yang cerdas,” ucapnya lalu menutup dokumen tersebut.“Mulai besok, kau resmi bekerja di perusahaanku juga kekasihku. Jangan coba-coba menyangkal, Joanna. Kau sudah jadi milikku sekarang!”Joanna menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya lalu beranjak dari duduknya, keluar dari ruangan yang cukup mengeluarkan hawa panas itu.“Sial!” bisiknya. “Kenapa hidupku berubah jadi neraka seperti ini?”Namun dia tahu, dia tidak punya pilihan. Jadi, dengan hati yang penuh kebencian, Joanna akhirnya menerima permainan busuk itu.**Hari pertamanya di perusahaan terasa aneh. Joanna diperlakukan istimewa., terlihat dari ruangannya yang lebih nyaman dibanding staf lain.Ia jarang diberi tugas berat. Semua orang memandangnya dengan hormat—atau mungkin dengan kecurigaan.Dan Damian, dia selalu datang tiba-tiba. Entah muncul di depan meja kerjanya dengan alasan sepele,
“Apa?! Apa kau bercanda, Paman? Kekasihmu? Apa kau gila?!” Mata Joana langsung membelalak mendengarnya.“Aku tidak sedang bercanda,” Damian melanjutkan.“Kau seorang wanita cerdas, cantik, dan penuh emosi yang nyata. Dan aku tertarik untuk membantumu balas dendam. Lagi pula, aku tidak terlalu dekat dengan anakku. Dia keras kepala, persis ibunya, mantan istriku.”Joanna terperangah. Dadanya bergetar antara marah dan malu. “Kekasihmu?” Dia pun tertawa hambar lalu geleng-geleng dengan pelan.“Apa kau pikir aku mainan, Paman Damian? Kau tidur denganku semalam—ketika aku mabuk—dan sekarang kau seenaknya menawarkan ini?!”Damian tetap tenang, nyaris tidak terguncang oleh ledakannya. “Aku hanya menawarkan kesempatan. Kau bisa menolaknya jika mau.”Joanna berdiri, kursinya bergeser dengan suara berderit. “Tentu saja aku menolaknya! Kau … maaf, terlalu tua untukku.”Mengingat usianya yang baru dua puluh empat tahun, sementara Damian sudah empat puluh lima tahun. Tentu menjadikan pertimbangan k
“A-apa maksudmu, Pam—maksudku, Tuan?” Joanna tampak tercekat dan membeku mendengar kalimat terakhir yang Damian ucapkan tadi.Damian mengetuk-ngetukkan jarinya di meja seraya menatap wajah Joanna. “Apa aku menyakitimu semalam?” tanyanya kemudian.Joanna langsung terperanjat. Tak lama setelahnya, dia tertawa samar. “Tidak!” Joanna menggeleng-gelengkan kepalanya. “Tidak mungkin, Paman!”Damian menyandarkan tubuhnya di kursi lalu menautkan jari-jarinya. Tatapannya tajam dan penuh kuasa.“Tapi, itu semua sangat mungkin, Joanna,” katanya pelan namun jelas. “Pria yang semalam bersamamu itu memang aku.”Kata-kata itu menghantam keras. Joanna terperangah dan matanya membelalak. Ia ingin menyangkal, ingin berpura-pura tidak tahu, tapi cara Damian mengucapkannya begitu yakin, begitu menohok membuatnya menganga lebar.“B-bagaimana bisa ….” Joanna menatap wajah Damian penuh rasa tak percaya. “Mengapa kau—mengapa aku ….”Damian menatap lekat wajah Joanna. “Kau sendiri yang menggodaku, Joanna. Dan
Waktu sudah menunjuk angka delapan lewat lima belas.Joanna mengerang pelan merasakan tubuhnya yang sangat sakit dan pegal-pegal. Kepalanya terasa berat, seolah ada palu yang menghantamnya berulang kali.Dia lalu membuka mata perlahan dan mencoba memahami di mana dia berada. Pandangannya berkeliling, asing, jauh berbeda dari apartemen studio mungilnya.Lalu tubuhnya menegang. Dia sadar kini tengah telanjang, hanya tertutup selimut tipis.“Tidak!” bisiknya dengan napas yang tercekat.Ingatannya berkelebat—bar, alkohol, sosok pria dengan tatapan tajam, bibir yang terlalu dalam mencumbu, dan sentuhan panas di seluruh tubuh.Joanna mendadak duduk lalu memeluk selimut dengan erat-erat. Dadanya naik turun dengan cepat.“Tuhan ... jangan bilang itu nyata.”Ia menoleh ke sisi ranjang. Kosong. Pria itu sudah tidak ada. Hanya bekas lipatan tubuh di seprai yang membuktikan kehadirannya semalam.Joanna menutup wajah dengan kedua tangannya. Pipinya panas, campuran antara malu, takut, dan panik.“A
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments