“Teteh Lalang! Teteh Lalang!”
Anak bungsunya Raja Tapa Agung, Putri Purbasari.Sang balita yang sebentar lagi akan segera memasuki masa usia lima tahun, berlari dengan kaki-kaki kecilnya yang lucu tuk menghampiri sang kakak kandung, Purbararang, ….yang baru saja keluar dari ruang kelas berdansa.“Purbasari!”Membentangkan tangannya dengan lebar-lebar, refleks saja Purbararang langsung menangkap Purbasari yang melompat pada arah jangkauannya tuk masuk ke dalam dekapan.Mereka berdua berpelukan dengan tawa bahagia yang masing-masing keluar dari mulut secara sendiri.Seolah-olah, mereka berdua, … hanya dapat mengenal kata untuk tersenyum dan memancarkan keceriaan bersama-sama, di sepanjang hari.“Tceh.”Berdecih di balik rentangan kipas tangan yang menutupi setengah bagian muka, Purbamanik berujar tidak suka.“Dasar kekanak-kanakan,” ejeknya, yang sayangnya tak dipedulikan oleh para putri yang lain.“Ututu! Purbasari, pipimu ingin aku gigit!”“Kyaak, hentikan!”Mengelik merasa gemas akan tingkah lucu dari Purbasari, Purbakancana mencomot pipi yang putih kemerahan seperti buah persik itu, … sampai-sampai membuat sang empu mengelik merasa geli.“Ana~ hentikan itu."Muncul untuk datang dan melerai Purbakancana, akan mencoba melepaskan tangan nakal tersebut dari mencomot pipi Purbasari, … si putri yang kebiasaannya adalah mengucapkan sesuatu dengan tutur kata yang benar-benar terdengar begitu halus itu, mulai menggerutu.“Nanti, pipi Purbasari jadi ada bekasnya cubitannya," jelasnya, seraya mengusap bekas cubitan pada pipi Purbasari dengan lembut lagi penuh perhatian ekstrak.Senang dengan perbuatan penuh perhatian dari mereka, cepat-cepat saja, … Purbasari membalasnya dengan memeluk serta mencium pipi kedua kakak yang berlaku baik kepadanya barusan.Hal itu, telah sukses membuat orang yang ia cium sebagai pemberian hadiah tersebut, mendadak terdiam karena tersipu malu.“Sari sayang Teteh Ana! Sari sayang Teteh Endah!”Juga, hal itu pulalah ….“Akh-akhem! Pur-purbasari. A-apa kamu mau coklat?”“Coklat tidak enak! Mending permen saja!”… Telah mendorong si putri kembar yang dilanda rasa iri terhadap peluk dan kecup yang kedua saudari tiri mereka dapatkan barusan, untuk menggoda Purbasari supaya memberikan mereka hadiah juga.Sepasang manik matanya menatap secara berbinar-binar akan kudapan manis di hadapan, tak berlangsung lama, raut muka si putri bungsu yang masihlah seorang bocah itu pun, … mendadak berubah menjadi suram.“Uh, Teteh Lalang bilang, coklat tidak baik untuk gigi Sali. Pelmen juga sama.”“… Ah.”Secara bersamaan melirihkan ucapan singkat terkait menunjukkan bahwa mereka mengerti, pada akhirnya, si putri kembar itu pun ikut menundukkan wajah mereka sendu.“Yah, itu dapat dimengerti. Habisnya, dulu, … Teteh Rarang saja giginya bolong-bolong semua karena makan permen dan cokla—!”—BHAK!“—Ackk?!”Belum juga Purbakancana menyelesaikan kata-katanya terkait memberitahukan Purbasari perihal aib Purbararang, si orang yang tengah ia bicarakan sendiri malahan, … langsung menggeplak punggungnya dalam upaya untuk menyuruhnya segera diam.Dan hal itu memang sangat efektif.Karena Purbakancana hanya memedulikan rasa sakit yang berdenyut-denyut di bagian punggung, ia jadi tak memedulikan tujuan awalnya tuk membongkar cerita memalukan milik Purbararang lagi.“Tetapi, ke depannya ….”Kembali ke topik awal yang menyoroti si putri bungsu, … bocah kecil pemilik nama Purbasari itu. Kali ini, ia terlihat bersikeras untuk berjinjit setinggi mungkin, … agar tubuh pendeknya dapat meraih dan melingkarkan lengan di bahu Purbadewata juga Purbaleuih.“… Walau Teteh Dewata dan Teteh Leuih tidak mengasihi Sali hadiah, Sali akan tetap membagikan kalian hadiah!”Menjatuhkan kecupan bolak-balik di masing-masing pipi kakak tirinya yang tidak banyak bicara, Purbasari tersenyum lebar dengan hati yang polos.“Sali sayang kalian beldua!”Lagi dan lagi, berkat ketulusannya itu, Purbasari dengan mudahnya berhasil membakar pipi kedua putri yang terlahir dari selir ketiga raja dengan serangan rona merah!Menarik lengannya kembali untuk segera menjauh dari si putri kembar, … Purbasari lekas membalikkan badannya dan menggerakkan kembali kaki-kakinya yang melangkah dengan ringan, … tuk berlari-lari kecil dan berakhir menerjang seorang putri lain, yang saat ini tengah mencoba menyembunyikan raut muka bercampur aduknya di balik kipas.“Ap—? Apa yang …?!”“Sali sayang Teteh Manik juga!”Si putri yang baru saja tersentak sejenak, yakini Purbamanik, mendadak langsung terdiam dan senyap dikala ia menunduk, … karena ia tengah mendapati Purbasari sedang menengadahkan wajah kepadanya dengan ekspresi yang polos.Tidak hanya itu, tangan-tangan kecilnya yang pendek itu pun ikut berpartisipasi dalam aksinya yang menggemaskan ini, … dengan cara melingkarkan kedua lengan tuk mengunci pinggang Purbamanik.“….”Canggung dengan Purbasari yang menatapnya dalam diam secara terus-menerus seperti itu, telah membuat Purbamanik agak sedikit kurang nyaman.Sehingga, selepas ia menggigit bibir bawahnya sejenak, juga melipat kipas kertas ditangan tuk menunjukkan wajahnya yang sudah tampak dirias oleh sedikit rona merah, … Purbamanik mengeluarkan suara.“Terima kasih, ….”Dengan memaksakan ego juga rasa gengsinya yang besar untuk mengalah pada sebuah kemauan kecil, Purbamanik mengangkat tangan yang kosong.Dia langsung menempatkannya dengan gerakan yang ringan di atas kepala berambut lembut milik Purbasari.Segera saja, ia langsung membelainya dengan hati-hati bersama wajah yang sengaja dipalingkan tuk menghadap ke samping lain.Dengan alasan, … supaya ia tak berkontak mata dengan putri mana pun.“… Karena telah menyayangiku.”***“Nyai Teteh. Apa kamu sudah memesan gaun untuk debutan nanti?”Tak terasa, tahun telah banyak berganti dalam menyeret Purbararang untuk mulai keluar dari usia remaja, … dan menuju ke dalam luang lingkup usia dewasa.“Kalau belum, bagaimana jika Teteh memesannya bersama denganku saja?”Dengan tenangnya mendengarkan semua celoteh remeh dari Purbaendah yang saat ini tengah asyik bermain dengan rambut hitamnya yang sepanjang pinggang, untuk di sisir dan dibentuk berbagai macam-macam model gaya rambut yang saat ini sedang populer, … Purbararang yang sebentar lagi akan mengadakan debutannya di dunia sosial secara resmi, menjawab secara berkenan.“Ide bagus. Dengan begitu, kita bisa memesan gaun yang sepasang juga. Biar tampak serasi.”Anak sulung Raja Prabu Tapa Agung, Putri pertama kerajaannya Pasir Batang, Purbararang, … kini telah tumbuh dengan baik menjadi seorang gadis muda berusia akhir 14 tahun.Hanya tinggal menunggu beberapa hari lagi saja, untuk menuju ke hari debutan yang akan senantiasa diselenggarakan setiap setahun sekali, … bertepatan dengan hari ulang tahun Purbararang yang ke-15 nanti.“Ehhh? Jangan begitu!”Tanpa diduga-duga oleh Purbararang sepenuhnya, … menolak tawaran dengan kikuk, Purbaendah telah berhasil mendorong sang kakak tiri tertuanya ini untuk segera membalikkan badan dan menghadapnya dengan wajah yang tertuju lurus.“Aku kan hanya mengajak Teteh untuk memesan gaunnya bersama-sama supaya datangnya nanti juga bersamaan.”“Yah, … jadi?”“Aku tidak mengajak Teteh untuk memesan gaun yang serupa denganku. Apalagi yang tampak serasi!”Mengangkat satu alisnya penasaran, Purbararang melontarkan pertanyaan. “Kenapa begitu?”“Karena …!”Seolah-olah berlaku secara sengaja untuk semakin membuat sang kakak tirinya tersebut menjadi larut akan rasa penasaran yang begitu mendalam, … Purbaendah lekas menutupi mukanya dengan kedua telapak tangan.Dikarenakan saat ini, sebisa mungkin yang ia mampu, dirinya yang gampang tersipu itu ingin sedikitnya dapat mengurangi rasa malu yang tak tertahankan sekarang.“Tentu saja karena Teteh akan berpakaian secara berpasangan dengan tunangannya Teteh, … bukan?”"… Oh …?"… Ah. Sial.Untuk sesaat, Purbararang melupakannya.“Ingat, Teteh kan punya tunangan. Putra tunggalnya Duke Jaya, Pangeran Indra Jaya! Ada rumor yang telah mengatakan kalau dia sudah pulang dan tengah beristirahat di Duchy!”Sekarang, setelah diingatkan oleh Purbaendah, … sontak saja wajahnya Purbararang langsung dibakar oleh banyaknya semburat merah secara segera, … bersamaan dengan hati yang seperti sedang menyanyikan irama gendang jantung yang berdebar-debar.“Untuk membuatnya terlihat jelas sebagai pasangannya Teteh, aku yakin sekali, kalau dia akan berpakaian yang tampak serasi dengan pakaianmu!”Ah, pada akhirnya, … Purbararang telah sadar.Dia menyadari memiliki sosok tunangan yang hampir 5 tahun ke belakang ini tak ia temui secara langsung seperti waktu-waktu awalan hubungan, … karena Indra Jaya harus melakukan studi ke akademi khusus bangsawan di kerajaan lain.Dia tidak pulang selama bertahun-tahun.Di tahun-tahun pesta debutan sebelum-sebelumnya pun, ia tak datang.Jadi, karena itulah, sebelum di beritahu Purbaendah, … Purbararang tidak kepikiran kalau Indra Jaya akan datang juga di debutan kali ini.“Dan yang paling penting, aku sangat yakin sekali … kalau dia pasti sangat ingin mendapatkan tarian pertama Teteh lebih dari siapa pun!”Begitu membayangkan dirinya akan segera menemui orang yang sudah lama tak ia jumpa. Terlebih lagi itu adalah sesosok tambatan hatinya, … benar-benar membuat Purbararang merasa bahwa dirinya ini mungkin saja akan langsung tak sadarkan diri seketika.Ini menjadikannya penasaran.Seperti apa ya, … sosok Indra Jaya yang sekarang?“Para Putri Purba … memasuki ruangan!”KRIETT!Gerbang aula utama kastel dibuka.Memaparkan sinar terang yang berasal dari banyaknya lampu gantung berhiaskan bingkai emas dan bohlam permata, … tuk menerapkan cahaya secara merata mengenai penampilan indah nan memesona dari ketujuh anak perempuan Raja Prabu Tapa Agung.Mereka semua masuk secara bersama-sama dengan Purbararang di barisan pertama.Secara serentak memberikan salam kehormatan kepada para putri yang datang terlebih dahulu dibandingkan raja, ratu, juga para selir ke pesta debutan tahunan ini, … semuanya, tidak ada yang tidak membungkukkan badan mereka secara rendah, atau juga mengangkat sedikit gaun atau menyilangkan satu tangan di depan dada.Menanti kedatangan sang pembuka dan penyelenggara sekaligus tuan rumah dari acara ini, yakni sang raja beserta orang-orang yang menjadi pendampingnya itu hadir, … ketujuh putri dengan alaminya langsung menyebarkan posisi ke tempat-tempat yang ditempati oleh kumpulan bangsawan tuk bersos
Ah.Padahal, dahulu sekali, … yang sering kali membuat pasangannya menjadi salah tingkah hanya karena saling berkontak fisik ringan itu adalah Purbararang. Tetapi, lihatlah saat ini.Waktu telah cepat sekali berlalu, … untuk memaksa tugas membuat tersipu salah satu orang dari sepasang tunangan tersebut, beralih menjadi kepada Indra Jaya.Seakan-akan terbuai oleh efek rindu yang mendalam, … kedua sejoli muda-mudi ini menari di bawah lampu gantung yang dapat menyinari sorot yang berarti dari mata mereka, dengan masing-masing maniknya menampakkan pandangan yang penuh akan rasa nostalgia.Seolah-olah peri cinta datang dan memberkati mereka berdua dengan melontarkan masing-masing satu anak panah untuk menembus hati mereka, keduanya … tak bisa untuk tidak berhenti menyimpulkan sebuah senyuman yang malu-malu, … walau otot-otot di pipi saja sudah menjadi pegal sekali pun.“Apakah aku dapat mempercayai apa yang dilihat oleh mataku ini?”Melihat tarian yang ditarikan pasangan tunangan muda itu
“Namanya adalah Tumang.”Semenjak Purbararang menceritakan pengalamannya bahwa ia telah kedapatan ditodong pisau oleh seorang pelayan kepada Indra Jaya, hari ini, demi mengawasi keamanan untuk tunangannya yang tersayang, … si putra Duke itu memilihkan ksatria muda yang sangat ia percaya talentanya, … karena dia adalah pengawalnya sendiri yang kerap kali menjadi lawan pelatihan semua aktivitas seni bela diri.Menenteng pedang dan menempatkannya untuk menjadi tongkat tumpuan tumpukkan tangan, Indra Jaya yang dengan setianya memerhatikan hal detail kecil terkait gerak-gerik Purbararang dalam mengabaikan ksatria bersangkutan yang menekuk satu lutut bersama wajah menunduk di samping meja tempat minum teh, … tersenyum dengan lepas.“Mulai hari ini, … dia akan menjadi pengawalmu, Rarang.”Lama mendiamkan seorang laki-laki muda yang kelihatannya memiliki usia yang hampir sebaya dengan tunangannya, pada akhirnya … Purbararang tetap menggulirkan netranya ke orang yang memiliki nama “Tumang”.Ma
“Hei, apa kau mendengarnya?”“Mendengar apa?”“Pelayan baru yang baru bekerja di sini selama satu minggu! Dia sudah keluar dan berhenti bekerja setelah mendapatkan hukuman dari Nyai Putri Purbararang!”“Ohh, be-benarkah? Memangnya apa kesalahannya?”“Aku dengar langsung darinya, dia tak melakukan kesalahan apa pun tapi tetap dihukum dengan tidak adil begitu saja!”“Sungguh?! Jika betul begitu, itu keterlaluan sekali!”“Ehhh?! Benarkah? Itu sulit dipercaya!”“Gasp!”Sekitar tiga pelayan yang baru saja asyik menggunjing, mendadak langsung tersentak begitu tahu-tahu sudah menyadari ada salah satu putri yang mereka layani, Purbasari, … tengah berdiri dengan raut muka yang syok, setelah memikirkan lamat-lamat terkait informasi apa yang tak sengaja ia dengar barusan.“Teteh Rarang-ku tidak mungkin seperti itu!”Ciut dan langsung bertekuk lutut di hadapan putri muda berusia 11 tahunan itu, ketiga pelayan yang takut akan memiliki nasib yang serupa dengan apa yang telah mereka omongkan, … leka
STRAKK!Anak panah menancap.Melesak dari busur milik Putri Purbararang, dan meluncur secara cepat dalam mengenai papan target panahan dengan tepat.“Luar biasa.”Seseorang memuji.Tak berapa lama, ia pun menggerakkan jari jemari yang bertaut dengan busur panahan pula, untuk ikut menyusul pencapaian serupa dalam mengenai target secara tepat jua, … seolah-olah tak ingin kalah dari menyaingi Purbararang.Dia adalah si putri tertua kedua Kerajaan Pasir Batang, Purbamanik.“Untuk seorang putri yang sudah terkenal ke mana-mana akan citranya yang bikin geleng-geleng kepala.”STRAKK!Sekali lagi, papan target panahan ditembak.Memberikan hasil dari lontaran anak panah milik Purbamanik yang mengenai titik tengah target, menancap selepas membelah anak panah milik Purbararang terlebih dahulu.“Apa kau tidak pernah bosan?”Membalikkan ucapan bernada sinis itu dengan pertanyaan, Purbararang yang juga sama keras kepalanya tidak ingin mengalah atau bahkan dikalahkan oleh saudara tirinya ini, … kemb
Merebut dan menjadikan mahkota kandidat ratu apanya?Melihat saingannya, Purbararang, yang dengan anggunnya menundukkan kepala di hadapan Paduka Raja juga Paduka Ratu untuk menerima pemberkatan, dan dimahkotai di hadapan seluruh tamu-tamu kalangan bangsawan kehormatan, … Purbamanik menggemeretukkan giginya dengan kesal dari balik rentangan kipas.Mata bermanik kuning kejinggaan itu tampak serius dalam mengilatkan pancaran kemarahan.Terutama, setelah ia kedapatan berkontak mata dengan bongkahan manik berwarna serupa milik ibunya sendiri, … Purbamanik semakin merutuk di dalam hati.“Diberkatilah, Putri Mahkota, Nyai Putri Purbararang.”Begitu sang raja mengucapkan kata-kata harapan itu, secara refleks, orang-orang banyak yang menjadi saksi atas pengangkatan Purbararang menjadi Putri Mahkota tepat di hari ulang tahunnya yang ke-18 ini, … ikut mengucapkan kata-kata yang serupa pula.Apalagi untuk si putra Duke Jaya, Indra, … yang mengujarkan ucapan doa sekaligus harapan itu dengan sangat
BLARRR!Petir menyambar, dan hujan bercucuran dengan deras di hari yang mendung. Seolah-olah, mereka semua … ikut merasakan kesedihan yang begitu mendalam, terkait melepas kepergiannya sang rembulan kerajaan dari dunia kehidupan, … ke alam kematian.“Te— … heuk, Teteh.”Tak bisa menampung rasa sedihnya lebih lama lagi begitu melihat sang ibunda yang baru saja meninggal tepat di hadapan mata kepalanya sendiri, … Purbasari menghambur Purbararang, dan menangis di dalam pelukan.Ingin hati dirinya juga ikut mengekspresikan kesedihan dengan cara menangis, sama seperti Purbasari. Bersamaan dengan seperti pria yang berstatus sebagai ayah kerajaan, sekaligus ayah kandungnya, sang Paduka Raja, … Purbararang malah tetap berusaha untuk menjaga air mukanya supaya tenang.Dia yang melihat ayahnya tengah duduk di samping ranjang dengan tubuh yang menangis dalam diam, sampai-sampai membuatnya terlihat gemetaran dikala menggenggam tangan yang sudah kehilangan tenaga sekaligus nyawanya, … Purbararan
“Wah, lihat! Lihat! Calon Ratu kita!”“Uihh, dia memang cantik. Tetapi, jujur saja. Bukankah auranya agak sedikit menyeramkan?"“Uhm, yeah. Aku juga merasa begitu. Karena itu, aku jadi tidak yakin kalau kerajaan ini akan menjadi lebih baik dengan dia yang menjadi pengelolanya.”“Yah, betul! Bisa-bisa, kerajaan ini malah semakin terpuruk karena diperburuk olehnya.”"Ah, andai saja ada keajaiban sekarang, yang dapat mengubah watak pewaris kerajaan menjadi lebih baik."Tidak peduli dan sama sekali tidak mau peduli seolah-olah dia ini adalah seseorang yang tuli, mengabaikan semua kumpulan aristokrat yang sudah pasti bergunjing dalam membicarakan segala celah kesalahan maupun kekurangan untuk bisa menjatuhkannya, … dengan tenang, Purbararang berjalan secara anggun memimpin barisan keenam putri di belakang, memasuki ruang aula istana utama tuk menuju ke ujung altar.Tangan yang bertumpu saling menggenggam telapaknya di depan pusar. Wajah yang menengadah dan sepenuhnya menatap lurus ke depa