“Sayang, apa sih yang nggak buat kamu?”
“Apa pun yang kamu minta pasti aku turuti, tetapi menikah itu kan perlu modal yang banyak dan kamu tahu sendiri uangku sekarang kurang, makanya kita perlu ada orang yang mau menginvestasikan dananya untuk di perusahaanku!”“Jalan satu-satunya yang harus begini.”“Kamu mau kan membantuku, Sayang?” tanyanya penuh harap.“Baiklah Sayang jika itu yang kamu mau, aku siap untuk melakukan apa pun karena aku sangat mencintaimu dan aku harap kamu tidak berpaling dariku setelah aku melakukan hal ini,” jawabnya dengan penuh penekanan.“Terima kasih, Sayang kamu memang wanita idamanku!”“Sekarang sudah waktunya bekerja, anggap saja yang ada di ranjang itu adalah aku, tunjukkan kemampuanmu untuk menarik hatinya, dia bahkan tidak segan-segan mengeluarkan banyak uang untuk bisa mendapati kamu, Sayang.”“Baiklah, aku pergi dulu nanti kalau telah selesai, tolong antarkan pulang, aku takut Mas Arlan curiga dengan apa yang aku lakukan,” jawabnya tersenyum.Setelah pembicaraan yang panjang, akhirnya Arlan tahu siapa wanita yang dinikahinya, perasaannya begitu hancur berkeping-keping. Dia terduduk lemas saat tahu kalau anak yang dikandungnya dulu ternyata adalah anak dari Bima pacarnya.Ingin meluapkan kekesalannya di hadapan mereka, tetapi dia urungkan karena ingin membalaskan dendam dengan permainan yang cantik pula.“Apa ... begitu banyak kebohongan yang disembunyikan oleh wanita itu!”“Dan sekarang atas permintaan Bima pacarnya dia mau saja menuruti kemauan orang itu!”“Kamu betul-betul sakit jiwa, Alisa!”“Dasar bodoh, mau-maunya dia diperalat oleh Bima, yang jelas-jelas tidak mau menikahi kamu karena sudah menjadi barang bekas!”“Selama ini aku juga tertipu!”“Bodohnya aku selalu mempercayai mereka padahal mereka sudah melakukannya di belakangku selama ini!”Setelah makan malam, Alisa pun pergi ke kamar hotel itu yang sudah dipesan oleh Pak Dewa.Sedangkan Bima masih duduk dan kembali memesan kopi hitam.Dia sangat menikmati bau khas kopi hitam itu, menghirupnya dalam-dalam dan tersenyum puas.“Alisa ... gampang sekali dia dibohongi, aku tidak pernah mencintaimu, Sayang!” “Aku hanya ingin membuat kamu jatuh cinta lagi supaya apa yang aku inginkan tercapai, hahaha ...” ucapnya sambil menyeruput kopi hitam itu dengan nikmat.“Apa maksud perkataannya, apa yang diinginkan Bima dari Alisa?”“Dasar Bima, apa yang dia sembunyikan?” tanyanya dalam hati.Setelah menghabiskan secangkir kopi hitam, Bima pun ke luar dari restoran itu. “Gawat ini, Alisa dalam masalah besar!”“Apakah aku harus menolongnya dari pria tua itu atau tidak?”“Ah tidak buat apa, dia sendiri yang mau dan sukarela.”“Ah kenapa aku menjadi dilema?”“Alisa sudah banyak berbohong dariku, apakah aku pantas menolongnya?” tanyanya dalam hati.Arlan menjadi bimbang, di sisi satu dia masih sangat mencintai Alisa tetapi disisi lainnya ternyata dia sudah berselingkuh dengan Bima.Namun hati kecil Arlan juga tidak tega membiarkan Alisa sendiri, dan atas kemanusiaan dia pun berniat untuk membantunya agar tidak sampai terjerumus yang lebih dalam lagi.“Ya aku harus menolongnya karena dia masih berstatus kan istriku, tidak mungkin aku membiarkan semua ini terjadi.”“Entah apakah ini yang pertama atau sudah sekian kalinya dia melakukan perbuatan kotor ini,” gerutunya kesal.Arlan tidak tahu kalau Alisa bukan pertama kali melakukan hal ini, sudah hampir satu tahun profesi baru Alisa sebagai wanita panggilan tidak diketahui olehnya.Setelah merasa yakin batang hidung Bima tidak ada, Arlan lalu mengambil ponselnya untuk menghubungi sahabatnya yang bernama Panji.Nada tersambung seketika ...@Panji[Ya halo Bro, ada apa?]@Arlan[ Ada tugas buat kamu, Nji] @Panji[ Ada apa?] @Arlan[Pak Dewa ada di dalam hotel ini dan dia ingin menghabiskan malam ini bersama istriku] @Panji[Apa? Yang benar nih, serius?] @Arlan[Nanti aku jelaskan, sekarang buat bagaimana caranya agar mereka terganggu atau tidak jadi melakukan hal yang memalukan itu] @Panji[Baik Bos, laksanakan]“Pak Dewa, entah apa yang kalian rencanakan untuk Alisa tetapi semua itu akan hancur bersama namamu yang selalu diagungkan.Arlan lalu pergi dari restoran itu untuk mengambil pakaiannya yang telah dibawa oleh salah satu pelayannya dan bergegas ke toilet, setelah itu dia pun segera membuka penyamarannya.Pria tinggi itu membuat penampilan baru yang akan dikagumi oleh semua banyak wanita.Setelan jas yang terlihat mewah berwarna hitam, dengan gaya rambut yang berbeda pula, wajah yang glowing tidak ada bulu-bulu halus di wajahnya.“Waw ... ternyata aku sangat tampan tidak kalah dengan Bima.”“Bagaimana kalau Alisa melihat wajahku yang seperti ini, apakah dia jatuh cinta atau dia hanya mau kekayaanku saja?” tanyanya sembari mematut dirinya di cermin dan tersenyum kecil.Setelah merasa cukup meyakinkan Arlan lalu kembali ke restoran itu dan duduk dengan tenang di sana.Nampak dari jauh seorang pria setengah baya langsung menghampiri Arlan dengan sigap.“Selamat malam Tuan Radit.”Arlan sedikit terkejut karena salah satu stafnya ada yang mengenalinya.Dia adalah seorang Manajer hotel yang bernama Pak Seno.“Selamat malam Pak Seno.”“ Maaf Pak, Ada yang bisa saya bantu?”“Tumben Bapak tidak memberitahukan kalau mau datang ke sini?” tanyanya dengan sedikit kikuk.“Kenapa, tidak boleh saya datang ke sini?”“Bukan begitu Pak, maksudnya saya bisa menyambut Bapak dengan baik, tadi saya nggak tahu kalau yang duduk di meja ini adalah Bapak, begitu,” jelasnya dengan tersenyum datar.“Oh ya, Bapak kok bisa tahu kalau saya Raditya Arlan Erlangga Adtmaja?” tanyanya penasaran.“Maaf Pak, saya memang bisa mengenali dari suara Bapak dan saat pelayan saya menyajikan minuman ke Bapak katanya dia melihat ada tanda lahir di jari kelingking Bapak sebelah kanan.”“Dan terus terang Pak, penampilan yang baru ini sangat bagus, Bapak terlihat sangat tampan dan berkarismatik, ”pujinya kepada Arlan.“Oh ya? Tetapi tolong katakan oleh pelayan tadi untuk tidak memberitahukan siapa pun, karena jika sampai ada yang tahu, bukan nyawa saja taruhannya kamu mengerti kan?” ancam Arlan dengan menatap tajam kearah Pak Seno.“B-baik, Pak!” jawabnya sedikit gugup.“Silakan duduk Pak Seno , ada yang ingin saya sampaikan,” ucap Arlan dengan sopan.“Baik Pak, terima kasih,” jawab Pak Seno sedikit mengatur jalan napasnya agar tidak gugup lagi di depan sang pewaris keluarga Erlangga itu.“Begini Pak Seno, apa betul Pak Dewa Ajibatara menginap di hotel ini?”“Pak Dewa?”“Maksud Bapak Dewa Ajibatara?”“Iya betul Pak, beliau adalah langganan tamu VIP kami, memangnya ada apa ya, Pak?” tanya Pak Seno bingung.“Cepat usir dia dari kamar hotel saya!”“Saya tidak mau hotel saya dijadikan tempat mesum untuk para kalangan orang kaya seperti dia!”“Maksud Bapak?”“Lakukan saja perintah saya!” hardiknya.Tak lama kemudian terdengar ponsel Arlan berbunyi.Dia pun segera mengambilnya dan melihat sebuah pesan masuk dari Panji.“Tugas sudah dilaksanakan, aman, bebas dan terkendali.”Arlan tersenyum mengembang, lalu membalas pesan itu. “Oke, thanks Bro.”“Sekarang kamu datang ke sini, aku ada di restoran bersama Pak Seno.” Send.“Siap Bos, meluncur.” Send.Pak Seno yang masih bingung dengan tingkah laku Arlan, berusaha memberanikan diri untuk bertanya kepadanya. “Maaf Pak Radit, ada apa kok Bapak terlihat bahagia seperti itu?” tanya Pak Seno dengan pelan.“Semua sudah beres Pak Seno, orang itu sudah pergi dan Pak Seno tidak perlu mengotori tangan Bapak untuk hal kecil seperti ini,” jawabnya membuat bingung Pak Seno.“Maksud Pak Ra-Radit apa?”“Bapak telah menyuruh orang untuk melenyapkan Pak Dewa atau apa Pak?” tanya Pak Seno yang mulai ketakutan saat melihat wajah Arlan seperti tidak biasanya yang berubah menjadi menyeramkan.Pak Seno mulai gugup kembali, keringat dingin sudah membanjiri keningnya. Lalu mengambil sapu tangan di saku celana untuk mengelap semua keringatnya itu.“Pak Seno kenapa?”“Bapak sakit ya? Ada apa Pak Seno?”“Maaf Pak ... mak-maksudnya apa ya Pak sudah beres semua?” tanyanya sedikit gugup.“Tidak ada ... saya tidak akan melakukan apa pun yang membuat nama hotel ini tercemar.”“Bapak kan tahu siapa saya, bahkan untuk menyakiti seseorang itu harus tahu dulu siapa lawan kita, karena saya tidak mau sembarangan untuk menyakiti seseorang,” jelasnya dengan tatapan dingin.“Tenang saja, mereka aman bahkan tidak terluka sama sekali,” jawabnya dengan tenang.“Oh ... Alhamdulillah kalau begitu, saya tidak akan terlibat.”“Saya pikir Bapak menghabisi mereka ...‘’Hahaha ... tidak Pak Seno, saya tidak sejahat itu untuk membuat musuh saya dengan mudahnya ... tetapi saya lebih suka melihat mereka menderita secara perlahan-lahan, bukankah itu sangat mengasyikkan, Pak Seno?” tanyanya sembari menyerin
“Aku juga sependapat denganmu, entahlah siapa yang sudah mau mencelakakan ku.”“Sebenarnya banyak yang patut dicurigai, tetapi aku tidak ingin membahasnya dulu.”“Fokuskan dulu ke satu masalah ini, firasatku mengatakan kalau hidup Allisa dalam bahaya.”“Walaupun aku sudah mulai membencinya tetapi karena dia masih berstatus kan istriku, aku harus berpura-pura menjadi suami yang baik hati dan buta.”“Kamu memang aneh, Radit!”“Banyak orang ingin menjadi kaya, tidak mau hidup miskin tetapi kamu malah memilih hidup seperti ini,” celetuk Panji.Arlan hanya menanggapinya dengan menatap tajam ke arahnya, sesekali menyeruput dan menikmati kopi hitamnya sembari menyunggingkan sebuah senyuman kecil di sudut bibirnya.“Apa yang kamu pikirkan, Lan?” “Tidak ada, hanya saja aku masih ke pikiran tentang Alisa dan Bima.”“Kamu cemburu?”“Tidak, setelah aku tahu dia mempunyai hubungan spesial dengan Bima, rasa cinta itu kini telah menjadi benci ,” jawabnya santai.“Aku membenci yang namanya kebohong
“Pasti Bima yang membawanya ke sini!” teriaknya dalam mobil sambil memukul-mukul pegangan setir sehingga terlihat kemerahan.Rahangnya mengeras , tatapan seperti elang yang sangat mengerikan.“Aahhhh ... Kurang ajar kamu Bima!”“Kamu akan menerima semua pembalasan bila sudah waktunya tiba, akan kubuat hidup kalian menderita sehingga kalian sendiri yang ingin mengakhiri hidup kalian sendiri!” teriakan kembali.Dengan perasaan campur aduk antara khawatir, marah, benci, membuatnya hampir saja kehilangan akal untuk melabrak langsung mereka, tetapi kemudian dia bisa kembali mengatur emosinya kembali sesaat.“Tenang Arlan ...tenang belum saatnya aku bertindak gegabah, mereka harus mengira kalau aku tidak bisa apa-apa, baiklah kita lihat apa yang akan kamu lakukan kepada Alisa, Bima!” Arlan berjalan menuju lobi hotel itu dengan penuh percaya diri, dia kembali merapikan dirinya yang sedikit berantakan.Nampak dari luar tempat itu adalah hotel mewah berbintang lima, dengan gaya klasik modern.
“Tu-tuan ini serius?”“Tuan nggak salah tuliskan?”“Saya belum menunjukkan semua wanita cantik yang di sana tetapi Anda sudah berani membayar saya dengan jumlah besar seperti ini?”“Kenapa apakah masih kurang jumlahnya? Harga itu baru separuhnya dan jika sangat memuaskan saya akan membayarnya lebih, “ jawabnya santai.“Oh tidak Tuan, hanya baru pertama kali ada yang memberikan saya selembar cek dengan harga yang sangat fantastis, tentu saya akan memprioritaskan Anda sebagai tamu eksklusif,” jawabnya semringah.“Baiklah, sekarang tolong perlihatkan wanita yang betul-betul baru, cantik, dan juga sangat memesona, tentunya dia harus bersih dan terhindar dari segala penyakit,” jelasnya panjang lebar.“Tentu Tuan, kami bisa memberikan wanita terbaik kami. Wanita itu tidak sembarang orang di pakai, karena dia sangat berbeda, walaupun sudah memiliki suami tetapi tubuhnya tetap terjaga dan bebas dari penyakit apa pun.”“Dia memang sangat cantik dengan tubuh yang menarik dan untuk mendapatkan
Ba-baik Tuan, kami akan menyiapkan kamar yang terbaik sesuai keinginan Tuan, “ ucap Doni sembari menyuruh asistennya menyiapkan kamar spesial untuk mereka.”“Tunggu, bawa wanita itu ke kamar langsung dan jika selesai tolong beri tahu saya,” ucap Arlan tegas tanpa melihat Allisa.“Beres Tuan, perintahmu akan kami laksanakan, sambil menunggu, lebih baik kita berbincang sebentar dan perkenalkan dia adalah partner bisnis saya yang saya ceritakan tadi,” jelas Doni bersemangat.Arlan menatap ke arah Bima yang terlihat tersenyum bahagia. “Perkenalkan nama saya Bima Anjasmara Dirgantara, saya juga pemilik tempat ini juga bisa dibilang usaha sampingan,” ucapnya sembari mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.Namun, Arlan tidak menggubrisnya dan tidak ingin menjabat tangan Bima. Rasa kikuk kemudian membuat Bima kesal, tetapi karena ingin mendapatkan umpan besar dia pun harus bisa mengontrol emosinya agar tujuannya tercapai.“Apakah kalian sudah lama membuka usaha ini?” tanya Arlan de
Allisa memandangi wajah dan bentuk tubuhnya sendiri.“Sempurna, aku masih terlihat seperti gadis dan sangat menarik, tidak mungkin pria tampan itu tidak tergoda denganku,” ucapnya tersenyum bahagia dengan penuh keyakinan, tetapi ada rasa canggung.“Aku semakin gugup dan pipiku merona, kenapa aku ini?”“Tenang Allisa, kamu kenapa? Ayuk tarik napas dalam-dalam dan hembuskan,” ucapnya dan mempraktikkan untuk dirinya sendiri.“Tetap nggak bisa, bagaimana ini dan sekarang tanganku gemetar? Dan jantungku? Ayolah Allisa ini bukan pertama kalinya berhubungan dengan pria lain tetapi mengapa dengan yang satu ini sangat berbeda?” “Saat menatap matanya seperti ada sesuatu yang disembunyikan tetapi apa itu? Entahlah ... aku semakin dibuat penasaran oleh pria itu.”“Atau bagaimana kalau aku meminum obat itu, agar semakin ... ah tidak ... Aku tidak ingin melakukannya dengan pria ini, biarlah cinta itu datang dengan sendirinya, sepertinya aku juga sangat tertarik dengan pria ini ... siapa lagi nam
“Tidak ada apa-apa Nona Allisa!”“Nggak apa-apakan saya memanggil nama aslimu saja?” tanyanya.“Bo-boleh terserah Tuan saja,” jawabnya sedikit malas.“Sepertinya kamu tidak suka dengan pembicaraan ini, tenang saja saya tidak akan terlalu banyak berkomentar hanya saja saya ingin tahu siapa wanita yang akan saya pakai,” lanjutnya lagi.Perkenalkan nama saya Elang Pratama, kamu bisa memanggil saya Elang atau Tama terserah.”“Sekarang katakan kepada saya apakah kamu sudah menikah dan mempunyai anak dan di mana keluargamu?” Arlan kembali menatapnya dari balik kacamata hitamnya yang tidak Ingin dilepas.Allisa tersenyum sinis mendengar pertanyaan itu yang menurutnya terlalu pribadi.“Apa-apaan ini, rasanya aku ingin sekali menampar pipinya,” batinnya berkata dengan raut wajah marah.“Maaf Tuan Elang, kenapa Anda ingin tahu tentang kehidupan saya?”“Saya tekankan di sini kalau saya hanya bekerja dan tugas saya untuk melayani setiap klien untuk memuaskan dirinya ,apakah itu tidak cukup?” tan
“Bagaimana, kamu bisa membatalkan perjanjian kalian kan?” tanya Doni memastikan.“Oke nanti aku bicara lagi dengan orang itu,” jawabnya sedikit bingung.“Ayolah Bima, kamu pasti bisa, ini kesempatan langka loh!”“Bang, saya cari Allisa dulu, mungkin dia masih di kamar,” ucapnya mengalihkan perhatiannya.“Oke, suruh dia istirahat yang cukup karena besok malam wajahnya harus terlihat segar dan menarik, kamu paham kan maksudku?” “Beres Bang!”Bima meninggalkan Doni yang masih memandang selembar cek itu yang ada di tangannya dengan wajah bahagia.Bima segera mencari kamar yang tadi mereka berdua pakai.“Oh ini kamarnya.”“Tok! Tok!”“Sayang, apakah kamu masih di dalam?”“Iya masuk saja , pintu nggak di kunci!” teriaknya dari dalam.Setelah mendapat persetujuan dari Allisa, Bima pun masuk, tetapi dai sangat terkejut saat melihat kamar itu sangat berantakan, kamar yang di tata dengan cantik untuk meningkat hasrat kini menjadi porak-poranda.“Sayang apa ini, kalian bermain sampai begini?