Share

Proper Motion
Proper Motion
Penulis: alikakila

PROLOG

“Kembali bertingkah kontroversial, Nugi Radi lagi-lagi menjadi Trending Topic dunia maya ...”

Sayup, Samita bisa mendengar kalimat yang menguar dari video cuplikan acara gosip yang tengah disaksikan Rena–rekan kerjanya. Menolak untuk bereaksi, perempuan itu memilih tetap fokus pada layar komputernya, melanjutkan meneliti daftar harta tetap salah satu klien yang tersaji di worksheet Excel di hadapannya.

“Gila, ya, si Nugi, nggak kapok-kapok.” Suara sayup berganti gerutuan yang lebih jelas. Samita menahan senyum, dalam hati mempertanyakan mengapa temannya itu harus menggerutu hanya karena berita gosip yang ia lihat di media sosial. “Mit, lihat deh.”

Tidak lagi bisa menghindar dengan berpura-pura bodoh, Samita lantas menoleh. Raut tidak tertarik terpeta di wajahnya. “Apaan?”

“Ini, si Nugi!” sahut Rena menggebu-gebu. Samita mengenali nada Rena sebagai nada bersemangat–bersemangat menggunjingkan sesuatu, atau seseorang. “Trending lagi di Twitter gara-gara ada video dia berantem sama Kemas.”

Kening Samita berkerut. “Kemas siapa?”

“Aduh, astaga, Samit!” Rena berseru heboh, menyebabkan kerutan di kening Samita kian dalam karena tidak juga terbiasa dengan kebiasaan sang kawan yang kerap melakukan pemenggalan nama secara tidak wajar. “Kemas itu, loh, Kemas Anggara. Host-nya Tangga Nada.”

Kalimat yang mengandung berbagai kata asing itu serasa berputar di kepala Samita. Perempuan itu mengernyit lalu menggelengkan kepala, seolah sedang mengusir seekor serangga yang tengah berdengung di dekat telinganya.

Wait, wait, Ren, calm down,” pintanya kemudian. “Friendly reminder, gue nggak update soal acara TV atau pun gosip-gosip artis Indonesia, jadi kalo lo mau lanjut ngegosip, tolong jelasin ke gue dulu, mereka-mereka yang mau lo omongin ini siapa?”

Di hadapan Samita, Rena mendengkus. Matanya lalu menjelajah sekeliling. Sadar hanya ada mereka berdua di ruangan saat ini–yang artinya ia tidak punya teman bergosip lain, Rena lantas menghela.

“Jadi,” Rena memulai kembali, tampak berpikir keras memilih kalimat selanjutnya. “Kemas Anggara itu host-nya Tangga Nada, berdua sama Risa Tara. Tangga Nada tuh acara musik gitu, di ANTS-TV. Kalo lo nggak tahu acaranya, seenggaknya stasiun TV-nya lo tahu, kan?”

Samita mengangguk. Rena mendesah lega.

“Nah, si Nugi Radi–lo tahu, kan, Nugi Radi siapa?” tanya Rena lagi, yang lekas diangguki Samita.

“Lo ngomongin dia mulu tiap hari, gimana gue nggak tahu.”

“Nah, iya, dia tuh,” Rena melanjutkan, wajahnya penuh cengiran akibat mendengar kalimat Samita barusan. “Kemarin sempet jadi bintang tamunya Tangga Nada, terus tadi pagi ada akun gosip yang nge-upload video di studio Tangga Nada gitu, pas lagi break. Si Kemas sama Nugi kayak lagi berantem. Liat, deh.”

Mengatasnamakan pertemanan dan hubungan baik, Samita terpaksa menerima ponsel Rena yang diangsurkan ke arahnya. Video berdurasi kurang dari empat puluh detik itu terputar. Samita memicingkan mata demi memperoleh penglihatan yang lebih baik karena kualitas gambar yang rendah.

Suasana studio tampak santai, dua orang lelaki dan satu perempuan tampak duduk di atas properti-properti berbentuk kubus yang agaknya memang dijadikan sebagai tempat duduk dalam set. Seorang kru–Samita mengenalinya dari pakaian yang dikenakan–tampak menyampaikan sesuatu pada yang perempuan. Lalu salah seorang lelaki di set tampak bicara, Samita bisa melihat ekspresi dan gestur si perempuan seolah tidak nyaman mendengar apa pun yang dilontarkan lelaki tadi. Namun, detik berikutnya, ekspresinya kembali seperti semula. Lelaki lainnya–yang Samita kenali sebagai Nugi Radi–mendadak turut bicara. Kali ini, wajah lelaki satunya yang berubah. Ia tampak tersinggung. Alih-alih menutupi perasaan seperti rekan wanitanya, lelaki itu justru terlihat mengonfrontasi Nugi. Adegan berikutnya terjadi cepat, si lelaki–yang kini Samita yakini sebagai Kemas Anggara yang tadi disebutkan Rena–bangkit dari duduknya, menghampiri Nugi dan hampir terlibat pertengkaran fisik jika saja si kru tidak buru-buru menahan. Situasi tegang terjadi hanya beberapa detik sebelum durasi video berakhir.

Tontonan selesai.

Samita menoleh pada Rena. “Udah? Gini doang?”

Yang ditanya mengangguk, lalu mengambil kembali ponselnya dari tangan Samita. “Kacau, ya, si Nugi? Bulan lalu, dia baru kena kasus yang katanya centil ke penyanyi cewek itu. Terus sebelumnya dibilang kurang sopan ke artis yang lebih senior. Sekarang ini,” Rena menggelengkan kepala. “Gila, problematic banget.”

Mendengarnya, Samita memutar bola mata. “Problematic tapi lagunya tetep lo nyanyiin tiap hari, semua update berita harian dia lo ikutin. Dipikir-pikir nih, ya, Ren, lo ngelaporin kabar terbarunya Nugi Radi ke gue tuh, lebih sering daripada gue ngelapor kerjaan ke Mas Danu.”

“Ye, sialan!” sahut Rena cepat sembari menyambar lengan Samita dengan sebundel kertas dari atas meja. “Ya, abis. Nugi Radi tuh, apa ya, Mit...” Rena berhenti. Sorot matanya berubah memuja. “... lagu-lagunya beneran enak banget, gitu, loh. Liriknya nggak norak tapi ngena, musiknya juga sopan banget di kuping. Kayak udah dia banget gitu, aduh, lo ngerti nggak, sih?”

Samita geleng-geleng kepala. Ia mengalihkan perhatian dari Rena, mengembalikan atensinya pada layar komputer. Masih ada lima belas menit sebelum waktu istirahat berakhir. Sebentar lagi, rekan-rekan seruangannya pasti akan kembali ke meja masing-masing, begitu pula dengan Mas Danu, salah satu seniornya. Dan segera setelah kembali nanti, Danu pasti akan langsung menanyakan kemajuan dari pekerjaan yang tengah Samita kerjakan. Karenanya, ia memutuskan untuk segera menyelesaikan.

“Mit?”

“Apa?”

“Lo dengerin gue ngomong nggak, sih, dari tadi?”

Samita mendengkus. “Soal Nugi Radi? Tiap hari juga gue dengerin, Ren.” Perempuan itu lalu menoleh. “Tapi koreksian gue belum kelar, nih, mohon maaf. Nugi Radi nggak bisa bantu gue nanti kalo Mas Danu ngomel.”

Rena meringis. Ia kemudian membuat gestur mempersilakan Samita untuk kembali bekerja. Samita terkekeh kecil. Fokusnya kini penuh pada layar komputer, meneruskan kembali menandai beberapa hal dalam daftar di hadapannya. Namun, baru berpindah dua baris dari di mana Samita terakhir meninggalkan tanda, ponselnya yang terletak di dekat tetikus mendadak bergetar, menerima pesan dari aplikasi obrolan daring.

Kepala Samita tertoleh, memeriksa. Senyumnya lantas terukir tipis kala membaca nama pengirim, juga cuplikan pesan yang muncul di layar.

Nugraha Randika

Hari ini lembur? Pulang jam berapa?

Aku stay di apart ya

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status