Share

03. Apa Maksud Mereka

Arlan lalu menghentikan mobilnya sebentar di pinggir jalan, memastikan keberadaan istrinya di suatu tempat.

Hal itu membuatnya terkejut saat melihat keberadaan Alisa ada di sebuah hotel bintang lima.

“Apa dia pergi ke hotel? Katanya meeting dengan klien tetapi kenapa mereka ke sana, ada apa ini?”

“Mudah-mudahan tebakanku ini salah, tetapi jika kamu menjual harga dirimu hanya karena uang, lihat saja kamu Alisa, aku tidak akan memaafkanmu!”

Arlan bergegas melajukan kembali mobilnya sambil menghubungi seseorang.

Tak lama kemudian seorang laki-laki sedang berdiri di pinggir jalan dengan membawa sebuah tas kecil dan sebuah jas yang di gantung.

Mobil Arlan menepi dan membukakan secara otomatis untuk bisa orang itu masuk ke dalam mobil dan menaruh tas dan pakaian bergantung itu dengan rapi.

Setelah selesai orang itu keluar dan Arlan pun melanjutkan perjalanannya dengan cepat.

Sepuluh menit kemudian akhirnya Arlan sampai dan  semakin yakin kalau istrinya berada di hotel itu karena dia bisa melihat jelas mobil mewah milik Pak Bima terparkir di sana.

Pria itu tersenyum saat melihat nama hotel itu terpampang jelas.

Setelah mengamati dengan saksama sekitar hotel itu, Arlan langsung masuk ke hotel dan mencari restoran di sana.

Kedua matanya bergerilya mencari sosok wanita yang sangat dia cintainya di dalam sana sampai akhirnya dia melihat Bima dipojok meja makan bersama Pak Dewa klien mereka.

“Itu ada Bima dan Pak Dewa, tetapi di mana Alisa?” tanyanya dalam hati.

“Tidak mungkin dia sudah ada di kamar menunggu pria tua itu?” tanyanya lagi dengan gusar.

Arlan lalu mencari tempat duduk yang sekarang bisa memantau pergerakan mereka, dia pun menunggu sebentar siapa tahu Alisa akan muncul di meja mereka.

Lima menit berlalu akhirnya Alisa pun muncul dengan pakaian yang sama saat keluar dari rumahnya.

Wajahnya berseri-seri saat bertemu dengan pria hidung belang itu.

“Apa maksud semuanya ini mengapa Pak Bima membawa Alisa untuk bertemu Pak Dewa?” tanyanya lagi semakin penasaran.

Untung saja tempat duduk yang dia duduki nyaris berdekatan dengan tempat duduk mereka hanya dibatasi dengan dinding penghalang sejenis papan ukiran yang berlubang.

Arlan lalu memasang kamera di ponselnya untuk merekam semua kegiatan mereka. Terdengar jelas kalau mereka sedang melakukan transaksi  yang tidak biasa.

Dia pun sudah melakukan penyamaran dengan memakai jenggot palsu dan berkacamata tebal yang dia bawa dari mobilnya.

“Bagaimana Pak Dewa apakah Bapak menyetujui syarat dari kami?” tanya Pak Bima dengan senyuman liciknya.

Pria tua itu terdiam sejenak sembari kedua matanya tidak lepas dari pandangan seorang wanita cantik yang duduk di sampingnya.

Sedangkan wanita itu malah mempertontonkan kemolekan tubuhnya yang putih mulus ke pria itu secara gratis.

“Bagaimana Pak?” tanyanya lagi tak sabar menunggu jawaban dari orang itu.

“Dasar wanita murahan, gampang sekali dia merendahkan dirinya sendiri hanya untuk pria tua itu, apa sih yang membuat Alisa berpaling dariku?”

“Apakah karena aku miskin dan cupu?”

“Kamu salah besar Alisa kalau kamu menilaiku seperti itu, seandainya saja kamu tahu kalau aku bisa melebihi apa yang dimilik Pak Bima, kamu pasti tidak akan meninggalkanku!”

“Sekarang aku yakin seratus persen untuk bisa menceraikanmu, karena kamu wanita penipu!”

“Aku sudah salah besar menikahimu, padahal aku sudah banyak berkorban untukmu dan aku malah tidak peduli dengan Ibu tiriku sendiri.”

“Pantas saja Ibu tidak menyukaimu dari awal dan ternyata omongan Ibu menjadi kenyataan, kalau kamu itu hanya ingin mencari tempat berlindung dan memang tidak mencintaiku!”

Arlan hampir saja tidak bisa mengendalikan emosinya, tetapi dia kembali mengingat kalau dia harus membuka kedok istrinya yang hanya berpura-pura mencintainya.

Pria itu lalu melanjutkan mendengarkan apa saja yang mereka bicarakan.

“Saya setuju dengan kerja sama ini asalkan Alisa menjadi simpanan saya.”

“Semua yang kamu inginkan untuk bergabung di perusahaanmu akan saya penuhi termasuk menyuntikkan dana di perusahaanmu yang bangkrut itu.” Pak Dewa dengan tatapan tajamnya tetap ke arah Alisa yang begitu menarik perhatiannya.

“Itu bisa di atur lah Pak, yang penting Bapak senang dan kami juga bisa membangun perusahaan lagi,” ucap Bima bersemangat.

“Oke, deal!” Mereka saling berjabat tangan yang menandakan kesepakatan itu berhasil.

“Terus bagaimana dengan Arlan, si cupu itu tahu kalau istrinya ada bersama saya?”  tanya Pak Dewa tersenyum licik.

“Tidak lah Pak, dia sekarang masih buta mungkin akan selamanya menjadi buta, bahkan sampai sekarang pun dia itu seperti benalu,” jawab Bima menghinanya.

“Hahaha ... anehnya juga si Arlan, orang jelek seperti dia, penampilan kampungan, tetapi kok bisa sih kamu mau sama dia, Lisa?” tanya Pak Dewa ikut juga merendahkan.

“Ya namanya juga dulu cinta Pak, tetapi semenjak dia buta dan tidak bisa bekerja, saya sudah tidak menyukainya lagi, lagian permainan dia sangat monoton,” ujar Lisa ikut menyepelekan Arlan.

“Hahaha ... baiklah kalau begitu.”

“Saya duluan ke kamar ya Sayang jangan lupa, jika pelayanan kamu sangat memuaskan maka timbal baliknya akan sama, kamu mengerti kan?” tanyanya sembari mencolek dagu Alisa.

“Iya Pak, sebentar saya ke sana, Bapak jangan khawatir,” ucapnya tersenyum sembari memberikan kecupan hangat di pipi lelaki tua itu.

Otomatis dia pun merasa bahagia karena mendapatkan kecupan mesra dari wanita yang sudah lama dia incar selama ini untuk menemaninya tidur dan bersenang-senang.

“Arlan-Arlan sekarang istrimu yang cantik ini akan menjadi milikku, dia sendiri yang datang kepadaku, dan aku sangat menyukainya.”

“Istrimu tidak tahu kalau aku dan Bima akan membuat istrimu melayani semua pria seperti aku, dengan begitu balas dendamku karena telah menghinaku akan terbalaskan.”

“Sebelum itu aku akan bermain-main dulu dengan istrimu dan setelah aku bosan aku akan lempar dia di jurang penistaan,  sampai kamu sendiri tidak bisa menyelamatkan dirinya,” gerutu Pak Dewa  dalam hati dan berjalan meninggalkan mereka berdua di restoran hotel itu.

Sementara itu Alisa dan Bima masih duduk manis menikmati makan malamnya dengan anggun.

“Sayang apakah kamu gugup?” tanya Bima seketika.

“Apa, Sayang?” tanya Arlan dalam hatinya.

“Maksudnya mereka juga pacaran?” lanjutnya lagi.

“Mas, apakah aku harus melakukan ini semua?”

“Bagaimana kalau Mas Arlan tahu  dengan apa yang aku lakukan?” tanyanya khawatir.

“Sayang dia bakalan tidak tahu selama kamu tidak memberitahukannya, apalagi dia itu buta dan beri obat ini, dia akan menjadi linglung bahkan berhalusinasi dengan begitu kamu bisa menggugat cerai si cupu itu,” jelasnya sembari memberikan sebuah botol yang berisikan obat kepada Alisa.

“Lagian dia tidak tahu kalau kamu sebenarnya adalah pacarku dulu waktu kuliah, sampai sekarang pun aman kan?”

“Mas sih, coba waktu itu kamu mau bertanggung jawab dengan kehamilanku, dengan begini kan aku nggak pura-pura jatuh cinta sama si cupu itu!”

“Soalnya aku takut Mas jika orang tuaku tahu aku hamil sebelum menikah, mau taruh di mana reputasi mereka?” gerutunya kesal.

“Sayang, aku minta maaf, saat itu aku disuruh Papi untuk pergi ke luar negeri untuk mengurus Mami di rumah sakit, karena Papi waktu itu sedang berada diluar kota dan nggak bisa meninggalkan pekerjaannya, jadi sebagai anak tertua mau tak mau aku harus pergi ke sana,” kilahnya.

“Dan sekarang aku kembali kan Sayang, dan kita bisa kembali memadu kasih, walaupun kamu sudah menikah kamu tetap sangat menarik dari dulu hingga sekarang.”

“Kamu ingin kan hidup mewah tidak seperti hidupmu sekarang bersama Arlan?”

“Aku sih iya, Mas Arlan itu ternyata miskin, tidak punya apa-apa, walaupun dia itu pekerja keras dan sudah mempunyai rumah tetapi kecil, tetap saja selalu tidak memuaskan.”

“Aku pikir Mas Arlan itu pria yang kaya raya, ternyata zonk, nyesal aku menikah dengannya!”

“Aku mau pisah dengannya Mas, dan kita bisa menikah, kamu mau kan?” tanya Alisa penuh harap.

 

 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status