Begitu tahu kondisi Risa yang tidak bisa dibiarkan saja, Danu bertekad untuk menjadi Jaya, setidaknya di depan wanita itu sampai nanti ketika bayi itu lahir dan dia bisa merebutnya dari pelukan sang ibu. Mungkin itu akan menjadikannya sebagai pria paling jahat yang pernah ada, tetapi Danu tidak akan membiarkan bayi itu lepas dari tangannya.Sekitar pukul lima sore, pria itu tiba di rumah dengan beralasan ada seminar yang harus dihadirinya di luar kota kepada Laras. Untuk sekarang ini Danu tidak mau wanita yang dicintainya tahu apa yang dia rencanakan demi membuat anak Jaya baik-baik saja.Saat membuka pintu dan masuk ke rumah, ruang tamu rumahnya begitu gelap. Bahkan ruang tengah dan dapur terbuka itu pun dalam kondisi yang sama. Ada sebuah tas berlogo lunch box yang siang tadi Danu kirim melalui fasilitas pesan antar.Apa yang Jillian katakan rupanya benar jika Risa mengalami depresi kehamilan. Nafsu makannya tidak teratur dan emosinya selalu naik turun. Danu tahu betul dampak apa ya
Semalam adalah kali pertama bagi Risa tidur bersama suaminya setelah lima bulan menikah. Wanita itu tidak tahu bagaimana mengungkapkannya, apakah dia senang atau biasa saja. Apalagi Danu terus memunggunginya semalaman penuh seolah-olah bukan keinginannya tidur di atas ranjang yang sama.Saat ini Risa tengah memasak di dapur, menyiapkan beberapa makanan untuk sarapan berdua. Dia pikir, seharusnya dia juga harus berusaha saat sang suami mencoba kembali seperti semula. Seperti kata Margareth tempo hari, dia harus bersikap lebih terbuka.Risa baru saja menuangkan sup jamur ke dalam mangkuk, tetapi rasa mualnya mendadak kambuh setelah beberapa minggu ini reda. Diletakkannya panci tersebut di atas meja dan Risa beranjak ke kamar mandi. Namun, dikarenakan posisinya yang tidak sepenuhnya berada di meja, panci tersebut berguling dan menciptakan bunyi keras.Sisa dari semangkuk sup tersebut tumpah berserakan di lantai, sementara panci tersebut masih berputar-putar di area yang sama. Selang bebe
Meski merasa bersalah membohongi Laras seperti itu, Danu tidak punya pilihan lain agar dia bisa mendapatkan kepercayaan Risa. Pria itu akan mencoba sekeras mungkin supaya kedua wanita itu tidak menyadari rencananya sampai satu tujuan itu tercapai.Danu benar-benar berusaha keras membohongi Laras dan juga Risa, menempatkan dirinya di posisi yang sulit. Meski demikian, dia akan tetap melakukannya tidak peduli jika harus bersusah payah berkutat di dapur seperti yang sedang dia lakukan sore-sore begini.Meja dapur penuh dengan wadah-wadah berisi berbagai macam bahan, ada beberapa sendok yang tergeletak di meja bersama dengan bumbu-bumbu instan yang juga berbeda jenisnya. Bahkan tangan Danu pun tidak rupa tangan sebab ada gumpalan tepung yang menempel di sana.Risa yang sejak pukul dua tidur di kamar, terkejut dengan apa yang terjadi di dapur yang selalu bersih itu. “Apa yang sedang kau lakukan?” tanyanya dengan ekspresi tercengang.“Aku sedang membuat pie susu, tapi ….” Danu menghela napa
“Jadi, seminar yang kau katakan tempo hari itu cuma omong kosong?”Laras menatap Danu dengan mata melotot, mendesak agar pria itu menjelaskan mengapa dirinya berada di restoran bersama Risa, alih-alih di luar kota menghadiri seminar yang membuatnya tidak bisa pulang selama dua hari.Saat ini mereka berdua berada di depan toilet, batas antara laki-laki dan perempuan, berdebat satu sama lain dengan suara pelan, tetapi terdengar penuh emosi, terutama Laras yang merasa dibohongi.“Dengarkan aku.” Danu memegang tangan Laras dengan kuat. “Wanita itu sedang depresi, aku tidak bisa membiarkannya berlarut karena itu akan membahayakan anak Jaya!”“Dan kau berbohong padaku.” Laras masih memelototi Danu dengan perasaan campur aduk antara kecewa dan marah.“Laras, aku sama sekali tidak bermaksud membohongimu, tapi–”“Tapi kau membohongi aku sampai detik ini.” Laras menepis tangan Danu setelahnya. “Kalau aku tidak datang ke tempat ini, apa kau bahkan punya pikiran untuk berkata jujur padaku? Tidak,
Danu membuka pintu rumah dengan tergesa-gesa dan berharap menemukan Risa di sana. Namun, ketika pria itu masuk ke kamar, ruangan itu kosong melompong dan tidak ada tanda-tanda keberadaan wanita milik Jaya tersebut.Dalam waktu yang sama, Danu merasa kecewa, marah dan juga bingung dengan Risa yang mendadak berubah seperti itu dan dia tidak menemukan alasan yang paling pasti kecuali jika wanita itu sempat menguping pembicaraannya dengan Laras.“Sial kalau memang dia dengar semua itu!”Lantas, Danu menghubungi Laras untuk mengetahui di mana mereka berada jika bukan di rumah. Namun, apa yang model itu katakan membuatnya terbelalak lebar.“Dia sudah terbang ke Perancis. Dia mendengar kita berbicara dan semua terjadi begitu saja.”Tanpa menutup panggilan dari Laras, Danu berkacak pinggang sambil memejamkan mata. Dia mendongak seraya mengembuskan napas kasar agar rasa marahnya berkurang. Namun, tiba-tiba suara teriakan terdengar di ponsel Laras dan Risa yang mendengarnya hanya bisa bergidik
“Hah!” Laras mengembuskan napas lega ketika seseorang yang muncul tiba-tiba itu bukanlah Danu, melainkan Jillian. “Aku tidak punya waktu untuk menjawab pertanyaanmu sekarang,” katanya sambil melangkah masuk.Jillian menyusul dengan langkah yang sama cepatnya. Meski cemas akan apa yang dilakukan Laras malam-malam begini di rumah pria yang sudah menikah, dia tetap masuk untuk sekiranya membantu membuat alasan saat Risa menaruh curiga atas kedatangan wanita itu.Begitu masuk ke rumah, Jillian menyadari jika tidak ada seorangpun yang ada di sana, kecuali dirinya dan juga Laras yang kini menuju ke kamar Danu. Dia dengan segera mengejar dan menghentikannya dengan cara menahan tangan wanita itu. “Apa yang sedang kau lakukan di sini?! Aku tahu kalau kau mungkin sedang tidak waras karena cemburu, tapi masuk ke kamar orang lain itu beda kasus!”“Kau diam saja!” Laras menyentak tangan Jillian, kemudian bergerak membuka lemari untuk menemukan tas yang Risa maksud. Begitu menemukan benda itu di la
Ah … akhirnya aku bisa ketemu sama keponakanku yang menggemaskan itu!”Margareth menghirup napas dalam-dalam setibanya di Bandara Soekarno Hatta. Ini adalah kunjungannya yang pertama setelah empat tahun yang lalu saat Risa menghubunginya untuk yang pertama kali begitu lenyap dari jangkauan orang-orang.Wanita itu kemudian menarik kopernya untuk segera memesan tiket kereta dan menerima sambutan hangat dari sang sahabat dan juga Nathan yang dirindukannya. Ibu dan anak itu bisa saja datang menjemput di bandara, tetapi seperti sebelumnya, Risa merasa tidak berani berada di tempat umum besar seperti bandara lantaran takut akan dipertemukan dengan Danu, mantan suaminya.Langkah Margareth segera masuk ke gerbong kereta setelah menunggu selama tiga puluh menit di belakang garis kuning. Mungkin satu setengah jam lagi dia akan berjumpa dengan dua orang yang membuatnya terpaksa harus berhati-hati selama ini.Enam tahun lalu ketika Margareth masih bertugas di ruangannya, seseorang tiba-tiba mener
Di sebuah kantor yang terlihat begitu suram dan dingin, Danu duduk menghadap jendela sambil memijat keningnya yang berkerut. Dia baru saja menerima panggilan luar negeri yang lagi-lagi menyampaikan informasi tidak berguna yang sama setiap tahunnya.Sudah enam tahun berlalu, tetapi dia tidak juga mendengar sesuatu tentang Risa dan anaknya yang sekarang entah ada di mana. Bahkan ketika pria itu mendatangi tempat tinggal Risa yang ada di Perancis dan mendesak Margareth mengaku pun, wanita itu mengaku tidak tahu keberadaan sang sahabat.Margareth tidak berbohong. Wanita itu memang tidak tahu di mana Risa berada dan dia cukup terkejut begitu mendengar jika sahabatnya tak lagi berhubungan dengan pria yang sebelumnya sangat ingin Risa miliki. Hingga dua tahun setelah itu, Risa menghubungi Margareth dengan nomor baru yang berasal dari Indonesia.Ponsel yang tergeletak di atas meja kembali bergetar. Tanpa menolehkan kepala, Danu mengambil benda itu dan membaca sebuah pesan singkat dari seseora