Soraya memang merasa sakit, tapi membayangkan uang dan kekayaan John membuat rasa sakit itu hilang. Ia memejamkan mata saat lelaki itu berhasil menyatuhkan tubuh mereka dan bergerak mengikuti irama serta cinta yang muncul dari lubuk hati mereka yang paling dalam.***Bias mentari pagi terpapar tepat di wajah Soraya. Tubuhnya yang masih telanjang di balik selimut kini mulai bergerak akibat rasa panas yang mengenai wajahnya. Soraya terbangun. Matanya perlahan terbuka kemudian tertutup lagi.John yang baru saja keluar kamar mandi dengan handuk melingkar di pinggang kini mendekati ranjang dan memeluk Soraya. "Selamat pagi, Sayangku."Soraya tersenyum dan balas memeluknya. "Pagi juga.""Bagaimana tidurmu, apa kau tidur nyenyak?"Soraya melepaskan pelukan kemudian menatap John penuh cinta. "Sangat nyenyak. Saking nyenyaknya aku sudah tak tahu apa yang terjadi selanjutnya."John mengusap pipi Soraya. "Kau pasti sangat kesakitan ya semalam? Maafkan, tapi aku sendiri tak bisa mengontrol gairah
Frustasi mendengar Dean telah menikahi Kensky Soraya pergi ke kelab malam untuk melampiaskan dan membuat dirinya kembali mabuk.Jika sebelumnya ia hanya ingin keluar untuk menghirup udara segar karena bosan sendirian menunggu John, Soraya kini sedang menikmati minuman di dalam kelab hingga dirinya bisa menghalaukan pikiran soal Kensky dan Dean.Untung saja John memiliki insting yang kuat. Lelaki itu mencari Soraya sampai akhirnya ia menemukannya di kelab malam yang sama saat mereka bertemu."Soraya, ayo pulang. Kau kenapa ke sini tanpa meminta ijin padaku, hah?" John membopong tubuh Soraya dan membawanya ke dalam mobil."Dean ... kau benar-benar brengsek, Dean. Kau benar-benar pria brengsek."Ucapan yang terlontar dari mulut Soraya membuat John menoleh. "Dean? Siapa dia, Soraya?"Saat ini mereka sudah berada di dalam mobil. Soraya berbaring di bangku penumpang. Sementara John duduk di bangku kemudi tepat di sampingnya."Dean ... kenapa kau menikah dengan Kensky? Kenapa kau mengkhianat
Soraya tahu lelaki itu pasti marah dan ia tidak suka hal itu terjadi. "Aku harus melakukan sesuatu biar John percaya padaku. Oh, John, kumohon jangan marah padaku," Wanita itu turun dari ranjang kemudian mengikuti John ke kamar mandi. Dilihatnya lelaki itu sedang mengeringkan wajah dengan handuk, "Sebenarnya___" "Kau tidak perlu menceritakannya, Soraya. Aku mengerti." "Tidak, John. Aku tidak mau kau salah paham." Lelaki itu mendekati, memegang kedua lengan Soraya. "Aku tidak apa-apa, Soraya. Aku percaya padamu. Meskipun kau tidak menceritakannya aku bisa mengerti." Lagi-lagi Soraya menggeleng kepala. Dengan mata berkaca-kaca ia menceritakan siapa Dean dan Kensky sebenarnya kepada John tanpa rahasia. "Semua salah ibuku. Dia terlalu percaya pada Dean, padahal lelaki itu hanya memanfaatkannya. Dia juga berjanji pada ibuku akan menikahiku, tapi ibuku membatalkannya karena suatu kejadian di mana ibuku dalam posisi harus memilih. Saat itu dia ingin meminta bantuan Dean dan membatalkan p
Sakit hati karena John telah meninggalkannya, Soraya setiap malam menghabiskan waktu di kelab malam untuk minum-minum. Ia bahkan tak tanggung-tanggung menghabiskan uang yang diberikan John kepadanya."Semua laki-laki itu sama. Dia pikir dengan memberikan kartu ini bisa membuatku bahagia? Kau salah besar, John."Saat ini Soraya sudah mabuk dan tanpa ia sadari ada lelaki yang sudah mendekatinya. Bahkan saking mabuknya, ia sudah tidak sadar saat lelaki itu membawanya ke kamar hotel.Semenjak itulah Soraya menjadi benci pada dirinya sendiri dan kepada setiap semua lelaki. Namun baginya untuk bertahan hidup dengan uang John tidak akan selamanya. Uang yang ada di dalam black card itu sudah hampir habis dan Soraya sudah tidak punya uang lagi. Jalan satu-satunya adalah menjadi wanita penghibur. Karena lumayan banyak lelaki yang sering mendekatinya di kelab itu, Soraya memanfaatkan kedekatan mereka dengan memberikan tarif bagi siapa yang ingin dilayaninya."Kalau tahu dengan profesi ini akan m
Soraya tak sanggup untuk bergerak. Harga diri dan rasa hormat pada diri sendiri kontan meluap. Ia merasa seperi balon yang awalnya sangat besar, tapi lama kelamaan semakin menyusut karena ada lubang kecil tak terlihat."Sejak kapan kau menjadi seperti ini, Soraya?"Lelaki yang ternyata adalah John tetap berdiri sambil menatap Soraya.Soraya hanya diam. Ia tak sanggup menjawab apa yang baru saja ditanyakan John kepadanya dan rasa malu yang semakin menjulang tinggi."Aku mengerti," kata John, "Ayo, duduklah, aku ingin bicara."Soraya menurut dan membiarkan John mengunci pintunya. Perlahan ia berjalan dan berdiri di dekat ranjang. Kepalanya bahkan terus menunduk karena tak sanggup menatap wajah John yang ekspresinya sulit diartikan."Sudah berapa lama kau bekerja di sini?" tanya John.Soraya hanya diam tak menjawab. Ia merasa hina pada dirinya sendiri dan tak punya harga diri karena melihat sosok yang bersamanya saat ini. Seandainya lelaki itu bukan John, mungkin ia sekarang sudah telanj
Namun berbeda dengan perkataannya, Soraya justru tidak pernah mau menikah dengan John. Berbagai macam alasan digunakan untuk menunda pernikahan itu sampai akhirnya John sadar bahwa dirinya hanya dimanfaatkan.Dengan berat hati John akhirnya memutuskan hubungannya dengan Soraya. Ia bahkan memutuskan tidak akan pernah lagi membuka hati untuk semua wanita. Namun, ternyata keputusan itu hanya sebatas kata. Soraya sudah membuatnya jatuh cinta. Tak peduli wanita itu hanya memanfaatkannya, John tidak akan pernah meninggalkan Soraya.Hal itu dipergunakan sebaik-baiknya oleh Soraya. Ia memanfaatkan jabatannya sebagai pengelola perusahan. Karena memiliki wewenang dari sang pemilik yang tak lain adalah John, Soraya menggunakan semua uang dari keuntungan usaha lelaki itu untuk bersenang-senang sampai semua usaha itu bangkrut.John tak bisa berbuat apa-apa lagi. Sekalipun ia ingin mencobloskan Soraya ke penjara hal itu tidak akan membuat kerugian yang dialaminya kembali. Apalagi Soraya merupakan w
Clare terkejut. "Malam ini?""Iya, memangnya kenapa?" tanya Dean, "Apa ada masalah?"Kensky ikut tersenyum. "Benar, Sayang. Rasanya sangat tidak enak kalau kita tidak mengajaknya makan malam bersama. Ayahnya investor terbesar di kampus kita, lho."Clare menelan ludah. Sebenarnya ia sangat bahagia jika kedua orangtuanya memberikan lampu hijau soal kedekatannya bersama Reagan. Tapi mengingat pria itu sangat menyukainya, ia tidak ingin hal itu membuat Reagan besar kepala dan salah sangka bahwa orangtuanya menyetujui hubungan mereka."Aku akan coba bicara padanya, Pi. Kalau dia setuju, aku akan langsung memberi kabar kepada Papi."Alis Dean berkerut menatap Clare. "Dia setuju? Memangnya kau yakin dia tidak setuju makan malam bersama kita? Kita kan teman orangtuanya. Seharusnya dia setuju kalau kami mengundangnya makan malam.""Bukan begitu maksudku, Pi," kata Clare, "Reagan adalah pria paling populer di kampus kita dan aku tidak tahu selepas dari kampus apa saja yang dia lakukan bersama t
Dengan gaun panjang berbahan satin berwarna merah Soraya menuruni tangga dan bergabung bersama Rebecca. Dilihatnya wanita itu sedang duduk di ruang tengah sambil membaca majalah."Selamat pagi, Ma."Rebecca terkejut dan menatapnya. "Pagi, Sayang. Syukurlah kau sudah turun. Ayo, sarapan. Mama sudah lapar."Soraya tersenyum dan melangkah mengikuti Rebecca. "Apa John mengatakan sesuatu kepada Mama?""Tidak, memangnya kenapa?"Saat itu mereka berdua tiba di ruang makan. Soraya mengambil posisi di samping kanan meja, sedangkan Rebecca di samping kiri meja."Aku pikir dia mengatakan sesuatu tentangku."Rebecca membuka piringnya. "Memangnya apa yang terjadi?"Soraya juga membuka piringnya. "Aku telah melarangnya datang ke sini lagi."Rebecca terkejut menatap Soraya. "Benarkah? Kapan kau mengatakan hal itu, bukannya semalam kalian sedang berdua di kamar?"Soraya meraih selembar roti tawar. "Semalam aku telah mengatakan apa yang ingin kusampaikan. Tapi aku melakukannya setelah berhasil mengump