Home / Romansa / Proposal Cinta Sang Miliarder / Bab 27: Titik Kepercayaan

Share

Bab 27: Titik Kepercayaan

Author: Resya
last update Last Updated: 2025-03-22 03:36:58

Pagi itu, langit di atas kota tampak cerah meskipun angin berhembus agak kencang, membawa kesegaran yang menenangkan. Farhan berjalan menyusuri trotoar yang rapi di depan kafe favoritnya, tempat ia sering bertemu dengan Aisyah. Ia memeriksa ponselnya sekali lagi-Aisyah sudah mengirim pesan.

"Ketemu di kafe jam 10? Ada yang ingin aku bicarakan."

Pesan itu terasa seperti benih harapan yang mulai tumbuh. Farhan tahu ini bukan hanya tentang proyek sosial yang baru saja selesai dengan sukses, meskipun itu juga bagian penting dari pertemuan mereka. Yang lebih besar dari itu adalah percakapan yang sedang menunggu mereka. Percakapan yang bisa menentukan masa depan mereka.

Setibanya di kafe, Farhan mencari Aisyah yang sudah duduk di meja yang biasa mereka pilih. Gadis itu terlihat sedikit gelisah, menatap ke luar jendela, tampaknya sedang berpikir keras. Farhan menarik kursi dan duduk di hadapannya.

"Pagi," ucap Farhan dengan senyum tipis, mencoba mencair
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 101: Akhir yang Baru

    Farhan mengabaikan rasa sakit di bahunya yang terluka. Darah mengalir pelan, membasahi lengan bajunya, tapi dia tetap berdiri tegak. Adnan menatapnya dengan cemas, sementara Yadi hanya diam, wajahnya penuh rasa bersalah. "Lo nggak apa-apa, Han?" tanya Adnan lagi, kali ini lebih tegas. Farhan mengangguk pelan. "Aku masih bisa jalan. Kita harus keluar dari sini sebelum Victor balik dengan bala bantuan." Safira, yang berdiri di dekat pintu, menatap Farhan dengan mata berkaca-kaca. "Om, kita harus buru-buru. Aku dengar suara langkah kaki di bawah." Farhan mengangguk. "Kamu benar. Kita nggak punya banyak waktu." Dia membantu Adnan berdiri, sementara Yadi sudah lebih dulu bangkit dari kursinya. Mereka bergerak cepat keluar dari ruangan itu, menyusuri lorong gelap yang penuh dengan bau debu dan besi tua. Di luar pabrik, malam semakin larut. Angin dingin menusuk kulit, tapi itu bukan masalah bagi mereka. Yang terpenting a

  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 100: Pengorbanan

    Farhan duduk di dalam mobil yang melaju pelan di jalan sempit, tatapannya kosong menatap ke luar jendela. Pikirannya berputar. Victor telah membuat langkah yang kejam kali ini. Adnan dan Yadi ditangkap. Sebuah pesan singkat dari Victor tadi pagi muncul di ponselnya: "Lo punya dua pilihan, Farhan. Selamatkan teman-teman lo atau lanjutkan misi lo menghancurkan gue. Tapi lo tau kan, dua-duanya nggak bakal gampang." Farhan menghela napas berat. Pilihannya jelas, tapi konsekuensinya menakutkan. Dia tahu ini perangkap. Victor nggak pernah bermain bersih. Safira, yang duduk di kursi belakang, memecah keheningan. "Om, kita beneran mau ke sana? Itu pasti jebakan." Suaranya gemetar, tapi dia mencoba tetap tegar. Farhan berbalik menatap keponakannya. "Om nggak punya pilihan, Safira. Adnan itu temen lama Om, dan meski Yadi udah ngelakuin banyak hal buruk, Om nggak bisa ninggalin dia begitu aja." Safira menghela napas. "Tapi Om sendiri tahu, Vict

  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 99: Jebakan Victor

    "Selamat datang, Farhan. Aku sudah menunggumu."Suara itu menggema di dalam bangunan tua yang berdiri angkuh di tengah hutan. Farhan berdiri mematung, rahangnya mengeras. Ia mengenali suara itu dengan sangat baik. Victor. Orang yang selama ini mereka kira sudah lenyap dari permainan, ternyata masih hidup dan kini berdiri di balik bayang-bayang, menunggu mereka masuk ke dalam perangkapnya."Mas, ini nggak beres," bisik Aisyah yang berdiri di belakang Farhan. Suaranya bergetar, tapi ia berusaha tetap tenang. Tangannya menggenggam erat lengan suaminya, seolah mencari perlindungan.Farhan menoleh, menatap Aisyah dengan tatapan penuh keyakinan. "Kamu sama Safira tetap di belakangku. Jangan jauh-jauh."Safira, yang berdiri di samping Aisyah, menggigit bibirnya. Ia mencoba menahan rasa takut yang mulai merayap di dadanya. "Om, kita nggak harus masuk, kan? Kita bisa cari jalan lain?"Farhan menggeleng pelan. "Nggak ada jalan lain, Safira. Kalau k

  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 98: Jejak Victor

    Telepon dari ujung sana masih bergema di kepala Farhan. Ia berdiri di tengah ruang rapat kecil itu, memandang ke arah jendela lebar yang memperlihatkan hamparan malam Jakarta. Tangan kanannya mengepal, sementara tangan kirinya memegang ponsel yang tadi ia gunakan untuk berbicara. Rodres benar-benar membawa kehancuran, dan kali ini lebih dari sekadar ancaman kecil. Ini adalah perang."Mas, kamu nggak apa-apa?" Suara lembut Aisyah memecah keheningan. Wanita itu berdiri di dekat pintu, memandang suaminya dengan raut khawatir. Farhan menghela napas panjang, mencoba meredam kekacauan pikirannya. "Aku nggak apa-apa, Aisyah. Tapi kita punya masalah besar. Rodres menyerang markas kita." Mata Aisyah membesar. "Apa? Serius? Ada korban?""Banyak," jawab Farhan singkat. Matanya masih terpaku pada jendela. "Ini lebih parah dari yang kita duga. Dia nggak cuma nyerang secara fisik, tapi juga ngambil akses ke sebagian besar data operasional kita."Aisy

  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 97: Luka Lama Terbuka

    Suasana di ruang tengah markas sementara itu terasa berat. Sisa-sisa serangan tadi malam masih membekas, baik di tubuh maupun di hati mereka. Masing-masing orang sibuk dengan pikirannya sendiri, mencoba memproses apa yang baru saja terjadi. Safira duduk di sofa dengan wajah pucat, memeluk lututnya erat-erat. Arman duduk di sampingnya, memegang bahu putrinya dengan lembut. Di sudut lain, Farhan berdiri dengan tangan terlipat, matanya menatap kosong ke arah jendela. Dia sedang berpikir keras-tentang mereka, tentang Victor, dan tentang Yadi.Di sisi ruangan, Adnan dan Yadi duduk saling berjauhan. Wajah Adnan terlihat tegang, rahangnya mengeras setiap kali matanya melirik ke arah Yadi. Sementara Yadi, meski berusaha terlihat tenang, tidak bisa menyembunyikan kegelisahannya. Dia tahu, kepercayaannya di tim ini masih sangat rapuh."Aku nggak ngerti," suara Adnan tiba-tiba memecah keheningan. "Kenapa lo masih di sini, Di? Gue nggak bakal lupa siapa lo dulu, apa yang lo la

  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 96: Serangan Tengah Malam

    Suasana di markas Farhan malam itu sunyi. Hanya suara angin yang sesekali berbisik melalui celah-celah jendela yang terbuka. Lampu di ruang utama sudah dimatikan. Farhan duduk di ruang kontrol, matanya fokus pada layar monitor yang menampilkan kamera pengawas dari berbagai sudut markas. Adnan berdiri di sampingnya, memutar-mutar pena di tangannya, tanda dia sedang gelisah. "Lo yakin kita udah siap, Han?" Adnan akhirnya membuka suara, memecah keheningan. Farhan mengangkat bahu tanpa menoleh. "Nggak ada yang pernah benar-benar siap untuk perang, Dan. Tapi kita nggak punya pilihan lain. Victor pasti datang." Adnan menghela napas panjang. "Gue cuma nggak pengin kita kecolongan. Lo tahu sendiri, Victor itu licik. Kalau dia nyerang, dia pasti udah punya rencana cadangan." Farhan akhirnya menoleh, menatap Adnan dengan pandangan tajam. "Makanya kita nggak cuma siapin jebakan biasa. Semua orang udah di posisi mereka, Dan. Gue percay

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status