STRAKK!Anak panah menancap.Melesak dari busur milik Putri Purbararang, dan meluncur secara cepat dalam mengenai papan target panahan dengan tepat.“Luar biasa.”Seseorang memuji.Tak berapa lama, ia pun menggerakkan jari jemari yang bertaut dengan busur panahan pula, untuk ikut menyusul pencapaian serupa dalam mengenai target secara tepat jua, … seolah-olah tak ingin kalah dari menyaingi Purbararang.Dia adalah si putri tertua kedua Kerajaan Pasir Batang, Purbamanik.“Untuk seorang putri yang sudah terkenal ke mana-mana akan citranya yang bikin geleng-geleng kepala.”STRAKK!Sekali lagi, papan target panahan ditembak.Memberikan hasil dari lontaran anak panah milik Purbamanik yang mengenai titik tengah target, menancap selepas membelah anak panah milik Purbararang terlebih dahulu.“Apa kau tidak pernah bosan?”Membalikkan ucapan bernada sinis itu dengan pertanyaan, Purbararang yang juga sama keras kepalanya tidak ingin mengalah atau bahkan dikalahkan oleh saudara tirinya ini, … kemb
Merebut dan menjadikan mahkota kandidat ratu apanya?Melihat saingannya, Purbararang, yang dengan anggunnya menundukkan kepala di hadapan Paduka Raja juga Paduka Ratu untuk menerima pemberkatan, dan dimahkotai di hadapan seluruh tamu-tamu kalangan bangsawan kehormatan, … Purbamanik menggemeretukkan giginya dengan kesal dari balik rentangan kipas.Mata bermanik kuning kejinggaan itu tampak serius dalam mengilatkan pancaran kemarahan.Terutama, setelah ia kedapatan berkontak mata dengan bongkahan manik berwarna serupa milik ibunya sendiri, … Purbamanik semakin merutuk di dalam hati.“Diberkatilah, Putri Mahkota, Nyai Putri Purbararang.”Begitu sang raja mengucapkan kata-kata harapan itu, secara refleks, orang-orang banyak yang menjadi saksi atas pengangkatan Purbararang menjadi Putri Mahkota tepat di hari ulang tahunnya yang ke-18 ini, … ikut mengucapkan kata-kata yang serupa pula.Apalagi untuk si putra Duke Jaya, Indra, … yang mengujarkan ucapan doa sekaligus harapan itu dengan sangat
BLARRR!Petir menyambar, dan hujan bercucuran dengan deras di hari yang mendung. Seolah-olah, mereka semua … ikut merasakan kesedihan yang begitu mendalam, terkait melepas kepergiannya sang rembulan kerajaan dari dunia kehidupan, … ke alam kematian.“Te— … heuk, Teteh.”Tak bisa menampung rasa sedihnya lebih lama lagi begitu melihat sang ibunda yang baru saja meninggal tepat di hadapan mata kepalanya sendiri, … Purbasari menghambur Purbararang, dan menangis di dalam pelukan.Ingin hati dirinya juga ikut mengekspresikan kesedihan dengan cara menangis, sama seperti Purbasari. Bersamaan dengan seperti pria yang berstatus sebagai ayah kerajaan, sekaligus ayah kandungnya, sang Paduka Raja, … Purbararang malah tetap berusaha untuk menjaga air mukanya supaya tenang.Dia yang melihat ayahnya tengah duduk di samping ranjang dengan tubuh yang menangis dalam diam, sampai-sampai membuatnya terlihat gemetaran dikala menggenggam tangan yang sudah kehilangan tenaga sekaligus nyawanya, … Purbararan
“Wah, lihat! Lihat! Calon Ratu kita!”“Uihh, dia memang cantik. Tetapi, jujur saja. Bukankah auranya agak sedikit menyeramkan?"“Uhm, yeah. Aku juga merasa begitu. Karena itu, aku jadi tidak yakin kalau kerajaan ini akan menjadi lebih baik dengan dia yang menjadi pengelolanya.”“Yah, betul! Bisa-bisa, kerajaan ini malah semakin terpuruk karena diperburuk olehnya.”"Ah, andai saja ada keajaiban sekarang, yang dapat mengubah watak pewaris kerajaan menjadi lebih baik."Tidak peduli dan sama sekali tidak mau peduli seolah-olah dia ini adalah seseorang yang tuli, mengabaikan semua kumpulan aristokrat yang sudah pasti bergunjing dalam membicarakan segala celah kesalahan maupun kekurangan untuk bisa menjatuhkannya, … dengan tenang, Purbararang berjalan secara anggun memimpin barisan keenam putri di belakang, memasuki ruang aula istana utama tuk menuju ke ujung altar.Tangan yang bertumpu saling menggenggam telapaknya di depan pusar. Wajah yang menengadah dan sepenuhnya menatap lurus ke depa
… Kenapa?Satu baris pertanyaan singkat yang tak dapat keluar dari mulut, digumamkan di dalam hati milik Purbararang.Mengepalkan tangannya dengan erat dibarengi bersama muka mengeras yang memandangkan tatapan horornya tuk melihat sang adik, Purbasari, … yang tadi baru saja menerima mahkota penerus kerajaan dengan cuma-cuma, dan kini tengah menarikan tarian pertamanya dalam debutan yang berlangsung sekalian dengan upacara peresmian, … Purbararang menggerutu di dalam batin.Diakui oleh semuanya, bahkan sampai ke selir dan para putri yang lain, terkecuali sang tunangan beserta dirinya sendiri, … Purbararang masih belum mau mempercayai akan hasil yang ia dapatkan.Ini aneh. Ini tidak dapat di terima dengan lapang dada. Juga, ini sangat tidak adil.Ada apa dengan keputusan mendiang ayahnya ini?Apakah kanselir itu benar-benar berkata jujur terkait mengumumkan wasiat raja, yang telah mewariskan seluruh kepercayaannya kepada Purbasari untuk mengelola semuanya?Apa benar tidak ada campur t
“Pfftahaha!”Tawa yang melengking, terdengar menggelegar.Memenuhi ruang makan istana yang tadinya bersuasana hening dari aksi Putri Purbamanik, tergelak puas melihati Purbararang duduk di kursi yang bertempat lumayan jauh dari Purbasari, … seolah- menyiratkan secara jelas bahwa ia memang tengah menghindari adik yang dulunya ia begitu sayang ini, dengan secara terang-terangan.“Hei, Rarang. Kau masih punya nyali untuk menunjukkan wajahmu yang berkulit tebal itu?”Tidak berbasa-basi lagi seperti dulu kalau dirinya ingin sekali mengatakan sesuatu ejekan atau hinaan dengan melancarkan sindiran berkalimat halus, kali ini, … Purbamanik dengan penuh percaya diri mengatakan di depan semuanya secara blak-blakan.“Jika aku jadi dirimu, aku mungkin sudah membunuh diriku sendiri saking parahnya rasa malu yang kuterima di depan orang banyak.”Apa yang saat ini tengah ia singgung adalah perihal Purbararang yang masih dengan tenangnya bertatapan muka dengan Purbasari, setelah diambil alihnya takhta
PRAKK!“Kyyaaa!”Vas yang jatuh.“Oh ya ampun? Purbasari! Apa kau baik-baik saja?”Atau memang sengaja dijatuhkan?Yah, pokoknya, insiden kecil itu telah memulai hari Purbasari yang diawali dengan kejutan dari Putri Purbaendah.Dia berdalih bahwa tidak sengaja menyenggol vas bunga yang terletak di sisi pagar tembok balkon kamarnya yang terletak di lantai atas, dengan ditambah sangkalan bahwa dirinya tak menyadari ada orang di bawah.Sedang serius-seriusnya berjalan menuju ke ruang kerja peninggalan ayahnya, yang nantinya juga akan bermaksud untuk segera menghadiri sidang kerajaan dalam memutuskan sesuatu akan permasalahan tertentu, tiba-tiba saja, … ada vas yang jatuh dari atas dan tepat mengenai permukaan di hadapannya sampai pecah berserakan.Akan sangat terbayang betapa mengerikannya jika vas itu sekiranya jatuh mengenai kepalanya! Ini benar-benar membuat Purbasari segera menyadari tentang betapa berharganya kemawasan diri.“A-aku tidak apa-apa, Teteh Endah. K-kalau begitu, … perm
“Me … memotong lengan?”Termangu. Membeku seperti batu. Semua orang termasuk Purbasari dan terkecuali Duke Jaya, … merasa sangat terkejut atas saran keputusan yang terlontar dari mulut pedas Purbararang.Terlebih-lebihnya lagi, si terdakwa itu sendiri.“Ny-nyai Putri ….”“Anda tidak serius mengatakan itu kan?”Menyahuti satu pertanyaan dari salah seorang anggota persidangan, Purbararang menyentak kasar. “Apa aku datang ke persidangan hanya untuk mengatakan kata-kata permainan saja?!”“M-meski begitu, ….”“Ya, memotong lengan? Itu terdengar keterlaluan!”“Suatu pemikiran yang lemah.” Purbararang menceletuk penuh kata-kata mencela secara tiba-tiba, dengan dibarengi oleh ekspresi muka yang tampak merendahkan. “Apa kalian berharap, ingin membuat si terdakwa ini diberi hukuman berupa diasingkan saja? Itu tidak akan ada gunanya sama sekali. Karena apa penyebabnya?”Seperti waktu di mana mendiang raja masih hidup dan Purbararang akan selalu diikut sertakan ke dalam persidangan, untuk mengas