Cia, Merlin dan Hendry berjalan di koridor gedung Polda siang itu. Papa Hendry terlihat berjalan di depan mereka dengan seseorang berseragam polisi di sampingnya.
"Silahkan masuk, Pak, tahanan sudah menunggu di ruang bezuk," persilah polisi itu pada Papa Hendry.
"Apakah boleh kami masuk berempat bersamaan, anak saya dan teman–temannya ingin ketemu juga sama Jordi," ijin Papa Hendry pada rekan polisinya tersebut. Nampak polisi itu terdiam sejenak, meskipun kemudian akhirnya mengangguk mempersilahkan mereka semua untuk masuk.
Di sebuah bangku duduk seorang lelaki muda berwajah tampan yang masih seusia dengan ketiga remaja yang berseragam putih abu–abu itu.
Cia berjalan paling belakang di antara ketiga orang yang lain, pemuda yang awalnya menunduk itu kini sudah mendongak dan melihat ke arah tamu yang ingin menemuinya siang ini. Di awal wajahnya nampak datar biasa–biasa saja, tapi begitu melihat wajah seorang gadis di antara tamunya siang i
Tubuh Cia terasa lemas tak bertenaga. Begitu keluar dari ruang praktek dokter Adnan dia segera menyandarkan diri ke dinding tepat di samping pintu masuk ruangan. Tangisnya meledak seiring dengan tubuhnya yang luruh ke lantai. Cia sama sekali tak menyangka dokter Adnan membenarkan berita yang di sampaikan oleh Aka tadi, padahal sebelumnya dia masih memiliki harapan bahwa kemarin itu Aka salah mengartikan hasil rekam medisnya. Menurut dokter Adnan, memang benar usia Aka terhitung kira–kira tak lebih dari 100 hari setelah dia mengalami kecelakaan waktu itu. Zona yang ikut menemaninya ketika di ruang dokter Adnan, tak mampu berkata apa–apa mendengar penjelasan singkat dokter itu. Meskipun dokter Adnan kebanyakan hanya menjawab dengan kata “ya” dan anggukan atas pertanyaan–pertanyaan yang Cia lontarkan langsung menuju inti permasalahan yang ingin dia ketahui. Bahkan sampai dengan sekarang pun dia hanya menunggui Cia di dekatnya. Menjadi saksi betapa gadis itu begitu hancur dan ra
12 FEBRUARICia sedang duduk di bangku taman yang menghadap langsung lapangan basket. Merlin dan Flo duduk di samping kanan kirinya. Di depan sana, terlihat Vandra yang asyik bermain basket bersama teman–temannya, dan sesungguhnya tadi Flo dan Merlin menolak menemani Cia untuk melihat teman–teman mereka yang asyik bermain basket. Tepatnya, mereka berdua tidak mau Cia kembali hanyut dengan kenangannya bersama Aka, tapi ternyata sahabat mereka ini tetap bersikeras. Jadilah sekarang seperti ini, mereka bertiga menikmati permainan basket teman–teman mereka di jam pulang sekolah siang ini."Biasanya Vandra selalu satu tim sama Aka, ya,“ ucap Cia tiba–tiba, membuat dua orang di sampingnya terhenyak tanpa kata.“Tapi sebentar lagi dia pergi, dia nggak akan main basket sama Vandra dan teman–teman lagi," Flo dan Merlin hanya terdiam tak mampu bersuara. Dengan sekuat tenaga mereka menahan air mata yang sedang menghib
Hari ini Cia berangkat ke sekolah seperti biasa dengan di antar Zona. Senyum manis cowok itu menghiasi bibir ketika mereka sudah berhenti di depan gerbang sekolah dan Cia mengulurkan helm yang ada di tangannya dan Zona segera menerimanya."Nanti beneran nggak apa–apa kan kamu pulang sekolah sendiri?" tanya Zona dengan nada sedikit khawatir. Dahinya sedikit mengerut menahan khawatir, namun gadis yang menghadap tepat ke arahnya itu malah tersenyum memamerkan lengkung bibirnya yang menawan, bibir merah alami yang selalu tampak segar dan basah tanpa polesan lipstick ataupun lipgloss menambah senyumnya semakin terlihat menarik."Nggak apa–apa, Kak, selama ini kan aku juga sering pulang sendiri. Karena Kak Zona yang rajin antar jemput aja jadinya aku kelihatan manja," jawab Cia tetap senyum manisnya. Zona tergelak geli, lalu terdiam menatap cukup lama wajah gadis itu, dengan hatinya yang berbicara sendiri, "Senyum itu benar ada di bibirnya, tapi mata itu tiada si
Hari sudah gelap ketika mereka tiba kembali di rumah. Sampai dengan saat ini Cia masih dalam keadaan belum sadar. Papa segera membawa putri cantiknya yang lemah tak bertenaga itu ke kamar tidurnya di ikuti sang mama yang tergopoh di belakangnya begitu juga Flo dan Merlin yang berjalan cepat setengah berlari di belakang papa. Mbak Yun yang menyambut kedatangan mereka kembali tak kuasa menahan tangis melihat keadaan Cia saat ini. Wanita itu segera berlari mendahului dengan segera membuka pintu rumah berlari cepat menuju kamar Cia untuk membantu membukakan pintunya. “Kita panggil dokter aja ya, Pa?” tanya mama yang terlihat sangat panik. “Nggak usah, Ma. Mama bersihkan Cia dan ganti bajunya aja, aku akan telepon Frans dulu,” ucap papa sambil mengelus bahu mama dengan penuh rasa sayang, berusaha menenangkan perempuan yang telah menemaninya hampir dua puluh tahun dengan menunjukkan bahwa keadaan putri mereka pasti baik–baik saja. Sambil sesenggukan mama menyeka tu
“Jadi ceritanya begini ... ”FLASH BACK ONSudah tiga minggu lebih Aka di rawat rumah sakit. Keadaannya menunjukkan kemajuan yang sangat baik, bahkan boleh di bilang mengalami perkembangan luar biasa yang melebihi ekspektasi masa kesembuhan normal. Aka sudah mulai bisa belajar berdiri meskipun di kedua kakinya terpasang pen akibat patah tulangnya. Namun begitu, setidaknya dia nggak hanya bosan tiduran saja. Dia juga sudah bisa menggerakkan tubuh dengan baik dan satu dua langkah dia sudah mulai belajar jalan. Awesome! Begitulah apresiasi yang dokter Adnan berikan. Keinginan kuat Aka untuk segera sembuh berbuah manis.Siang itu Dad dan Mom baru saja kembali dari ruang dokter Adnan. Wajah mereka terlihat tenang dan lega. Sesuai dengan informasi dokter, berdasarkan hasil pemeriksaan rontgen dan CT Scan semua organ tubuh Aka sama sekali tidak di temukan masalah yang serius, termasuk juga untuk hasil operasi di kaki dan bahunya. Dengan hasil analisa
Tanggal 13 Februari ketika Cia bersama kedua orang tua beserta Merlin dan Flo mencari Aka di rumah orang tuanya, sebenarnya pada saat tersebut mereka semua berkumpul di dalam rumah megah itu. Sepeninggal Cia, security segera melaporkan keadaan gadis itu yang terjatuh pingsan tak sadarkan diri karena tidak menemukan Aka di rumah itu. Mendengar berita seperti itu hampir saja Aka berlari keluar menyusul Cia. Rasa bersalah benar–benar sudah memenuhi hatinya. Rasanya sudah cukup, dia tidak tahan lagi, dia tidak mau gadisnya menderita lagi. Namun Zona segera menahannya, mengingat besok adalah tanggal 14 Februari bertepatan dengan Valentine Day. Di tanggal tersebut yang tepatnya hari ini, pagi–pagi sekali mereka akan segera ke rumah Cia dan biarlah saat itu menjadi surprise yang paling berkesan sepanjang hidup gadis istimewa itu.Yang terjadi pada saat itu adalah Zona menelepon Om Frans yang dia kenal cukup baik. Menceritakan semua yang sebenarnya terjadi pada Cia sekali
Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian.Cia tersenyum mengingat satu peribahasa tersebut. Di sampingnya berdiri seorang cowok yang hampir satu tahun terakhir ini memberi warna dalam kehidupannya. Tawa, tangis, bahagia dan perjuangan. Mata mereka penuh binar bahagia memperhatikan Kak Zona dan Kak Helen yang sibuk menerima ucapan selamat dari teman-teman dan keluarga.Bertempat di sebuah hotel berbintang di kota mereka, malam ini pertunangan Zona dan Helen di selenggarakan. Wajah keduanya tampak sangat bahagia. Zona dan Helen telah sama-sama berhasil menyelesaikan kuliah mereka dengan nilai yang sangat memuaskan dan saat ini keduanya hanya tinggal menunggu wisuda. Pertunangan mereka segera di langsungkan tanpa menunggu wisuda karena Zona akan segera mulai belajar mengelola bisnis keluarganya, yang otomatis membuatnya akan sering bepergian keluar kota ataupun luar negeri. Dia tidak mau kehilangan gadis yang selam
Tak terasa masa abu-abu putih sudah berlalu. Cia membuka halaman album scrap book-nya sambil tersenyum geli melihat rekaman gambar tingkah konyolnya bersama teman-teman sekelasnya beberapa waktu lalu ketika acara kelulusan. "Ah ... baru berpisah sebentar saja rasanya sudah kangen sama mereka," desis Cia tanpa memudarkan senyumnya.Tak terasa status remajanya sebentar lagi akan berubah. Bukan lagi remaja putih abu-abu tapi akhirnya menjadi anak kampus. Setelah menunggu hampir dua bulan lamanya, besok adalah hari pertamanya resmi menyandang status sebagai “anak kuliahan”. Iya, besok adalah masa Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus yang lazimnya di sebut OSPEK. Cia sebenarnya agak gugup juga, sedikit menduga-duga cerita apa yang akan dia temui esok hari. Di liriknya sekilas topi kerucut terbuat dari karton yang tergeletak di meja belajarnya, tali rafia berwarna kuning yang tergeletak pula di sampingnya.Untung kelengkapan Ospek di kampusnya tak terlalu ribet.