...Eudora kembali ke istana Thedas dengan wajah yang kacau. Penampilannya jauh dari kata baik. Setelah meluapkan seluruh emosinya di rumah Margareth, akhirnya Eudora memutuskan untuk pulang. Matanya yang sembab mengedar memperhatikan keadaan istana yang tampak sepi, hanya ada penjaga saja di sini. Eudora merenung sejenak lalu tersadar jika istana Thedas sudah seperti semula. Tidak ada dekorasi apapun seperti kemarin hari. Dalam sekejap impiannya hancur. Hati Eudora sakit dan ingin menangis lagi. Harus di mana ia menaruh wajahnya di depan para warga Thedas. Semua orang pasti berpikir jika dia adalah gadis yang menyedihkan. Di tinggalkan saat pernikahan yang bahkan belum terjadi. Tangan Eudora mengepal di ujung gaun nya. Seketika hatinya kembali panas dan kesal. Ini semua karena Anne. Gadis tidak tahu diri yang menjadi benalu di hubungannya bersama Julian. Andai Anne tidak ada, mungkin Eudora sudah bahagia dengan Julian. Langkah kakinya menuntun Eudora masuk ke dalam istana. Eudora
...Raja Eggar dari kerajaan Eden mendatangi Thedas. Tujuannya tentu untuk menjemput Eudora pulang. Setelah mendengar ucapan dari raja Charles kemarin, raja Eggar menghela nafas kecewa. Tidak menyangka jika putrinya melakukan hal senekat itu. "Charles, aku minta maaf atas semua yang sudah Eudora lakukan. Aku tidak menyangka jika dia akan melakukan hal itu," ujar raja Eggar tulus. Raja Charles hanya bisa menghela nafas panjang. Dia marah, bahkan sangat marah. Namun raja Charles juga tidak bisa menghukum Eudora karena dia menghargai Eggar sebagai sahabatnya. "Aku akan membawa Eudora pulang, kau tenang saja." Sejenak raja Eggar menjeda ucapannya. Sebelum kembali berkata pria setengah tua itu menghela nafasnya. "Dan untuk pernikahan nya, aku rasa mereka memang tidak berjodoh. Aku tidak ingin memaksakan kehendakku lagi, apalagi setelah mengetahui jika Julian tidak pernah mencintai Eudora." Meskipun kecewa berat, tetapi raja Eggar tidak bisa melakukan apapun untuk itu. Ini masalah hati
...Dua hari Julian menghabiskan waktunya untuk mencari Anne. Namun semuanya nihil. Keberadaan Anne tidak bisa Julian lacak. Gadis itu bagaikan hilang di telan bumi. Bahkan semua wilayah Thedas sudah Julian susuri, tapi sedikit batang hidung saja milik Anne tidak Julian lihat. Perasaan Julian semakin kacau dan risau. Julian takut jika terjadi sesuatu kepada Anne. Jika sampai itu terjadi, maka sungguh Julian tidak akan memaafkan dirinya sendiri. "Pangeran, semua wilayah sudah kami telusuri, tetapi Tuan Putri masih belum bisa kami temukan," ujar salah satu prajurit melapor. "Cari lagi!" Titah Julian tegas. "T-tapi ...""Apa harus aku ulangi?!" Sela Julian tajam. Seketika si prajurit itu terdiam. Tidak berani untuk membantah perintah dari Julian. "B-baik, pangeran." Julian mengepalkan tangan lalu memukul sebuah pohon dengan kepalan tangannya. Julian marah, ia sangat marah pada dirinya sendiri. Dia pasti sudah menyakiti Anne terlalu dalam. Bagaimana bisa Julian sejahat itu kepada A
...Suara itu ... Napas Anne tercekat menahan sesak sesaat mendengar suara lembut yang menyapa indra dengar nya. Tidak pernah Anne melupakan suara rendah nan dingin itu. Sedikitpun tidak akan pernah mungkin Anne lupakan. "Anne." Sekali lagi suara itu memanggilnya. Kali ini begitu sangat lembut dan hangat. Seketika air mata Anne lolos begitu saja. Dadanya memburu dengan napas yang tidak beraturan. Perlahan meski penuh keraguan, Anne menggerakkan kepalanya. Saat itu juga tubuh Anne membeku di tempat. Terdiam membisu dengan tatapan yang sulit di percaya. Julian? Pria itu ada di hadapan Anne. Berdiri dengan nyata. Mata bening milik Anne bergulir memperhatikan Julian yang berjongkok di depannya. Menatap Anne dengan lekat dan teduh. Lalu tangan besarnya bergerak menyentuh permukaan wajah cantik pucat Anne yang dingin. Sentuhannya begitu lembut dan menenangkan. Julian terus menatap Anne dalam. Sorot matanya penuh dengan kerinduan di sana. Memperhatikan wajah Anne yang begitu Julian ri
...Melewati celah pintu kayu rumahnya, Anne mengintip Julian yang kini tengah berdiri di luar. Sedikitpun tidak beranjak dari tempatnya hingga membuat Anne menggigit bibirnya cemas. Pasalnya Julian sudah berdiri di sana sejak tadi dan hari pun sudah hampir malam. Anne khawatir, takut jika Julian kenapa-kenapa. Sementara para prajurit Thedas sudah pergi lebih dulu usai Julian suruh. Sementara itu Julian dengan wajah yang dingin masih menatap lurus rumah kayu sederhana yang kini ia ketahui sebagai tempat tinggal Anne. Untuk kesekian kalinya Julian merasakan perasaan yang sakit. Melihat Anne yang tinggal di rumah kayu sederhana membuat Julian semakin merasa bersalah. Gadis itu pasti kesusahan selama ini karena dirinya. "Anne, aku tidak akan pergi sebelum kau mau bicara dengan ku!" Seru Julian berteriak tegas. Remasan tangan Anne semakin kuat hingga membuat ujung dress pendek yang ia kenakan menjadi kusut. Jantungnya berdegup tidak karuan. Sungguh, Anne belum siap harus berbicara deng
...Anne katakan jika Julian itu sangat keras kepala. Seberapa keras pun Anne mengusir Julian, dia tetap akan kalah juga. Sejak kejadian kemarin saat di mana Julian berhasil menemukan Anne dan berakhir dengan hujan lebat yang mengguyur Julian, pria itu tetap menolak ketika Anne menyuruhnya untuk pergi. Anne sudah mencoba mengusir Julian dengan lembut, tapi Julian tetap tidak ingin pergi hingga membuat Anne harus mengalah. Pagi ini Anne bangun lebih pagi karena dia harus mengantarkan kue-kue buatannya kepada bibi Maden seperti biasanya. Anne mematikan perapian yang menjadi tempat untuk memanggang semua kue miliknya. Kemudian memindahkan kue yang sudah jadi itu ke keranjang kayu yang biasa ia gunakan. Setelah semua kue-kuenya tersusun dengan rapi di dalam keranjang, Anne pun pergi. Namun langkahnya harus terhenti saat melihat kehadiran Julian di hadapannya. Rupanya pria itu sudah terbangun dari tidurnya. Sekejap Anne memalingkan wajahnya dan berusaha bersikap acuh. Entahlah Anne masih
... Raja Charles murka. Tentu saja. Dia marah karena para prajurit Thedas tidak becus dalam tugasnya. Gagal dalam membujuk Julian untuk pulang juga gagal dalam membawa Anne ke hadapannya. Raja Charles masih menutup mata dan hatinya untuk Anne. Dia masih membenci gadis itu yang ia anggap sebagai musuhnya. "Yang mulia, ampuni kami karena gagal dalam perintahmu."Raja Charles menatap begitu tajam pada prajurit Thedas yang merunduk hormat padanya. "Ampun?! Tidak ada ampun untuk kalian!" Sentak raja Charles. Kemudian raja Charles bangkit dari singgasananya lalu tanpa bisa ditahan raja Charles menendang salah satu prajurit hingga tersungkur ke tanah. Perbuatan dari raja Charles tidak luput dari pandangan semua orang di sana termasuk ratu Maria yang terkejut karena tindakan yang suaminya lakukan. "Yang Mulia!" Emosi dalam diri raja Charles seketika keluar begitu saja. Semua orang di paviliun istana menjadi korban dari kemarahan raja. "Tidak becus! Hanya membawa Julian pulang dan menye
..."Jadi apa aku sudah dimaafkan?" Ujar Julian setelah pelukan mereka terlepas. Anne mendongak dan manik mata lugunya membalas tatapan Julian padanya. Ia hanya terdiam tanpa membalas ucapan Julian. "Aku tidak tahu," jawab Anne kemudian seraya menghela napasnya. Jawaban yang terdengar ambigu membuat Julian mengerutkan keningnya tajam. Itu bukan yang ingin ia dengar dari Anne. "Tapi ..." Anne menggantungkan ucapannya diikuti dengan Julian yang menoleh padanya. "Aku tidak tahu, Julian. Aku ingin marah dan membencimu, tapi aku tidak bisa. Semakin marah padamu aku semakin memikirkanmu," ungkap Anne. Julian tersenyum tipis. Menelisik ke arah manapun yang Julian lihat hanya kepolosan dan kejujuran. Apa yang Anne katakan tidak sedikitpun ada kebohongan di sana. Tatapan lembut dari gadis itu mengatakan segalanya. Satu kecupan singkat di bibirnya membuat Anne tersentak kaget. Dia menatap Julian sebal karena selalu bertindak sesuka hati. Sedangkan Julian hanya terkekeh kecil melihat resp