“Mudah-mudahan dia mau bekerja sama dengan kita,” jelasnya sambil memuji Alisa.
“Iya, saya sangat bersyukur mempunyai istri secantik dan sepintar Alisa, Pak!”“Dia selain istri juga bisa sebagai partner kerja yang patut diacungi jempol.” Arlan ikut memuji istrinya di depan Pak Bima dengan bangga.Tak lama kemudian Alisa turun dengan langkah kaki dari sepatu hak tingginya. Seketika Arlan terkejut dengan penampilan Alisa yang berpakaian terlalu minim.Memakai dres hitam yang ketat memperlihatkan lekuk tubuh bak gitar Spanyol, tanpa lengan dengan sedikit melihatkan belahan yang menggoda di bagian atas, sedangkan bagian bawah terlalu pendek sehingga memperlihatkan juga kaki jenjangnya yang putih mulus.Rambut hitamnya dibiarkan terurai panjang, hanya memakai penjepit rambut kecil berwarna putih. Dandanannya tidak terlalu tebal karena Alisa sudah memiliki paras yang cantik, sehingga tidak terlalu menggunakan make up yang berlebihan.Arlan ingin menegurnya tetapi dia tidak ingin dua orang itu tahu kalau dia sudah bisa melihat.“Apa yang kamu pakai Alisa, pakaianmu terlalu terbuka dan untuk datang dan pergi dengan Pak Bima memakai pakaian seperti ini?”“Siapa yang ingin kamu goda, Sayang, pakaianmu seperti mengundang pria hidung belang untuk menyentuhmu!”Akhirnya dia pun membiarkan sementara apa yang diperbuat oleh istrinya itu.“Wah, kamu sangat cantik sekali Say ...”Maksudnya kamu tampil beda hari ini Alisa, pasti klien kita akan terpesona melihat kecantikanmu seperti ini ... Amazing!” Puji Bima tak henti-hentinya melihat ke arah Alisa.Arlan yang melihat mereka saling bertatapan mesra membuatnya terbakar api cemburu, seakan-akan mereka tidak peduli ada orang lain yang memperhatikannya.“Kamu pasti sangat cantik ya Sayang, tetapi aku tidak bisa melihatmu memakai pakaian apa,” ucapnya berbohong.“Aku memakai pakaian biasa kok, Mas nggak terlalu seksi, lagian ini hanya bertemu klien biasa kok.”“Oh ya, Mas, aku nanti pulang telat jangan tunggu aku!”“Kamu kan perlu banyak istirahat dan ini aku berikan hadiah untukmu, aku nggak lupa kan sama kamu, Mas?” tanyanya.Alisa memberikan bungkusan itu ke tangan Arlan. Dia pun menerimanya dengan bahagia, karena baru kali ini Alisa begitu perhatian memberikan sebuah hadiah.“Apa ini, Sayang?”“Apakah kamu serius memberikan aku hadiah?”“Iya Mas, aku ini istri kamu dan aku peduli dengan kamu, Mas!”Arlan langsung membuka bungkusan itu dengan cepat, hatinya yang tadi merasa cemburu, kini berubah menjadi cinta kembali.“Apa ini, sayang, semacam buku?”“Aku kan nggak bisa melihat Sayang, untuk apa kamu membelikan ini?”“Mas, ini memang sebuah buku, tetapi ini sangat istimewa karena aku khusus membelikan kamu sebuah buku untuk kamu bisa baca dengan menggunakan huruf braille.”“Dengan begitu kamu ada kegiatan membaca dari pada tidur melulu kan, lebih baik kamu belajar mulai sekarang menggunakan huruf itu jadi terbiasa, iya kan?”“Mas, aku pergi dulu takut telat,” ucapnya sambil mengecup pipi Arlan sekilas.“Sayang, kamu nggak makan dulu, sedikit saja aku sudah ...”“Arlan kami pergi dulu, Assalamu’alaikum!”“Wa’alaikumsalam,” jawabnya pelan.Mereka pergi meninggalkan Arlan begitu saja, membuat hatinya pun terasa hancur. Tangannya mengepal ingin sekali menyudahi sandiwara ini tetapi dia urungkan karena tidak ingin bertindak gegabah.Bi Atun lalu menutup pintu ruang tamu setelah melihat kedua orang itu naik mobil dan pergi secepat kilat.Arlan yang terdiam dan terduduk sambil memegang buku pemberian istrinya, jiwanya terasa hampa, tak ada gairah hidup lagi seakan-akan ada yang ingin mempermainkan hidupnya.“Apa maksudnya ini, Bi?”“Kenapa Alisa begitu dekat dengan Pak Bima, apakah mereka mempunyai hubungan spesial di belakangku?”“Apakah Bibi tahu selama ini, kalau Alisa bermain api dengan orang lain?”“Jawab, Bi!”“Apakah mereka sering melakukan hal ini di belakangku?” Pertanyaan yang bertubi-tubi membuat Bi Atun tidak bisa lagi mengelak.“Den, Bibi sebenarnya juga kurang tahu tetapi memang Pak Bima sering ke sini dua bulan terakhir ini tetapi selebihnya Bibi juga kurang tahu Den!”“Neng Alisa selalu pulang larut malam, alasannya lembur, Den, dan Bibi tidak terlalu banyak bertanya karena Bibi lihat dia selalu terlihat kelelahan,” jelas Bi Atun.“Ah, sial aku pergi ke luar kota ternyata mereka bermain api di belakangku!”“Bi, masakan itu terserah Bibi mau apakan, yang penting jangan dibuang, habiskan saja jangan sampai ada yang tersisa atau bagikan saja kepada tetangga sekitarnya, biar bagaimanapun kita tidak boleh membuang makanan iya kan, Bi?”“Aku mau ke kamarku dulu, jangan ganggu aku Bi!”“Lihat Bi, Alisa memberikan aku hadiah istimewa sebuah buku untuk aku baca dengan menggunakan huruf orang buta,” ucapnya sambil pergi membawa buku itu ke kamarnya.“Ya Allah Den, yang sabar ya Den.”“Bibi nggak tahu harus berbuat apa!”“Apa kurangnya Den Arlan, dia baik, pintar dan bertanggung jawab, dia pun sebenarnya kaya tetapi Den Arlan tetap menyembunyikan identitasnya dari Neng Alisa.”“Bibi jadi bingung ada apa dengan mereka?”“Kenapa sama-sama menyembunyikan identitas masing-masing?” tanya Bi Atun bingung sekaligus penasaran.Arlan yang tadi baru sampai di kamar, dia lalu membuang buku itu dengan kasar di sembarang tempat, sehingga buku itu hampir saja terlepas dari sampulnya.Pria tinggi itu lalu mematut dirinya di hadapan cermin di meja tata rias istrinya.Menatap lekat dari ujung kaki sampai unjung rambut, lalu memegang wajahnya berkali-kali.“Bima Anjasmara Dirgantara aku tidak tahu ada hubungan apa dengan istriku yang jelas aku akan membongkar pengkhianatan kalian dengan mataku sendiri.”“Dan apa ini ... sepertinya aku tidak kalah tampan dengan Bima,” ucapnya sambil mendekat wajahnya di cermin.Lalu dia mencoba mengubah tatanan rambutnya yang biasa dengan mengacak sedikit rambutnya sehingga menjadi sedikit bervolume.Biasanya Arlan memakai kaca mata tebal kini dia mencoba membukanya dan dia pun dengan bangga mengatakan kalau dirinya juga tampan.“Apakah ini aku?”“Kenapa aku baru sadar kalau aku juga tampan?”Arlan lalu pergi ke kamar mandi, dan dia mengambil alat cukur, lalu membersihkan jenggotnya yang sudah lama belum dibabat habis, biasanya dia tinggalkan kumis tipis di sekitar bibirnya kini dia cukur habis sehingga tidak ada satu pun bulu yang menempel di sekitar pipinya.Dia kembali menyadari kalau dirinya yang sekarang telah berubah, wajah yang tampan nan rupawan.Setelah itu dia menghampiri lemarinya dan mencari pakaian yang cocok dengan dirinya, tetapi baginya tak ada satu pun yang bagus menurutnya.“Ah ... tidak ada yang bagus, pantas saja Alisa berpaling dariku karena Bima lebih menarik hatinya di banding diriku yang tampil apa adanya."“Aku sudah dulunya buta, pakaianku ketinggalan zaman, terlalu rapi dan rambutku sepertinya harus di rapikan sedikit,” ucapnya dalam hati.Arlan lalu pergi dari kamar dan kembali menjadi Arlan yang polos dan lugu, tak lupa dia memakai masker agar Bi Atun tidak melihat perubahan wajahnya.“Bi, aku mau pergi dulu, ada perlu,” ucap ya saat melihat Bi Atun sedang bersantai di ruang keluarga sambil menonton televisi.“Mau ke mana Den, nanti kalau neng Alisa pulang dan dia tahu Aden nggak ada bagaimana?”“Dia akan pulang larut malam Bi, tidak mungkin dia akan datang cepat, apalagi jika terbukti mereka mempunyai hubungan spesial,” jelasnya tersenyum kecut.“Bi, Assalamu’alaikum!”“Wa’alaikum salam, hati-hati di jalan!” Arlan dengan cepat melajukan mobilnya, membelah jalanan yang masih terlihat ramai.“Baiklah Alisa , aku ingin tahu apa yang kamu lakukan di luar sana sampai-sampai kamu memakai pakaian seperti itu, untung saja aku sudah memasang GPS di ponselmu, sehingga aku tahu di mana kamu sekarang,” ucapnya dalam hati sambil tersenyum.Arlan lalu menghentikan mobilnya sebentar di pinggir jalan, memastikan keberadaan istrinya di suatu tempat.Hal itu membuatnya terkejut saat melihat keberadaan Alisa ada di sebuah hotel bintang lima.“Apa dia pergi ke hotel? Katanya meeting dengan klien tetapi kenapa mereka ke sana, ada apa ini?”“Mudah-mudahan tebakanku ini salah, tetapi jika kamu menjual harga dirimu hanya karena uang, lihat saja kamu Alisa, aku tidak akan memaafkanmu!” Arlan bergegas melajukan kembali mobilnya sambil menghubungi seseorang.Tak lama kemudian seorang laki-laki sedang berdiri di pinggir jalan dengan membawa sebuah tas kecil dan sebuah jas yang di gantung.Mobil Arlan menepi dan membukakan secara otomatis untuk bisa orang itu masuk ke dalam mobil dan menaruh tas dan pakaian bergantung itu dengan rapi.Setelah selesai orang itu keluar dan Arlan pun melanjutkan perjalanannya dengan cepat.Sepuluh menit kemudian akhirnya Arlan sampai dan semakin yakin kalau istrinya berada di hotel itu karena dia bisa m
“Sayang, apa sih yang nggak buat kamu?”“Apa pun yang kamu minta pasti aku turuti, tetapi menikah itu kan perlu modal yang banyak dan kamu tahu sendiri uangku sekarang kurang, makanya kita perlu ada orang yang mau menginvestasikan dananya untuk di perusahaanku!”“Jalan satu-satunya yang harus begini.”“Kamu mau kan membantuku, Sayang?” tanyanya penuh harap.“Baiklah Sayang jika itu yang kamu mau, aku siap untuk melakukan apa pun karena aku sangat mencintaimu dan aku harap kamu tidak berpaling dariku setelah aku melakukan hal ini,” jawabnya dengan penuh penekanan.“Terima kasih, Sayang kamu memang wanita idamanku!”“Sekarang sudah waktunya bekerja, anggap saja yang ada di ranjang itu adalah aku, tunjukkan kemampuanmu untuk menarik hatinya, dia bahkan tidak segan-segan mengeluarkan banyak uang untuk bisa mendapati kamu, Sayang.”“Baiklah, aku pergi dulu nanti kalau telah selesai, tolong antarkan pulang, aku takut Mas Arlan curiga dengan apa yang aku lakukan,” jawabnya tersenyum.Setel
Pak Seno mulai gugup kembali, keringat dingin sudah membanjiri keningnya. Lalu mengambil sapu tangan di saku celana untuk mengelap semua keringatnya itu.“Pak Seno kenapa?”“Bapak sakit ya? Ada apa Pak Seno?”“Maaf Pak ... mak-maksudnya apa ya Pak sudah beres semua?” tanyanya sedikit gugup.“Tidak ada ... saya tidak akan melakukan apa pun yang membuat nama hotel ini tercemar.”“Bapak kan tahu siapa saya, bahkan untuk menyakiti seseorang itu harus tahu dulu siapa lawan kita, karena saya tidak mau sembarangan untuk menyakiti seseorang,” jelasnya dengan tatapan dingin.“Tenang saja, mereka aman bahkan tidak terluka sama sekali,” jawabnya dengan tenang.“Oh ... Alhamdulillah kalau begitu, saya tidak akan terlibat.”“Saya pikir Bapak menghabisi mereka ...‘’Hahaha ... tidak Pak Seno, saya tidak sejahat itu untuk membuat musuh saya dengan mudahnya ... tetapi saya lebih suka melihat mereka menderita secara perlahan-lahan, bukankah itu sangat mengasyikkan, Pak Seno?” tanyanya sembari menyerin
“Aku juga sependapat denganmu, entahlah siapa yang sudah mau mencelakakan ku.”“Sebenarnya banyak yang patut dicurigai, tetapi aku tidak ingin membahasnya dulu.”“Fokuskan dulu ke satu masalah ini, firasatku mengatakan kalau hidup Allisa dalam bahaya.”“Walaupun aku sudah mulai membencinya tetapi karena dia masih berstatus kan istriku, aku harus berpura-pura menjadi suami yang baik hati dan buta.”“Kamu memang aneh, Radit!”“Banyak orang ingin menjadi kaya, tidak mau hidup miskin tetapi kamu malah memilih hidup seperti ini,” celetuk Panji.Arlan hanya menanggapinya dengan menatap tajam ke arahnya, sesekali menyeruput dan menikmati kopi hitamnya sembari menyunggingkan sebuah senyuman kecil di sudut bibirnya.“Apa yang kamu pikirkan, Lan?” “Tidak ada, hanya saja aku masih ke pikiran tentang Alisa dan Bima.”“Kamu cemburu?”“Tidak, setelah aku tahu dia mempunyai hubungan spesial dengan Bima, rasa cinta itu kini telah menjadi benci ,” jawabnya santai.“Aku membenci yang namanya kebohong
“Pasti Bima yang membawanya ke sini!” teriaknya dalam mobil sambil memukul-mukul pegangan setir sehingga terlihat kemerahan.Rahangnya mengeras , tatapan seperti elang yang sangat mengerikan.“Aahhhh ... Kurang ajar kamu Bima!”“Kamu akan menerima semua pembalasan bila sudah waktunya tiba, akan kubuat hidup kalian menderita sehingga kalian sendiri yang ingin mengakhiri hidup kalian sendiri!” teriakan kembali.Dengan perasaan campur aduk antara khawatir, marah, benci, membuatnya hampir saja kehilangan akal untuk melabrak langsung mereka, tetapi kemudian dia bisa kembali mengatur emosinya kembali sesaat.“Tenang Arlan ...tenang belum saatnya aku bertindak gegabah, mereka harus mengira kalau aku tidak bisa apa-apa, baiklah kita lihat apa yang akan kamu lakukan kepada Alisa, Bima!” Arlan berjalan menuju lobi hotel itu dengan penuh percaya diri, dia kembali merapikan dirinya yang sedikit berantakan.Nampak dari luar tempat itu adalah hotel mewah berbintang lima, dengan gaya klasik modern.
“Tu-tuan ini serius?”“Tuan nggak salah tuliskan?”“Saya belum menunjukkan semua wanita cantik yang di sana tetapi Anda sudah berani membayar saya dengan jumlah besar seperti ini?”“Kenapa apakah masih kurang jumlahnya? Harga itu baru separuhnya dan jika sangat memuaskan saya akan membayarnya lebih, “ jawabnya santai.“Oh tidak Tuan, hanya baru pertama kali ada yang memberikan saya selembar cek dengan harga yang sangat fantastis, tentu saya akan memprioritaskan Anda sebagai tamu eksklusif,” jawabnya semringah.“Baiklah, sekarang tolong perlihatkan wanita yang betul-betul baru, cantik, dan juga sangat memesona, tentunya dia harus bersih dan terhindar dari segala penyakit,” jelasnya panjang lebar.“Tentu Tuan, kami bisa memberikan wanita terbaik kami. Wanita itu tidak sembarang orang di pakai, karena dia sangat berbeda, walaupun sudah memiliki suami tetapi tubuhnya tetap terjaga dan bebas dari penyakit apa pun.”“Dia memang sangat cantik dengan tubuh yang menarik dan untuk mendapatkan
Ba-baik Tuan, kami akan menyiapkan kamar yang terbaik sesuai keinginan Tuan, “ ucap Doni sembari menyuruh asistennya menyiapkan kamar spesial untuk mereka.”“Tunggu, bawa wanita itu ke kamar langsung dan jika selesai tolong beri tahu saya,” ucap Arlan tegas tanpa melihat Allisa.“Beres Tuan, perintahmu akan kami laksanakan, sambil menunggu, lebih baik kita berbincang sebentar dan perkenalkan dia adalah partner bisnis saya yang saya ceritakan tadi,” jelas Doni bersemangat.Arlan menatap ke arah Bima yang terlihat tersenyum bahagia. “Perkenalkan nama saya Bima Anjasmara Dirgantara, saya juga pemilik tempat ini juga bisa dibilang usaha sampingan,” ucapnya sembari mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.Namun, Arlan tidak menggubrisnya dan tidak ingin menjabat tangan Bima. Rasa kikuk kemudian membuat Bima kesal, tetapi karena ingin mendapatkan umpan besar dia pun harus bisa mengontrol emosinya agar tujuannya tercapai.“Apakah kalian sudah lama membuka usaha ini?” tanya Arlan de
Allisa memandangi wajah dan bentuk tubuhnya sendiri.“Sempurna, aku masih terlihat seperti gadis dan sangat menarik, tidak mungkin pria tampan itu tidak tergoda denganku,” ucapnya tersenyum bahagia dengan penuh keyakinan, tetapi ada rasa canggung.“Aku semakin gugup dan pipiku merona, kenapa aku ini?”“Tenang Allisa, kamu kenapa? Ayuk tarik napas dalam-dalam dan hembuskan,” ucapnya dan mempraktikkan untuk dirinya sendiri.“Tetap nggak bisa, bagaimana ini dan sekarang tanganku gemetar? Dan jantungku? Ayolah Allisa ini bukan pertama kalinya berhubungan dengan pria lain tetapi mengapa dengan yang satu ini sangat berbeda?” “Saat menatap matanya seperti ada sesuatu yang disembunyikan tetapi apa itu? Entahlah ... aku semakin dibuat penasaran oleh pria itu.”“Atau bagaimana kalau aku meminum obat itu, agar semakin ... ah tidak ... Aku tidak ingin melakukannya dengan pria ini, biarlah cinta itu datang dengan sendirinya, sepertinya aku juga sangat tertarik dengan pria ini ... siapa lagi nam