Share

Chapter 7 - Yuk, Menari Bersamaku?

“Para Putri Purba … memasuki ruangan!”

KRIETT!

Gerbang aula utama kastel dibuka.

Memaparkan sinar terang yang berasal dari banyaknya lampu gantung berhiaskan bingkai emas dan bohlam permata, … tuk menerapkan cahaya secara merata mengenai penampilan indah nan memesona dari ketujuh anak perempuan Raja Prabu Tapa Agung.

Mereka semua masuk secara bersama-sama dengan Purbararang di barisan pertama.

Secara serentak memberikan salam kehormatan kepada para putri yang datang terlebih dahulu dibandingkan raja, ratu, juga para selir ke pesta debutan tahunan ini, … semuanya, tidak ada yang tidak membungkukkan badan mereka secara rendah, atau juga mengangkat sedikit gaun atau menyilangkan satu tangan di depan dada.

Menanti kedatangan sang pembuka dan penyelenggara sekaligus tuan rumah dari acara ini, yakni sang raja beserta orang-orang yang menjadi pendampingnya itu hadir, … ketujuh putri dengan alaminya langsung menyebarkan posisi ke tempat-tempat yang ditempati oleh kumpulan bangsawan tuk bersosialisasi, dengan sendiri-sendiri.

“Seperti melihat peri yang turun dari bulan, mata Saya telah diberkahi oleh limpahan besar kecantikan!”

“Ohoho, Nyai Putri. Lama tidak melihat Anda. Anda sudah besar saja.”

“Anda adalah keanggunan sejati, Nyai Putri! Anda bagaikan duplikatnya perbuatan suci Yang Mulia Gusti Ratu!”

Dan yah, … seperti yang telah di duga.

Dari semua tujuh putri yang menyebar ke titik-titik berbeda, titik milik putri yang ke tujuh, tempat di mana Purbasari berada itulah, … yang tampaknya menjadi tempat paling ramai dikelilingi oleh banyaknya bangsawan-bangsawan kenamaan.

Sedangkan, sebaliknya, … untuk sang kakak tercinta, Purbararang.

Dia, si putri yang memang sebetulnya lebih nyaman ditinggal sendirian di tengah keramaian ini, malahan tak ada barang seorang pun aristokrat yang datang ke arahnya dengan niatan untuk menghampiri.

Maksudnya, …!

Dia memang ingin ditinggal sendiri, karena kurang suka bersosialisasi. Tetapi, untuk saat-saat ini, … setidaknya jangan sampai begini juga!

Ini membuat malu!

Apalagi saat mata obsidiannya tak sengaja berkontak mata dengan netra kuning kejinggaan milik Purbamanik, … yang jelas-jelas tersenyum puas seakan-akan tengah mengejeknya saat ini.

Ahhh! Tidakkk!

Siapa pun! Siapa saja! Tolong datangi dia sekarang walau hanya seorang dan dalam waktu yang sekejap!

“Sepertinya Anda terlihat kesepian ya, … Nyai Putri?"

Wow! Waktu yang tepat!

"Dengan begitu, …."

Lekas menolehkan kepalanya ke arah suara yang mengalun dengan lugas dari seorang laki-laki muda di belakangnya, … secara otomatis, Purbararang langsung menunjukkan senyuman manis tuk memberikan kesan baik terhadap si penyelamat rasa malunya ini.

Akan tetapi, begitu ia mendongak dan memandangi wajah milik laki-laki itu sepenuhnya, mendadak saja … senyuman di bibirnya langsung buyar begitu menyadari akan siapa sosok orang yang kini balik menatapnya dengan mata merah menyala, … yang penuh akan rasa rindu dari sorot yang tampak menggebu-gebu.

“… Bolehkah Saya menghibur Anda di waktu yang sangat-sangat berharga ini?”

Ah.

Seakan-akan waktu telah berhenti dalam masa sesaat, … Purbararang tak menyadari bahwa dirinya sedang terperangah.

Seolah-olah tubuhnya telah dikutuk untuk membeku, si putri muda itu hanya mampu berdiri dengan kaku, seperti sudah memaku di tempat.

Cara sepasang bola mata gelapnya dalam memandangi wajah laki-laki di hadapannya, yang memiliki ciri sari ketampanan berupa tahi lalat satu di bawah bibir sebelah kanan, dan dua di bawah dekat mata beriris merah menggoda, … benar-benar terasa memiliki artian yang cukup mendalam.

Tak membutuhkan waktu yang lama, … helai rambut lembut pirang keemasan, cerah seperti pantulan sinar mentari pagi yang menyinari gelinciran buah pir yang dilapisi madu milik si laki-laki itu berayun.

Mereka mengikuti arah gerak sang empu yang kini merundukkan badannya meraih tangan Purbararang, … tuk kemudian berakhir dengan mengecup punggungnya bersama mata yang terpejam.

“Putra Duke Jaya, Indra, memberikan salam kepada Anda, … Nyai Putri. Atau, bolehkah Saya memanggil Anda dengan sebutan, ….”

Mengintip dari balik terbukanya sedikit kelopak mata berbingkai bulu mata yang panjang lagi lentik, munculah netra merah mencolok dengan warnanya yang banyak didominasi oleh aura memesona.

Laki-laki yang dulu seingat Purbararang adalah seseorang yang senantiasa berekspresi kaku itu, sekarang telah terang-terangan memberikannya sebuah serangan tidak sehat berupa sebuah senyuman yang sangat-sangat menawan!

“… Rarang?”

BLUSH!

Seketika wajahnya menjadi memerah dan terasa panas membara, Purbararang yang tak bisa berkata-kata lagi terkait betapa terkejutnya ia dengan segala perubahan yang telah mengubah tunangannya, Indra Jaya, … yang lagi-lagi dulunya adalah seorang bocah kelewat kikuk, saat ini tiba-tiba menjadi pemuda yang terlewat atraktif sampai-sampai bisa membuat gadis mana pun dapat menjerit hanya karena dilirik sedikit, … masih memandang lawan bicaranya ini dengan pandangan yang penuh artian.

Ini gawat! Ini canggung! Ini …! Ini memalukan!

Setelah mereka berdua sudah lama tidak bertemu, maka sekiranya … apa yang harus ia ucapkan?! Apa yang harus ia lakukan?!

“Jangan tegang begitu.”

Semakin tertarik untuk menyiksa Purbararang lebih dalam lagi dengan cara membuatnya dibakar hidup-hidup oleh banyaknya rona merah di wajah, sampai-sampai membuatnya berhasil menjadi terlihat seperti kepiting rebus, … Indra Jaya menangkup wajah sang tunangan, dan lekas menggerakkan kedua ibu jarinya untuk menenangkan otot-otot pipi Purbararang yang sepertinya sedang dipaksa untuk tersenyum kaku.

“Nanti cantikmu hilang.”

Terfokus pada Indra Jaya seorang, Purbararang menjadi tak mendengarkan dengan baik akan bisikkan-bisikkan orang di belakang.

“Haiya, kita olang kenapa tidak mendekati Nyai Putli Pulbalalang? Padahal, di antala pala Putli yang tujuh, yang paling menguntungkan jika kita dekati itu adalah si calon Putli mahkota woo!”

“Hoi! Apa kau tidak merihatunya tadi?! Saat kita semua ingin mencoba untuk mendekat Nyai Puteri, ada ningen yang sangat mengerikan itu! Dia mengancam kita dengan perototan mata!”

Berbeda dengan Purbararang, Indra Jaya yang sangat peka terhadap dua orang yang baru saja membicarakannya, melirikkan mata merahnya tuk menunjukkan sorot mata yang tajam lagi menakutkan, … tuk memandangi kedua orang penggosip tersebut dengan tanpa berkedip.

Untung saja sorot mata yang memandangi mereka berdua seperti orang yang tengah menantinya untuk mati di tempat langsung berhenti begitu sang raja hadir di aula sini, lengkap dengan ratu juga para selir.

Jika tidak, yah, … kedua orang yang malang itu sudah pasti akan merasa tertekan sampai-sampai kewarasannya hilang dari akal!

Pesta dansa debutan dimulai.

Sesaat selepas sang raja menarikan tarian pembuka dengan ratunya, perlahan-lahan, semua anak-anak bangsawan yang mengadakan debutan hari ini, … yang dikhususkan untuk anak perempuan berusia 15 tahun, dan anak laki-laki berusia 17 tahun dalam melepas titel mereka sebagai anak remaja tuk beralih ke usia dewasa, … mulai menari dengan partner dansa mereka pula.

Termasuk di antaranya, Purbamanik dan Purbararang.

“Bisakah aku, ….”

Terdiam melihat Indra Jaya mengulurkan satu lengan ke arahnya dengan lengan lain yang ditekuk di belakang punggung, Purbararang meneguk ludahnya gugup.

“… Menjadi partner dansa pertamamu di debutan, wahai tunanganku yang sangat cantik, … Nyai Putri Purbararang?"

Mendapatkan ajakan yang dilakukan dengan etika yang mengesankan juga perlakuannya yang sangat menawan, … tentu saja tak dapat memaksa Purbararang untuk menolak apa yang telah ia idam-idamkan.

Apa gunanya ia berlatih dansa dengan sekeras dan sesering yang ia bisa, jika ia sendiri saja tak mau menunjukkannya kepada orang yang ingin ia buat terkesan?

“Dengan senang hati, wahai tunanganku yang tampan. Mari kita menari."

Membalas raihan dari uluran tangannya Indra Jaya dengan malu-malu, begitu tangan mereka saling bertaut dan mulai genggam-menggenggam, secara alami … Purbararang tersenyum kecil begitu mendadak mengingat kenangannya bersama Indra Jaya sewaktu mereka berdua masih bocah.

“Senang bertemu denganmu lagi, … Indra Jaya.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status