'Apa yang ku lakukan ini?' geram Selena dalam hati, cepat-cepat menundukkan pandangannya. Wajahnya memanas hingga tampak sangat memerah. Entah mengapa dia juga menatapku tadi, pikirnya merutuk kesal.Aditya yang menangkap sekilas pergerakan Selena yang gugup, lantas menoleh kembali setelah beberapa detik sempat membuang wajahnya.Kemudian menumpulkan pandangan pada Selena tanpa berkedip."Kamu!" panggil Aditya menunjuk jari telunjuknya kepada Selena yang kembali sibuk.Apa? K-kenapa dia memanggilku? Selena meneguk liur sekilas menangkap pergerakan jari Aditya yang menunjuk kepadanya. Namun, ia tetap berpura-pura tidak mendengarnya.Paman Grove yang sedari tadi bicara juga tiba-tiba berhenti, ikut menoleh kepada Selena.Sesaat kemudian bergeser menatap Aditya yang masih saja melotot ke Selena.Merasa diperhatikan paman Grove, Selena jadi gelisah.Sial, apa pria tua ini akhirnya mengenaliku? Selena menggeser-geser duduknya mencari posisi yang nyaman.Berusaha tetap cuek, meski tahu Ad
Selena kembali fokus dengan pekerjaannya. Tidak memperdulikan Aditya yang membungkam dengan wajahnya yang kesal.Beberapa lama hanya begitu, sampai Selena terpaksa harus menghampiri meja Aditya."Pak, berkas ini sudah selesai saya cek ulang. Bisa Anda cek di file keuangan perusahaan Adiguna Jaya, saya sudah mengirimkannya ke email terdaftar Anda, Pak," ujar Selena meletakkan map di atas meja."Ohh, iya nanti aku cek," sahut Aditya cuek."Kamu sudah..."Selena mengernyit, sesaat menunggu Aditya melanjutkan ucapannya. Namun, pria tersebut terlalu sibuk dengan ponselnya."Baik, Pak. Saya izin makan siang dulu, Pak," ucapnya membungkuk hormat.Tanpa menunggu respon dari Aditya, Selena kembali ke mejanya segera menyambar tasnya. Buru-buru berjalan keluar ruangan karena harus pulang ke kos.Tadi pagi karena tergesa-gesa berangkat kerja, ia lupa memberikan susu Baby Lea kepada Sharon. Teringat juga setelah membaca pesan Sharon sejam lalu.Selena yang tergesa-gesa hendak membuka pintu ruanga
Cepat-cepat Aditya menghentikan mobilnya asal di sisi jalan. Melirik Selena, cukup puas membuatnya tidak bisa berkutik."Masih mau membantah, hakh?"Selena hanya terdiam. Matanya menatap kosong ke depan, semua terasa cepat dan tiba-tiba. Bahkan ia tidak sempat mengelak diri saat Aditya gesit menarik tangannya bahkan mencium bibirnya.Wajah Selena yang memanas tampak merah padam. Tangannya menyentuh bibirnya yang masih terasa hangat akibat ciuman Aditya tadi.Apa yang dia lakukan ini? Membatin kesal. Sudah kuduga dia memang pria playboy yang hobby mengincar gadis-gadis.Dia pikir aku sama seperti gadis-gadisnya itu? Aku masih punya harga diri yang tinggi!Namun, di beberapa detik kemudian segera tersadar dengan malam panas di waktu lalu.Tapi tetap saja Selena tidak terima dengan perlakuan Aditya, ia memutar kepala menatapnya dengan tatapan berapi-api."Anda sudah---""Menciummu? Yah, itu benar, Selena. Akan begitu kalau kamu masih berani membantahku!" potong Aditya menaikkan kedua alis
Selena mencari-cari cara agar bisa mengambil helai rambut dari bawah kerah kemeja putih Aditya. Sial! Bagaimanapun aku harus bisa mengambilnya? Ini kesempatanku untuk mencari tahu sosok pria misterius itu.Selena jadi gelisah menoleh bolak-balik ke arah Aditya. Tapi sampai Aditya selesai menelepon, ia tidak kunjung berhasil mengambil helai rambutnya."Ini ponselmu, Selena," ujar Aditya mendengus kasar. "Sekarang kita ke rumahku dulu," lanjutnya .Segera melajukan mobil tanpa menunggu jawaban Selena, yang langsung memucat mendengar arah tujuan mereka."Pak, s-saya turun di sini saja," katanya meremas sisi kursinya. "Saya harus segera ke perusahaan."Tak terbayang kalau ia harus ikut ke rumah Aditya. "What? Jadi, maksudmu aku sendiri yang membawa berkas-berkas itu semua turun dari kamarku?"Apa aku tidak salah mendengar? Yang meninggalkan berkas-berkas itu di kamarnya, siapa? Tentu dia-lah yang bertanggung jawab! Dia pikir aku pelayannya?"Tapi saya harus segera kembali---""Kamu se
Aditya merasa lukanya hanya luka kecil cuma bisa menurut di perhatikan tulus oleh Selena.Tapi ... 'Dari mana Selena tahu kotak obat ada di laci nakas?' batinnya, tersentak dengan mata melotot."Ahh, sakit!" ringis Aditya langsung mencengkeram pinggang Selena."Itu balasan kalau Anda memanfaatkan kesempatan saat saya sibuk, pak Aditya!""Hahk! Aku bahkan tidak melakukan apa-apa," protes Aditya tidak terima."Tidak melakukan apa-apa, tapi tangan Anda mencengkram pinggang saya! Silakan tangan Anda pindah ke sisi kursi saja, Pak," omel Selena menurunkan pandangannya ke Aditya, yang kadang meringis kesakitan.karena sengaja menekan lukanya.Aditya memang tidak sadar tengah memeluk pinggang Selena. Dia hanya takut lukanya kembali terasa sakit.Tidak terima di omeli, Aditya menaikkan pandangannya. Namun, bukannya menatap wajah Selena, kini matanya bertumpu pada gundukkan kembar indah di depan matanya.Aditya meneguk liurnya berkali-kali, tak bisa disangkal hasrat lelakinya langsung member
"Ingat, Aditya! Secepatnya aku segera mengabari Tuan Collins, kalau pencarian Selena dan anaknya diberhentikan. Dengan alasan, Aditya sudah memiliki kekasih baru yaitu sekretaris barunya," ancam paman Grove dengan geraham mengerat.Paman Grove melengos kasar meninggalkannya."Ingat juga, paman Grove! Kalau sampai hal ini ke Tuan Collins, aku tidak akan pikir-pikir untuk memecat mu!" teriak Aditya balas mengancam paman Grove."Itu jauh lebih baik, Aditya!" sahut paman Grove cuek.Arghh! Apa maunya pria tua ini!Aditya yang kesal meninju udara kosong."Paman Grove!!" serunya terpaksa mengejar paman Grove.Pria tua yang terlanjur kesal dengan Aditya, menghentikan langkahnya. Balik badan menghadap Aditya."Katakan sekarang, Aditya! Kamu masih mau mencari Selena atau kamu memilih si Sekretaris itu?""J-jelas aku masih terus mencari Selena lah, Paman. Aku dengan Sekretaris cuma urusan pekerjaan saja," ujar Aditya cengengesan mendahului paman Grove keluar."Tunggu, Aditya!""Shit! Apalagi, p
"Uhm ... bukan begitu, Pak. Saya cuma takut ketahuan sama ibu kos keluar malam-malam, itu saja."Aditya melirik dengan senyum miringnya."Hmm ... tidak apa-apa juga, harus jujur kalau kamu takut ketahuan sama pacarmu."Sial! Perlukah aku berteriak, tidak punya pacar agar dia berhenti bicara pacar terus?"Yah, saya tidak punya pacar, Pak."Aditya yang tengah fokus menyetir mobil tadi tiba-tiba menghentikan mobil. Kemudian memutar badan menghadap Selena."Apa itu benar, Selena?"Selena mengangguk cepat. Terserah Aditya percaya atau mau mengatainya pembohong.Baru tadi siang ia mengaku-ngaku mau bertemu pacar, sekarang tiba-tiba mengaku tidak punya pacar."Aku rasa kamu memang ahlinya berbohong, Selena!" Aditya tertawa kecil mengejeknya."Aku belum pikun, Selena. Tadi siang kamu mengaku mau kencan dengan pacarmu. Kenapa sekarang tiba-tiba tidak mengakuinya?"Ahh, ribet! Dia mau mengorek informasi pribadiku atau menemaninya beli apa tadi? Selena mengumpat karena jadi terus-terus berbohon
"What? Istri siapa, Selena?" buru Aditya bingung. "Itu cuma alasanmu saja, kan? Agar bisa bertemu pacarmu di luar tanpa ketahuan sama ibu kos mu!" Aditya balik menuduhnya, wajahnya tampak sangat memerah karena rasa cemburunya.Namun, berbeda dengan Selena. Mulutnya seketika menganga. Istri siapa lagi kalau bukan istri Aditya? Pacar? Selena menarik sudut bibirnya. Aditya seolah mempermudahnya bisa lepas dari pimpinan absurd itu. "Iya, untung Anda tahu. Sekarang Anda bisa pergi sebelum pacar saya melihat Anda."Bukannya pergi, Aditya semakin tidak bisa menahan cemburunya. Niatnya bertemu Selena tadi karena tidak bisa menahan cemburu membayangkan Selena bersama pacarnya.'Gila! Aku tidak bisa menahan diri lagi,' batin Aditya menggertak gerahamnya. 'Shit! Tadi mengaku-ngaku sudah putus, sekarang malah mengakuinya. Sudah kuduga ia hanya berbohong tadi!'Aditya tak bisa mengendalikan emosi dan rasa cemburunya. Sekali hentakan keras saja, Aditya berhasil menyeret Selena kembali masuk mobil