“Me … memotong lengan?”Termangu. Membeku seperti batu. Semua orang termasuk Purbasari dan terkecuali Duke Jaya, … merasa sangat terkejut atas saran keputusan yang terlontar dari mulut pedas Purbararang.Terlebih-lebihnya lagi, si terdakwa itu sendiri.“Ny-nyai Putri ….”“Anda tidak serius mengatakan itu kan?”Menyahuti satu pertanyaan dari salah seorang anggota persidangan, Purbararang menyentak kasar. “Apa aku datang ke persidangan hanya untuk mengatakan kata-kata permainan saja?!”“M-meski begitu, ….”“Ya, memotong lengan? Itu terdengar keterlaluan!”“Suatu pemikiran yang lemah.” Purbararang menceletuk penuh kata-kata mencela secara tiba-tiba, dengan dibarengi oleh ekspresi muka yang tampak merendahkan. “Apa kalian berharap, ingin membuat si terdakwa ini diberi hukuman berupa diasingkan saja? Itu tidak akan ada gunanya sama sekali. Karena apa penyebabnya?”Seperti waktu di mana mendiang raja masih hidup dan Purbararang akan selalu diikut sertakan ke dalam persidangan, untuk mengas
“KENAPA!?”BRUKK!“Ukhk?!”Mencengkeram kedua bahu dan mendorong Purbasari sampai meringis, karena dia dipojokkan ke tembok aula tempat persidangan kerajaan yang kosong melompong selain dari diisi oleh eksistensi mereka berdua dengan sorongan yang lumayan bertenaga kuat, … Purbararang menggertak dengan suara yang dibentak-bentak.“KENAPA KAU MELAKUKAN ITU?!”Dia, saat ini telah dilanda amarah memuncak sampai-sampai menjadikannya berlaku kalap, … setelah sebelumnya mencoba dengan sebisa mungkin tuk berpura-pura bersikap tenang saja sehabis mendapati kalau keputusan akhir bersama dalam menentukan hukuman untuk terdakwa kasus korupsi, … telah disepakati untuk berakhir dengan aktivitas “Dimaafkan dan memaafkan” saja. Takut mendapati Purbararang yang berteriak kepadanya dengan suara keras seperti itu untuk pertama kali, Purbasari yang sudah meneteskan air mata, … berusaha menjawab pertanyaan mendesak dari sang kakak dengan suaranya yang mencicit kecil juga terbata-bata, … lagi gemetaran.
“Te— … Teteh, heuks.”Menyedihkan.Bersimpuh di hadapan Purbararang dengan ekspresi pada wajah cantiknya yang kini telah dikacaukan oleh sendunya sebuah tangisan, … Purbasari datang untuk memohon dengan segenap hatinya yang telah terkacaukan ini, … supaya diberi sedikit bantuan.“Orang yang di beberapa bulan lalu di dakwa sebagai pelaku korupsi, telah kabur dan melarikan diri bersama keluarganya sampai tak terdeteksi di seluruh wilayah kerajaan ini, … setelah membuat hutang besar ke kerajaan besar lain demi keuntungannya sendiri.”Menyorotkan tatapan mata yang sedingin es, Purbararang yang sama sekali tak memiliki keinginan di dalam hati untuk tak membiarkan adiknya sampai bertekuk lutut dan bersimpuh di hadapannya dengan cara yang sangat menyedihkan ini, … hanya memandang dengan rapatnya mulut yang seperti membisu.“Pihak dari kerajaan yang menuntut hutangnya untuk segera dilunasi dengan jumlah yang jauh lebih banyak karena sudah digandakan secara berkali-kali lipat, … sudah mengirim
“Pergi dari sini dan menjual diri sebagai penebus hutang?!”Mata yang melebar. Gigi yang menggemeretuk. Suara yang menggeram. … Juga tangan yang terkepal. Purbararang melakukan semuanya dikala ia menanyakan segala kejelasan yang sebetulnya tak ingin ia dengar.“Jangan mengatakan sesuatu yang konyol, Endah! Kau tidak akan pergi ke mana-mana!” Walau suaranya ditinggikan dan akan terdengar sangat membahana di taman tempat diadakannya jamuan pesta minum teh kecil-kecilan ini sekali pun, tetap saja … gertakan yang telah banyak dilandasi oleh rasa gelisah bercampur cemas, tak dapat menjangkau pertimbangan sang putri bernama Purbaendah.“Tidak apa-apa, Teteh.”“Endah!”Tak peduli berapa kali pun gendang telinganya menangkap suara bernada tinggi milik Purbararang yang terus-menerus memanggil namanya, … Purbaendah yang masih menampilkan senyuman kakunya, menggulirkan netra mengosongnya ke dalam isi dari cangkir teh.“Aku sudah lelah.”“Tidak! Kalau kau merasa lelah, tetap saja jangan pergi s
“T— … ti-tidak.”Melirih lemah, menjatuhkan belati di tangan yang segera ditangkap oleh seseorang di dekatnya sebelum benda tajam itu jatuh ke permukaan, … sampai-sampai menimbulkan suara yang nyaring dan dapat menyadarkan ratu pasir batang dari tidur lelahnya. Terutama, setelah ratu itu kedapatan menangis banyak sehabis menghadapi kakak-kakak tirinya yang menginterogasinya, … Purbararang yang saat ini mendadak saja ragu-ragu untuk memasuki ruang ratu, memundurkan kakinya dengan takut.“Bolehkah Saya yang melakukannya, ….”Melihat majikannya yang tadi pergi ke sini dengan tergesa-gesa seraya menenteng belati di tangan, sehingga membuatnya yang sudah berkewajiban untuk melayani apa pun yang dikehendaki sang tuan, … si orang yang dengan cekatannya menangkap belati yang jatuh tadi, Tumang, … hendak mengeluarkan pedang dari sarungnya yang tercantel di pinggang.“… Master?”Jika Purbararang menghendakinya, Tumang akan segera menjalankan tugas ini tanpa harus berkedip sedikit pun, … segera
“Gusti Ratu. Nyai Putri Purbararang … meminta izin untuk menghadap Anda.”“Ehh?!”Berjungkit dari tempat duduk meja kerjanya begitu mendengar pemberitahuan dari ksatria pengawal yang sedang bertugas di depan pintu untuk mengawal, yang tak lain ialah Sir Batara, … Purbasari terperanjat. Tumben sekali, kakaknya yang selalu saja menghindarinya mendadak ingin menemuinya di jam sebelum tidur ini.Ini membuatnya mendadak merasa gugup.“B-biarkan dia masuk!”Membenahi meja, merapikan penampilan, juga berusaha untuk mengendalikan air muka, Purbasari yang hatinya berdebar-debar tak menentu dikala melihat orang yang ia nanti-nanti telah tiba dengan membawa nampan, … menyunggingkan senyuman tipisnya dengan sungkan. “S-selamat malam, Teteh.”“Ya.”Duduk dengan sigap setelah membalas sapaan dari adiknya ini secara singkat lagi padat, kakak Purbasari, Purbararang, … meletakkan nampan berisikan mangkok air dingin untuk mengompres, juga mangkuk bubur dan segelas air teh hangat.“Mukamu sebengkak it
“K-kak … Kak Ana.”“Kyaak! Menjauh dariku! Monster!”Tersungkur dengan sangat menyedihkan di hadapan Putri Purbakancana yang dulunya merupakan saudari tiri paling dekat dengannya setelah Putri Purbaendah, … Purbasari yang baru saja didorong supaya menjauhkan uluran tangan menjijikkannya tuk berusaha menggapai gaun dan meminta tolong, … menangis dengan suara yang serak.“Kak, i-ini aku … Sa-sari.”“Aku tidak peduli! Pokoknya, menjauh dariku segera!”Sama sekali merasa tak sudi untuk mengulurkan lengannya dan menolong Purbasari, meski ia sendiri pun sebetulnya sudah mengenalinya sedari awal, lewat perantara rambut putih keperakan yang sangat mencolok itu, … Purbakancana sengaja berlaku abai.Dia memandang Purbasari yang datang ke istana kediaman para putri ini dengan sorot mata yang tajam, lagi penuh rasa ingin merendahkan.Tak jauh berbeda dari si putri berambut kuning kencana tersebut, putri-putri lain semacam Purbamanik, juga si putri kembar Purbaleuih dan Purbadewata, … melemparkan
PLAKKK!Tamparan keras mendarat.“Tidakkah kau melihatnya?!”Menghantam permukaan mulus kulit pipi Putri Purbamanik yang digeplak untuk ke sekian kalinya dari sang ibunda yang berstatus janda selir pertama, … dalam memarahi juga mempermalukannya di depan adiknya sendiri, Putri Purbakancana.“Jal*ng sialan itu dengan mudahnya merebut takhta!”“….”Terdiam karena tak memiliki selera untuk membalas ucapan ibunya yang justru nantinya malah akan semakin menjadi-jadi, … Purbamanik yang mengepalkan tangannya erat-erat dengan bibir yang digigit pahit, mengerutkan alisnya secara menukik.“Sedangkan kau? Apa yang kau lakukan?! Dasar anak yang tidak berguna!”Ahhh! Sungguh!Ini membuatnya geram.Ingin sekali hatinya sesekali melawan keinginan sang ibu yang terbilang ekstrem dan sangat memaksa. Akan tetapi, apa daya dan kuasanya untuk melawan orang yang sudah melahirkannya?“Pokoknya, cepat cari cara dan solusi lain untuk mendapatkan gelaran mahkota yang kosong itu, … sebelum penobatan resmi unt