Share

Pertemuan II

Serena dan Gifran masih dalam posisi saling berdiri dan saling menatap. Diantara keduanya tidak ada satupun kalimat yang keluar dari mulut mereka. Hingga Bi Ira datang, menghentikan aksi mereka.

"Tuan dan Nona silahkan ke ruang tengah, Tuan besar sudah menunggu di sana." ucap Bi Ira.

"Baik Bi, terima kasih." balas Gifran berbalik melangkah menuju ruang tengah tanpa mengajak Serena.

Sedang Serena, gadis itu masih terpaku di tempatnya. Berdiri bak patung di Madame Tussauds yang dipajang. Pikirannya mulai berkelana macam-macam. Memikirkan nasib dirinya yang sudah diujung tanduk. Entah apa yang akan keluarga mereka lakukan terhadapnya, yang jelas posisi Serena saat ini serba salah. Ia mengutuk kelakuannya sendiri saat meninju CEO G&B. dan sekarang, saat ini dirinya tengah berada di kandang harimau.

***

Di ruang tengah, dimana Antoni, Lusi, Gina dan Sony sudah duduk diatas sofa, yang terbuat dari bulu domba, di rancang khusus oleh designer  ternama di negeri Kanguru Australia. Di sana mereka semua menantikan kedatangan perempuan yang viral di sosial media dengan Gifran. Mereka terkejut ketika melihat Gifran hanya berjalan sendiri masuk.

"Dimana perempuan itu?" tanya Antoni menatap Gifran yang akan duduk di sofa. Tapi malah, berdiri.

"Ada di bela-"

Gifran tidak melanjutkan ucapannya, Karena tidak melihat si gadis bar-bar.

"Ck! Mana buktinya jika gadis itu ada. Apa mereka menjemput gadis itu dengan benar?" lanjut Antoni. 

"Iya Pah, tadi gadis itu ada kok. Atau jangan-jangan ia ketinggalan lagi." pikirnya.

"Permisi Tuan dan Nyonya besar,. Maaf tamunya disini." ucap Bi Ira yang masuk ke ruang tengah membawa Serena.

Serena yang masuk ke ruang tengah melihat keluarga Castanyo tengah berkumpul. Disana ia mendadak gugup dan takut. Nyalinya seolah menciut, karena merasa dirinya sebagai tersangka. Andaikan ia mempunyai  pintu Doraemon, ingin rasanya ia menghilang saja, dibanding berhadapan dengan keluarga konglomerat yang suka mendiskriminasi rakyat kecil.

Melihat kedatangan seorang gadis cantik yang sederhana, mama Lusi segera menghampiri Serena.

"Silahkan duduk nak." ujar Lusi menghampiri seraya tersenyum ramah dan menarik tangan Serena.

"I-iya Nyonya." jawab Serena sambil memperhatikan wanita paruh baya cantik itu dengan tatapan kagum. Ia menarik kata-katanya tadi. "Nyonya ini sangat baik dan ramah, beda dengan si pria kedondong yang angkuh itu". gumam Serena dalam hati menoleh ke arah Gifran.

mama Lusi pun mengajaknya duduk di sofa.

"Siapa namamu sayang?" tanya Lusi mengelus punggung tangannya.

Tentu saja Serena terkejut mendapat sambutan yang hangat.

"Serena Nyonya." ucapnya tersenyum ramah

"Wah, kamu cantik sekali seperti namamu." ucap Lusi masih mengelus punggung tangan Serena.

"Terima kasih atas pujiannya Nyonya. Tapi Nyonya lebih cantik menurut saya." balas Serena. Karena ia sadar, berada di tengah keluarga Castanyo dengan berpenampilan memakai kaos hitam oblong dipadukan kemeja grey gombrang kotak-kotak, jeans navy yang robek dibagian lutut, serta sneaker putih melekat dikedua kakinya. Ditambah rambutnya yang selalu ia kuncir kuda kebelakang. Membuat dirinya jauh berbeda dengan perempuan hamil di depannya yang terlihat anggun dan cantik.

"Hahaha.... kamu bisa saja membuat hatiku sangat senang." ujar Lusi.

Antoni melihat interaksi istrinya dengan seorang gadis yang berani menghajar Gifran, hingga sampai keduanya viral. 

"Hm... Kamu gadis yang viral itu meninju wajah anakkukan?" sela Antoni menghentikan obrolan Lusi dan Serena.

Seketika raut wajah Serena mendadak pias, bibirnya berubah pucat serta tangannya berkeringat.

"Apa benar kau gadis itu ?" tanya Antoni lagi.

"I-iya Tu-tuan." jawab Serena gugup. Ia tidak berani menatap wajah Antoni dan hanya menundukkan kepalanya.

"Hahaha," tawa Antoni seketika menggelegar di ruangan itu.

Serena yang saat itu gugup, tiba-tiba ditenangkan oleh Lusi dengan merangkul bahunya. "Tidak usah takut, Papa Gifran tidak akan meminta pertanggung jawabanmu." ujar Lusi menenangkannya. Ia melotot ke arah suaminya seakan memberi kode agar berhenti juga.

"Kamu benar-benar gadis pertama dan pemberani, yang melakukan tindakan fisik ke putraku yang seorang CEO." ujar Antoni

Gifran yang duduk di sebelah Papanya menatapnya dengan tajam seperti mata elang yang mencari mangsa.

"Ma-mafkan saya Tuan besar, saya akan menjelaskan semuanya. Tapi jika kalian menganggap saya bersalah, saya berhak dihukum dan menerima konsekuensi apa pun yang ada inginkan. Tolong maafkan saya!" ucap Serena berlutut dihadapan Antoni.

Semua orang di ruangan itu terkejut melihat kelakuan Serena.

"Papa! Sudah. Jangan membuat anak orang merasa bersalah. Kita memanggilnya kemari bukan untuk melihatnya berlutut dan memohon ampunan di hadapan kita!" protes Lusi. Kemuadian membawa Serena kembali duduk.

"Sayang, maafkan perlakuan suami Tante yah, sebenarnya ia tidak bermaksud menyudutkanmu. Ia hanya ingin tahu, apa benar kamu gadis yang meninju Gifran yang viral di sosial media itu. Kamu nggak usah takut, tante akan menjamin itu!" ucap Lusi memeluk Serena.

"Mah, Mama," ujar Gina yang sejak tadi diam mendengarkan obrolan mereka. Saatnya ia merajuk di hadapan mamanya.

"Iya. Sabar. Tunggu biar Serena tenang dulu!" kata Lusi yang masih memeluk Serena berusaha menenangkan gadis tersebut.

"Ada apa Tante?" tanya Serena yang berusaha lepas dari pelukan Lusi. Ia merasa malu ke Gina, sudah memeluk Lusi di hadapan keluarga Castanyo.

"Nggak apa-apa hanya ngidam biasa. Maklum Ibu hamil." sahut Lusi.

Karena tidak sabaran, Gina lekas memanggil Serena. 

"Serena, bisa minta tolong?" tanya Gina dengan mimik berharap.

Sebagai suami yang duduk di sampingnya. Sony, merasa tidak enak hati. Pasalnya, hampier setiap hari istrinya itu merepotkan banyak orang selama hamil. Terutama Gifran. Abang iparnya itu selalu menjadi sasaran ngidam aneh Gina, demi memenuhi keinginannya.

"Sayang... biarkan Serena tenang dulu. Baru kita minta tolong." sahut Sony mengelus pundak istrinya.

"Si dedek Bayi pengen sekarang!" pungkas Gina dengan netra berkaca.

Melihat anaknya yang sudah tidak tahan ingin dielus. Lusi menatap wajah Serena dan bertanya,

"Nak, Serena kamu bisa elus-elus perut Gina adiknya Gifran? Saat ini ia tengah hamil dan ngidam ingin dielus sama kamu langsung."

"Saya Nyonya?" ucap Serena menunjuk dirinya.

"Iya sayang, kamu jangan panggil Nyonya dong, panggil Tante aja yah." tutur Lusi lembut.

"Baiklah Tante." Serena tersenyum membalas, lalu bergeser ke dekat Gina, dan mulai mengelus perut buncitnya.

Gina yang permintaannya terkabul lagi-lagi tersenyum senang, saat Baby yang ada di dalam perutnya aktif bergerak dari biasanya.

"Wah, Mah, Pah Babynya aktif sekali bergerak. Baru kali ini aku merasakan dia bergerak lincah sekali." ujar Gina antusias.

Antoni dan Lusi bergeser dari tempatnya, dan ikut bergabung duduk ke samping Gina, mereka juga ikut merasakan calon cucunya bergerak aktif sekali. Binar kebahagiaan di kedua wajah pasangan paruh baya itu merekah.

"Kakak, tidak ingin merasakan calon Ponakan Kakak bergerak?" tanya Gina memandang arah Gifran.

"Tidak usah, yang penting kamu dan bayimu sehat itu sudah cukup membuatku bahagia." tutur Gifran

Serena yang mendengar penuturan Gifran dengan tulus, membuatnya kagum dengan laki-laki kedondong  itu. Walaupun agak angkuh.

Permisi, maaf Tuan besar dan Nyonya besar. Saya perlu dengan Tuan muda!" ucap Tayo yang baru datang.

"Masalah kantor?" Apa berita itu masih beredar?" tanya Antoni.

"Kalau masalah video itu, sudah ditarik dari peredaran. Tapi, saya minta maaf Tuan!" tutur Tayo menunduk.

"Kenapa dengan klien?" tanya Antoni lagi

"Saya sudah berusaha membujuk mereka, tapi mereka tetap bersikukuh menyalahkan Tuan muda atas insiden itu dan penurunan harga saham terus terjadi."

"Maksudnya Gifran disalahkan?" sela Lusi

"Iya Nyonya." Mereka menyalahkan Tuan muda karena terlibat perkelahian di jalanan, apa lagi bersama dengan seorang perempuan."  jelas Tayo

Serena menciut dan menyesal dalam hati, karena gara-gara tindakannya, kekacauan terjadi di dalam perusahaan dan menyebabkan saham Glow & Bright menurun.

"Apa tidak ada cara lain untuk membujuk klien kembali?" tanya Gifran

"Hanya ada satu cara, dan ini paling efektif mengembalikan kepercayaan klien. ujar Antoni menatap Gifran dan Serena

"Apa itu Pah?" tanya Lusi.

Antoni beralih menatap Serena penuh harap. Dari sorot mata laki-laki itu, menunjukkan sebuah permintaan yang sulit.

"Tapi sebelum itu, Papa mau minta tolong sama Serena." ujar laki-laki paruh baya itu.

"Minta tolong apa Tuan?" tanya Serena penasaran. 

"Kamu yakin ingin membantu perusahaan kami?" Antoni bertanya seraya menatap Serena dalam-dalam. Ia memperhatikan reaksi gadis tersebut.

"Kalau memang saya sangat dibutuhkan, saya siap membantu perusahaan Tuan." sahut Serena penuh yakin.

"Begini, jalan satu-satunya adalah kalian berdua, maksud saya Gifran dan Serena sebaiknya kalian menikah. Kita melakukan konferensi pers terkait berita  pertunangan terlebih dahulu, dan mengenai insiden itu,  kalian harus mengatakan kalau itu hanya akting belaka, demi mempraktikkan prosesi aturan pra-nikah." jelas Antoni. Menatap mereka berdua.

Duarrrr!

Bagai petir di siang hari, tubuh Serena langsung ambruk, usai mendengar penjelasan Antoni memintanya menikah dengan si pria kedondong.

Lusi dibantu Bi Ira, membantu menyadarkan Serena yang pingsan. Mengoleskan Aromatheraphy di indra penciumannya, berharap Serena lekas bangun.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Harsia
semoga mereka segera jatuh cintaaaa...
goodnovel comment avatar
Harsia
Jangannnn kaku serena kamu pasti bisa menghadapiii keluarga gifrannnn
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status