Share

04. Kebohongan Allisa

“Sayang, apa sih yang nggak buat kamu?”

“Apa pun yang kamu minta pasti aku turuti, tetapi  menikah itu kan perlu modal yang banyak dan kamu tahu sendiri uangku sekarang kurang, makanya kita perlu ada orang yang mau menginvestasikan dananya untuk di perusahaanku!”

“Jalan satu-satunya yang harus begini.”

“Kamu mau kan membantuku, Sayang?” tanyanya penuh harap.

“Baiklah  Sayang jika itu yang kamu mau, aku siap untuk melakukan apa pun karena aku sangat mencintaimu dan aku harap kamu tidak berpaling dariku setelah aku melakukan hal ini,” jawabnya dengan penuh penekanan.

“Terima kasih, Sayang kamu memang wanita idamanku!”

“Sekarang sudah waktunya bekerja, anggap saja yang ada di ranjang itu adalah aku, tunjukkan kemampuanmu untuk menarik hatinya, dia bahkan tidak segan-segan mengeluarkan banyak uang untuk bisa mendapati kamu, Sayang.”

“Baiklah, aku pergi dulu nanti kalau telah selesai, tolong antarkan pulang, aku takut Mas Arlan curiga dengan apa yang aku lakukan,” jawabnya tersenyum.

Setelah pembicaraan yang panjang, akhirnya Arlan tahu siapa wanita yang dinikahinya, perasaannya begitu hancur berkeping-keping. Dia terduduk lemas saat tahu kalau anak yang dikandungnya dulu ternyata adalah anak dari Bima pacarnya.

Ingin meluapkan kekesalannya di hadapan mereka, tetapi dia urungkan karena ingin membalaskan dendam dengan permainan yang cantik pula.

“Apa ... begitu banyak kebohongan yang disembunyikan oleh wanita itu!”

“Dan sekarang atas permintaan Bima pacarnya dia mau saja menuruti kemauan orang itu!”

“Kamu betul-betul sakit jiwa, Alisa!”

“Dasar bodoh, mau-maunya dia diperalat oleh Bima, yang jelas-jelas tidak mau menikahi kamu karena sudah menjadi barang bekas!”

“Selama ini aku juga tertipu!”

“Bodohnya aku selalu mempercayai mereka padahal mereka sudah melakukannya di belakangku selama ini!”

Setelah makan malam, Alisa pun pergi ke kamar hotel itu yang sudah dipesan oleh Pak Dewa.

Sedangkan Bima masih duduk dan kembali memesan kopi hitam.

Dia sangat menikmati bau khas kopi hitam itu, menghirupnya dalam-dalam dan tersenyum puas.

“Alisa ... gampang sekali dia dibohongi, aku tidak pernah mencintaimu, Sayang!”

 

“Aku hanya ingin membuat kamu jatuh cinta lagi supaya apa yang aku inginkan tercapai, hahaha ...” ucapnya sambil menyeruput kopi hitam itu dengan nikmat.

“Apa maksud perkataannya, apa yang diinginkan Bima dari Alisa?”

“Dasar Bima, apa yang dia sembunyikan?” tanyanya dalam hati.

Setelah menghabiskan secangkir kopi hitam, Bima pun ke luar dari restoran itu.

 

“Gawat ini, Alisa dalam masalah besar!”

“Apakah aku harus menolongnya dari pria tua itu atau tidak?”

“Ah tidak buat apa, dia sendiri yang mau dan sukarela.”

“Ah kenapa aku menjadi dilema?”

“Alisa sudah banyak berbohong dariku, apakah aku pantas menolongnya?” tanyanya dalam hati.

Arlan menjadi bimbang, di sisi satu dia masih sangat mencintai Alisa tetapi disisi lainnya ternyata dia sudah berselingkuh dengan Bima.

Namun hati kecil Arlan juga tidak tega membiarkan Alisa sendiri, dan atas kemanusiaan dia pun berniat untuk membantunya agar tidak sampai terjerumus yang lebih dalam lagi.

“Ya aku harus menolongnya karena dia masih berstatus kan istriku, tidak mungkin aku membiarkan semua ini terjadi.”

“Entah apakah ini yang pertama atau sudah sekian kalinya dia melakukan perbuatan kotor ini,” gerutunya kesal.

Arlan tidak tahu kalau Alisa bukan pertama kali melakukan hal ini, sudah hampir satu tahun profesi baru Alisa sebagai wanita panggilan tidak diketahui olehnya.

Setelah merasa yakin batang hidung Bima tidak ada, Arlan lalu mengambil ponselnya untuk menghubungi sahabatnya yang bernama Panji.

Nada tersambung seketika ...

@Panji

[Ya halo Bro, ada apa?]

@Arlan

[ Ada tugas buat kamu, Nji]

 

@Panji

[ Ada apa?]

 

@Arlan

[Pak Dewa ada di dalam hotel ini dan dia ingin menghabiskan malam ini bersama istriku]

 

@Panji

[Apa? Yang benar nih, serius?]

 

@Arlan

[Nanti aku jelaskan, sekarang buat bagaimana caranya agar mereka terganggu atau tidak jadi melakukan  hal yang  memalukan itu]

 

@Panji

[Baik Bos, laksanakan]

“Pak Dewa, entah apa yang kalian rencanakan untuk Alisa tetapi semua itu akan hancur bersama namamu yang selalu diagungkan.

Arlan lalu pergi dari restoran itu untuk mengambil pakaiannya yang telah dibawa oleh salah satu pelayannya dan bergegas ke  toilet, setelah itu dia pun segera membuka penyamarannya.

Pria tinggi itu membuat penampilan baru yang akan dikagumi oleh semua banyak wanita.

Setelan jas yang terlihat mewah berwarna hitam, dengan gaya rambut yang berbeda pula, wajah yang glowing tidak ada bulu-bulu halus di wajahnya.

“Waw ... ternyata aku sangat tampan tidak kalah dengan Bima.”

“Bagaimana kalau Alisa melihat wajahku yang seperti ini, apakah dia jatuh cinta atau dia hanya mau kekayaanku saja?” tanyanya sembari mematut dirinya di cermin dan tersenyum kecil.

Setelah merasa cukup meyakinkan Arlan lalu kembali ke restoran itu dan duduk dengan tenang di sana.

Nampak dari jauh seorang pria setengah baya langsung menghampiri Arlan dengan sigap.

“Selamat malam Tuan Radit.”

Arlan sedikit terkejut karena salah satu stafnya ada yang mengenalinya.

Dia adalah seorang Manajer hotel yang bernama Pak Seno.

“Selamat malam Pak Seno.”

“ Maaf Pak, Ada yang bisa saya bantu?”

“Tumben Bapak tidak memberitahukan kalau mau datang ke sini?” tanyanya dengan sedikit kikuk.

“Kenapa, tidak boleh saya datang ke sini?”

“Bukan begitu Pak, maksudnya saya bisa menyambut Bapak dengan baik, tadi saya nggak tahu kalau yang duduk di meja ini adalah Bapak, begitu,” jelasnya dengan tersenyum datar.

“Oh ya, Bapak kok bisa tahu kalau saya Raditya Arlan Erlangga Adtmaja?” tanyanya penasaran.

“Maaf Pak, saya memang bisa mengenali dari suara Bapak dan saat pelayan saya menyajikan minuman ke Bapak katanya dia melihat ada tanda lahir di jari kelingking Bapak sebelah kanan.”

“Dan terus terang Pak, penampilan yang baru ini sangat bagus, Bapak terlihat sangat tampan dan berkarismatik, ”pujinya kepada Arlan.

“Oh ya? Tetapi tolong katakan oleh pelayan tadi untuk tidak memberitahukan siapa pun, karena jika sampai ada yang tahu, bukan nyawa saja taruhannya kamu mengerti kan?” ancam Arlan dengan menatap tajam kearah Pak Seno.

“B-baik, Pak!” jawabnya sedikit gugup.

“Silakan duduk Pak Seno , ada yang ingin saya sampaikan,” ucap Arlan dengan sopan.

“Baik Pak, terima kasih,” jawab Pak Seno sedikit mengatur jalan napasnya agar tidak gugup lagi di depan sang pewaris keluarga Erlangga itu.

“Begini Pak Seno, apa betul Pak Dewa Ajibatara menginap di hotel ini?”

“Pak Dewa?”

“Maksud Bapak  Dewa Ajibatara?”

“Iya betul Pak, beliau adalah langganan tamu VIP kami, memangnya ada apa ya, Pak?” tanya Pak Seno bingung.

“Cepat usir dia dari kamar hotel saya!”

“Saya tidak mau hotel saya dijadikan tempat mesum untuk para kalangan orang kaya seperti dia!”

“Maksud Bapak?”

“Lakukan saja perintah saya!” hardiknya.

Tak lama kemudian terdengar ponsel Arlan berbunyi.

Dia pun segera mengambilnya dan melihat sebuah pesan masuk dari Panji.

“Tugas sudah dilaksanakan, aman, bebas dan terkendali.”

Arlan tersenyum mengembang, lalu membalas pesan itu.

 

“Oke, thanks Bro.”

“Sekarang kamu datang ke sini, aku ada di restoran bersama Pak Seno.” Send.

“Siap Bos, meluncur.” Send.

Pak Seno yang masih bingung dengan tingkah laku Arlan, berusaha memberanikan diri untuk bertanya kepadanya.

 

“Maaf Pak Radit, ada apa kok Bapak terlihat bahagia seperti itu?” tanya Pak Seno dengan pelan.

“Semua sudah beres Pak Seno, orang itu sudah pergi dan Pak Seno tidak perlu mengotori tangan Bapak untuk hal kecil seperti ini,” jawabnya membuat bingung  Pak Seno.

“Maksud Pak Ra-Radit apa?”

“Bapak telah menyuruh orang untuk melenyapkan Pak Dewa atau apa Pak?” tanya Pak Seno yang mulai ketakutan saat melihat wajah Arlan seperti tidak biasanya yang berubah menjadi menyeramkan.

 

 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status