Share

Mbak Sarah keceplosan

"I-ibu? Se-sejak kapan ibu berdiri disitu?" tanya Wulan dengan bibir bergetar menatap Bu Ratna yang berdiri berkacak pinggang dengan mata melotot penuh curiga.

"Seharusnya saya yang bertanya sama kamu, ngapain kamu mengobrak-abrik tong sampah itu?! Apa yang kamu maksud dengan petunjuk, Wulan? Petunjuk apa yang sedang kamu cari?" tanya Bu Ratna membuat Wulan semakin kikuk dan serba salah harus menjawab apa.

"Kenapa kamu diam saja? Apa kamu tuli Wulan? Kamu tidak mendengar apa yang saya tanyanyakan, hah?" Melihat Wulan terdiam dengan wajah panik, Bu Ratna pun kembali bertanya dengan nada tinggi.

"A-anu, Bu, ma-maksud Wulan, petunjuk gelang Wulan yang hilang, Bu" sahut Wulan terbata-bata. 

"Gelang?" ucap Bu Ratna memicingkan matanya.

"I-iya, Bu. Gelang Wulan hilang, sepertinya jatuh di tong sampah ini saat Wulan buang sisa makanan," jawab Wulan berbohong. 'Semoga saja ibu percaya dengan jawabanku,' batin Wulan cemas.

"Gelang apa? Memangnya kapan kamu membuang sisa makanan itu ke tong sampah? Bukannya sejak tadi kamu di dalam kamar?" Tatapan intimidasi dari wanita paruh baya itu benar-benar membuat jantung Wulan berdetak lebih kencang dari biasanya. 

"Gelang kayu, Bu. Hadiah dari Bude Ruti, sepertinya jatuh saat Wulan buang sisa makanan dua hari yang lalu. Wulan baru sadar tadi jika gelang Wulan itu hilang," jelas Wulan berusaha meyakinkan ibu mertuanya itu.

"Jadi kamu ngobrak-ngabrik tong sampah kotor itu hanya untuk mencari gelang kayu?" tanya Bu Ratna terkejut dan langsung dianggukan oleh Wulan. "Astaga Wulan!!! Kamu itu bener-bener keterlaluan yah! Kamu pikir anak saya beli rumah ini pakai daun apa? Seenaknya saja bikin rumah ini kotor dengan tingkah konyolmu itu. Cepat beresin sampah-sampah itu! Saya tidak ingin rumah ini jadi sarang penyakit!" Titah Bu Ratna berkacak pinggang.

"Iya, Bu. Wulan akan segera membereskannya," 

"Dasar parasit kampungan! Rela ngubek-ngubek tong sampah demi mencari barang murahan, pantas saja rahimnya karatan, orang hobinya kumpul dengan sampah dan sarang penyakit!" Gumam Bu Ratna melengos meninggalkan Wulan.

Melihat Ibu mertuanya sudah pergi, Wulan pun menarik nafas lega. Wajahnya yang semula tegang kini kembali mencair. 

'Untung ibu percaya dengan alasanku, kalau sampai ibu curiga' bisa berabe, ibu pasti akan terus mengintrogasiku,' batin Wulan mengelus dadanya.

Ia pun segera memunguti sampah-sampah yang tadi ia keluarkan dan mengembalikannya ke tong sampah.

"Ya ampun, Non. Non Wulan lagi ngapain disini?" tanya Si Mbok terkejut melihat majikannya itu tengah membereskan sampah yang berserakan di lantai dapur.

"Eh, Mbok Umi, ini Mbok … tadi saya lagi nyari gelang saya yang hilang, saya pikir jatuh di tong sampah ini, tapi saya cari-cari nggak ada," 

"Ya allah Non, kenapa nggak minta tolong sama si Mbok saja, nanti kalau Den Fatih tau' si Mbok bisa kena marah," sahut wanita paruh baya itu segera membantu memasukan sampah-sampah itu ke dalam tempatnya.

"Sudah, Non. Non Wulan istirahat saja! Ini biar si Mbok yang beresin," ucap si Mbok cemas. 

"Nggak apa-apa Mbok, kan tadi saya yang berantakin, nih udah hampir beres," sahut Wulan dengan santainya.

"Oh iya, Mbok' sisa makanan yang di beli Mas Fatih tempo hari masih ada? Em ... saya lagi pengen makanan itu, mau beli lagi tapi nggak tau nama tokonya apa, saya mau lihat label meal box nya," 

"Maksud Non Wulan makanan yang dibawa Den Fatih dua hari yang lalu?" tanya Mbok Umi bingung.

"Iya, Mbok. Masih ada?"

"Oalah, Non, kalau itu' ya sudah dibuang, saya nggak berani nyimpen makanan sisa kalau bukan Non Wulan dan Den Fatih yang nyuruh. Kenapa nggak telpon Den Fatih saja Non, kan' Non Wulan bisa langsung nanya dimana Den Fatih beli makanannya," jawab si Mbok mengusulkan.

"Oh, sudah Mbok, tapi tidak diangkat. Sepertinya Mas Fatih sedang sibuk rapat. Ya sudah kalau begitu, Wulan ke kamar dulu' ya, Mbok," ucapnya. Ia pun segera meninggalkan asisten rumah tangganya itu.

***

Di dalam kamar, Wulan kembali berpikir. Jika makanan itu sudah tidak ada, bagaimana caranya ia tahu penyebab dirinya keguguran? 

'Sebaiknya aku segera menghubungi dokter Riska, aku harus menanyakan hal ini padanya,' batin Wulan. Ia mengambil ponsel yang tergeletak di atas nakas dan langsung menghubungi dokter Riska.

"Halo, selamat siang, Dok' mohon maaf mengganggu, dokter ada waktu? Saya ingin berbicara dengan dokter sebentar, ada yang ingin saya tanyakan," ucap Wulan saat panggilan terhubung.

"Selamat siang, Bu Wulan. Kebetulan saya sedang istirahat makan siang, ada yang bisa saya bantu, Bu?" jawab Dokter Riska dengan ramah.

"Em, begini' Dok, saya ingin bertanya, apa dokter Riska tau penyebab saya keguguran?" tanya Wulan dengan suara pelan. Ia khawatir ada orang lain yang mendengar percakapannya dengan dokter Riska.

"Maaf, Bu. Maksud Bu Wulan? … ." tanya dokter Riska bingung setelah mendengar pertanyaan Wulan padanya.

Wulan sadar jika pertanyaannya membuat dokter Riska bingung. Ia pun langsung menjelaskan maksud dan tujuannya.

"Jadi begini, Dok. Dokter tau' kan, jika kandungan saya sehat? Bahkan tiga hari sebelum keguguran kita lihat janinnya tumbuh dengan baik, hasil pemeriksaan dan USG pun semuanya bagus. Tapi yang saya herankan kenapa saya bisa tiba-tiba keguguran? Padahal saya tidak melakukan apapun yang membahayakan kandungan saya. Menurut dokter bagaimana? Apa itu semua wajar? Kira-kira apa penyebabnya ya, Dok?" 

Dokter Riska terdiam, sesungguhnya ia pun tidak menyangka jika pasiennya itu mengalami keguguran tiga hari setelah cek kehamilan dengannya. Melihat kondisi fisiknya yang sehat dan hasil pemeriksaan kandungan yang sangat bagus. Dokter Riska pun bertanya-tanya. 

"Halo, Dok? Bagaimana? Apa dokter tau faktor penyebabnya?" 

"Em, begini Bu Wulan, sepertinya akan lebih baik jika kita langsung bertatap muka untuk membahas masalah ini. Saya tidak bisa menjelaskannya di telpon, sebenarnya ada banyak hal juga yang ingin saya tanyakan pada ibu. Jika ibu ada waktu kita bisa bertemu di rumah sakit," jelas dokter Riska. 

"Ide yang bagus, Dok. Saya rasa juga begitu, saya ingin mengobrol banyak dengan Dokter. Kebetulan kemarin pas saya keluar dari rumah sakit, saya tidak sempat bertemu dengan dokter. Jadi kapan kita bisa bertemu, Dok?" tanya Wulan antusias.

"Lebih cepat lebih baik, tapi Ibu Wulan pastikan dulu jika kondisi ibu sudah kuat dan fit. Jangan sampai nanti ibu ngedrop, saya sarankan tunggu sampai kondisi ibu stabil dan ibu mampu bepergian keluar rumah," 

"Baiklah kalau begitu, Dok. Mudah-mudahan besok atau lusa kita bisa bertemu, terimakasih banyak, ya' Dok. Maaf telah mengganggu waktu istirahatnya, selamat siang," ucap Wulan sebelum memutus panggilan.

"Telpon dari siapa, Wulan?" tanya seseorang membuat Wulan terperanjat.

"Mbak Sarah?" ucap Wulan terkejut melihat Sarah sudah berada di dalam kamar dengan sebuah nampan di tangannya.

"Kamu telponan sama siapa? Fatih?" tanya Sarah sambil menaruh nampan berisi satu piring nasi lengkap dengan lauk pauknya.

"Oh, bukan Mbak, anu--barusan Bude Ruti yang telpon, dia nanyain kabar Wulan, mungkin dia khawatir dengar kabar jika Wulan keguguran lagi," jawabnya berbohong.  "Oh iya, ko' Mbak Sarah bawa nasi ke kamar? Ini untuk Wulan?" 

"Iya, itu untuk kamu makan siang. Mbak sengaja bawain makan siang kamu ke kamar, biar kamu makan disini saja, tidak usah turun!"

"Memangnya kenapa, Mbak?" tanya Wulan bingung.

"Di bawah ibu lagi marah-marah, sepertinya dia kesel sama kamu. Tuh dari tadi mulutnya ngomel terus nyebut-nyebut nama kamu, kalau kamu ikut makan siang di meja makan, Mbak yakin, Ibu pasti akan ngoceh ngalor ngidul sampai kupingmu panas," ujar Sarah panjang lebar. "Memangnya kamu nyari apa sih Lan' sampai harus obrak-abrik tempat sampah?" tanya Sarah penasaran.

"Jadi ibu masih marah gara-gara sampah tadi?" ucap Wulan berbalik tanya.

"Iya, Ibu marah banget sama kamu, ia bilang mau ngaduin kamu sama Fatih," 

"Kamu tau ibu, kan' Lan? Kalau lagi kesel sama seseorang pasti semuanya diungkit, kalau mbak jadi kamu, mungkin mbak udah nggak kuat, Lan. Mulutnya itu loh' pedes banget. Apalagi semenjak ibu dekat lagi dengan Eva, sikapnya semakin keterlaluan. Mbak yakin, itu semua pasti karena pengaruh si Eva,"

"Eva?"

"Iya, Eva. Kamu tau Eva' kan? Gadis yang pernah kepergok tidur bareng dengan Fat …," ucapan Sarah terjeda saat akan menyebut nama Fatih. Ia hampir saja keceplosan di hadapan Wulan.

"Fat? Maksud Mbak' Mas Fatih?" tanya Wulan menatap penuh curiga.

 'Astaga!! Bagaimana ini?? Apa yang harus aku katakan pada Wulan?" Batin Sarah cemas.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status