Home / Historical / Purba Mahkota / Chapter 8 - Ada Kupu-kupu Di Perutku!

Share

Chapter 8 - Ada Kupu-kupu Di Perutku!

Author: Aerina No 7
last update Last Updated: 2022-10-01 03:54:16

Ah.

Padahal, dahulu sekali, … yang sering kali membuat pasangannya menjadi salah tingkah hanya karena saling berkontak fisik ringan itu adalah Purbararang.

Tetapi, lihatlah saat ini.

Waktu telah cepat sekali berlalu, … untuk memaksa tugas membuat tersipu salah satu orang dari sepasang tunangan tersebut, beralih menjadi kepada Indra Jaya.

Seakan-akan terbuai oleh efek rindu yang mendalam, … kedua sejoli muda-mudi ini menari di bawah lampu gantung yang dapat menyinari sorot yang berarti dari mata mereka, dengan masing-masing maniknya menampakkan pandangan yang penuh akan rasa nostalgia.

Seolah-olah peri cinta datang dan memberkati mereka berdua dengan melontarkan masing-masing satu anak panah untuk menembus hati mereka, keduanya … tak bisa untuk tidak berhenti menyimpulkan sebuah senyuman yang malu-malu, … walau otot-otot di pipi saja sudah menjadi pegal sekali pun.

“Apakah aku dapat mempercayai apa yang dilihat oleh mataku ini?”

Melihat tarian yang ditarikan pasangan tunangan muda itu, seluruh bangsawan yang tadi hanya tertarik tuk mengerubuti putri selain Purbararang, langsung melongo saking terpesonanya akan pemandangan yang menentramkan.

“Langkah yang ringan! Mereka seperti sedang menari di atas awan!”

“Hei! Ini patut untuk diabadikan!”

Lagi dan lagi, seolah-olah tidak peduli dengan keadaan sekitar, dan hanya terfokus saja ke dalam dunia yang mereka damba, baik Indra Jaya maupun Purbararang … tak mampu memalingkan pandangan dari mata mereka untuk beralih melihat hal yang lain selain dari manik mata indah milik satu sama lain.

“Aku tahu kalau kamu ingin menghabiskan waktu berdansa yang lumayan lama denganku. Tetapi ingatlah, … Indra.”

Mencoba melepaskan tangannya yang masih digenggam dengan erat oleh Indra Jaya walau lagu waltz sudah selesai sekali pun, Purbararang mencoba mengingatkan tunangan yang ingin menempel kepadanya seperti lem ini, … dengan suara sedikit bergetar karena bersikeras tuk menahan tawa mengekeh.

“Aku harus berdansa dengan yang lain juga. Apalagi Ayahku.”

“Tidak.”

Tersenyum nakal dan melingkarkan satu lengannya tuk mengunci pinggang Purbararang, dan langsung mendekatkan sang gadis idamannya tuk datang ke dekapan, … Indra Jaya berbisik pelan.

“Tidak boleh,” ujarnya, menggelitik hati Purbararang sampai merasa ada kupu-kupu beterbangan di dalam perut.

“Laki-laki yang dapat berkontak fisik denganmu, meski itu hanya berpegangan tangan sedikit pun, … hanya boleh aku saja.”

“Hei, ayolah!”

Merasa geli, Purbararang tak bisa menyembunyikan senyuman bahagianya sambil memukul-mukul pelan dada Indra Jaya akibat terlampau senang.

Terkekeh sebentar atas tindakan menggemaskan dari putri pembawa keceriaan dalam hidupnya, Indra Jaya menangkap tangan yang kini jauh lebih kecil dari tangannya dibandingkan sewaktu mereka masih anak-anak, … kemudian segera menggerakkan bibirnya kembali dan berkata.

“Rarang, aku serius!” serunya berusaha meyakinkan, sambil menatap lamat-lamat manik mata hitamnya Purbararang.

Bukannya tambah tersipu melihat keseriusan di wajah Indra Jaya dalam beberapa masa, … hal itu malah mendorong Purbararang untuk kembali tertawa.

“Oh, kamu masih belum mempercayainya? Apa kamu ingin aku membuktikannya?”

“Ya, ya. Terserah kamu saja. Aku sebetulnya kurang memedulikannya.”

Menjawabnya dengan selingan tawa yang terdengar bodo amat, Purbararang membalikkan genggaman tangan pemuda itu supaya kini menjadi dirinyalah yang mencekal tangan besar milik tunangannya tersebut, dan lekas menempatkannya di pipi miliknya yang sebelah kiri.

“Karena yang kupedulikan saat ini ialah, ….”

Menjeda kalimatnya sejenak, Purbararang membuka telapak tangan Indra Jaya di samping pipi, seterusnya melabuhkan sebuah kecupan ringan di sana.

CHUU~❤️

“… Perhatianmu?”

Dan hal itu, … sukses menjadikan Indra Jaya kembali ke setelan awal.

Tersipu berat dengan telinga memerah sangat, seakan-akan hendak meledak kapan saja!

~•••~

Pesta debutan hari ini memang sangat melelahkan.

Pulang ke kediaman istana para putri lebih awal dari yang lain, dan segera menuju ke kamarnya sendiri tuk segera beristirahat tanpa ditemankan oleh seorang ksatria pengawal atau pula pelayan pribadi, … Purbararang disambut oleh sebuah kejutan kecil yang tak akan pernah ia duga bisa mendapatkannya di hari yang membahagiakan ini.

“Apa yang kau lakukan …?”

“Gasp!”

GRINCING!

Cincin berhias batu rubi, kalung dengan cantelan liontin batu safir, anting-anting bermata batu zamrud, beserta perhiasan-perhiasan lain yang terbuat dari intan juga permata murni, … jatuh bergemerencang ke lantai, dengan sebagiannya maju secara menggelinding mendekati sepatu Purbararang.

Menatap horor seorang pelayan perempuan dari ambang pintu yang barusan ia buka, telah menampakkan sesosok orang tak tahu malu itu tengah berusaha mengarungi semua perhiasan miliknya dari kotak ke dalam saku celemek putih, … Purbararang mengeluarkan suara yang berat.

“… Dengan perhiasanku?”

“… Heuk! Sa-saya!”

Tercekat bersama menunjukkan raut muka yang ketakutan dengan sangat, begitu tergurat di wajahnya yang bercucuran keringat dingin.

Setiap kali melihat Purbararang mulai mendekatinya selangkah demi selangkah, pelayan yang masih berusaha mencuri secara terang-terangan di depan pemilik benda yang ia curi sambil berusaha mencari celah kesempatan untuk melarikan diri, … mulai mengancam sang putri yang seharusnya ia layani, dengan pisau lipat yang ia munculkan dari balik rok seragam maid.

“Berani-beraninya kau …!”

Mengerutkan keningnya kesal dan langsung berjalan secara cepat kemudian memelintir tangan si pelayan dalam gerakan kilat seperti sudah terlatih, … Purbararang menjatuhkan sebuah tamparan pelak di pipi pelayan itu, sampai-sampai membuatnya berakhir dengan tersungkur di lantai.

“Berani-beraninya kau menodongkan benda itu padaku! Apa kau orang yang tak tahu malu?! Dan juga ….”

Merundukkan badan, menengok pelayan yang masih terus menundukkan kepalanya sambil memegangi perihnya bekas tamparan di pipi, … Purbararang bertanya dengan ekspresi yang garang.

“… Kenapa kau berusaha mencuri semua perhiasan pemberian dari Ayahku? Bukankah para pelayan yang ada untuk melayaniku ini tahu, kalau aku paling menghargai kotak perhiasan ini karena memiliki kumpulan-kumpulan hadiah ulang tahun dari Ayahku?!”

“Sa-saya minta maaf.”

“… Hah?!”

“S-s-saya minta maaf, Nyai! Saya benar-benar minta maaf!”

“….”

Terdiam dengan kening yang masih mengerut melihat pelayan calon pencuri itu merendahkan bidak tubuhnya sampai ke titik bersujud juga hendak mengecup kakinya ini, … Purbararang yang tadinya sudah berharap pulang-pulang akan langsung beristirahat, memijit pelipisnya dan menghela nafas lelah.

“Katakan. Siapa namamu?”

“Sa-sayuti, Nyai Putri.”

“Oke, Sayuti.”

Beranjak berdiri, menunjukkan secara tidak langsung bahwa derajatnya ini jauh lebih tinggi dari seorang pelayan semacam Sayuti, Purbararang memberi keringanan.

“Aku memaafkanmu kali ini, tapi, jika kau nanti kedapatan mengulangi kesalahan yang sama lagi, ….”

Kembali menggerakkan otot-otot di wajahnya tuk membentuk sebuah ekspresi, Purbararang mempertontonkan pelayan itu akan raut mukanya yang penuh penekanan.

“… Aku tak akan pernah segan-segan untuk menghukummu dengan hukuman yang sudah ada!”

Hukum yang dibicarakan oleh Purbararang saat ini adalah, … majikan dari seorang pelayan berhak memberi hukuman sesuai keinginannya terhadap budak atau pelayan yang telah berbuat kesalahan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Purba Mahkota   Author note

    Halo, ini dengan Aerina No 7! Terima kasih banyak telah mengikuti cerita ini sampai akhir. Wah, sulit dipercaya tapi kisah mereka hanya berakhir di sini, hehe. Saya tidak tahu harus mengatakan apa lagi, yang jelas, Saya sangat-sangat berterima kasih ^^ Ah, ngomong-ngomong, jika berkenan kalian bisa mengunjungi cerita karya Author yang temanya memang tidak jauh-jauh seputar dunia novel, romansa fantasi, dan ada unsur historikal fiksi. Akan tetapi, karena tidak sesuai dengan kriteria di sini, Author mempublikasikannya di tempat lain. Oh, dan …! Nama novelnya itu "Fall For Villains". Untuk lebih jelasnya lagi kalian bisa mengetahuinya di karya*arsa punya Author, dengan nama pena aerinano7. Sekali lagi, terima kasih atas perhatiannya ya! Author sayang kalian banyak-banyak 😘

  • Purba Mahkota   S.S - Afeksimu Di Dunia Paralel : Akhir Bahagia

    “Lihatlah, Mama.”Memandang dengan haru sepasang bayi kembar laki-laki dan perempuan yang dibaringkan di samping Rarasati, Mahendra yang di beberapa masa lalu terus mengucapkan terima kasih selama berkali-kali, … tak bisa untuk berhenti menggoda istrinya ini.“Pangeran dan Tuan Putri kita benar-benar sekuat dan setangguh dirimu.”Rasa cemas berlebihan terkait dirinya, seorang Mahendra yang mengkhawatirkan keselamatan Rarasati dalam proses melahirkan tadi, … kini telah tergantikan oleh rasa lega dikala kembali mendapati senyuman yang senantiasa memperindah wajah lelah istrinya sebelum-sebelum itu, sama seperti yang dilakukan sekarang. “Mereka sangat aktif sekali dalam perutmu dulu. Akan tetapi, sekarang, mereka berdua justru jauh lebih kalem dari pada yang kukira ya?"Mungkin, karena merasa nyaman dengan dekapan hawa hangat dari sosok ibu, atau juga karena kelelahan sehabis menangis dengan kencang segera setelah terlahir ke dunia, … anak kembarnya Rarasati dan Mahendra malah asyik ter

  • Purba Mahkota   S.S - Afeksimu Di Dunia Paralel : Waktunya Mendongeng

    Cemas. Khawatir. Gelisah.Semuanya bercampur aduk di dalam hati Mahendra Jaya selayaknya badai tornado, di tengah-tengah penantiannya menunggu masa istrinya, Rarasati Jaya, … melahirkan.Ini sudah sore, akan tetapi tanda-tanda dari berakhirnya kontraksi yang terjadi sedari pagi tadi masih belum menunjukkan hilal.Tungkai kaki yang tak bisa berhenti bergerak di tempat. Tangan berkeringatnya yang tak bisa lepas mengepal. Serta wajah seriusnya yang tak bisa sedikitnya dibawa bertenang, … segera dihempaskan semua tuk lepas secara paksa, begitu melihat kedua orang tua serta mertuanya datang memenuhi panggilan darurat yang ia buat tadi.“Bagaimana keadaan Raras?”Yah, itu benar.Bahkan untuk orang tersibuk di negara, Ayahnya Rarasati yang masih menjabat sebagai presiden negara mereka saja … sampai rela mengedepankan situasi putrinya ini dibandingkan dengan urusan lain.Well, paling tidak, Mahendra yang tahu bahwa meskipun Rarasati malu-malu mengakuinya, … lama-kelamaan, istrinya tersebut m

  • Purba Mahkota   S.S - Afeksimu Di Dunia Paralel : Hari Yang Dinantikan

    Gelisah, membolak-balikkan posisi tidur menyampingnya ini dari sisi satu ke sisi lain, calon ibu muda, istri dari seorang Mahendra Jaya, yakni Rarasati, … membuat tidur lelap suaminya yang kelelahan itu menjadi terkacaukan akibat terusik.“Urngh, … ada apa … cintaku?”Meski nyawanya terlihat belum sepenuhnya terkumpul, kendati demikian, … memaksakan tubuh lesunya itu untuk segera duduk dengan baik di samping sang istri yang masih tetap menunjukkan gelagat orang gelisah, … Mahendra menarik selimut untuk ia tarik menutupi tubuh Rarasati.“Apa kamu sakit?”Bukan hanya kali ini saja Rarasati bersikap seperti ini.Juga bukan sebab mengandung pulalah dia bertingkah laku semacam itu.Habisnya, dari sejak masih gadis pun, suasana hati milik wanitanya Mahendra Jaya ini gampang sekali berubah-ubah secara tidak karuan.“Kamu betulan sakit? Mana yang sakit? Biar kuperiksa.”Sekali lagi memutar arah tidurannya supaya kali ini dirinya dapat dengan jelas menghadapi duduknya Mahendra, memusatkan mata

  • Purba Mahkota   S.S - Afeksimu Di Dunia Paralel : Mi Amor

    “Jadi, jelaskan pada Bapak, Pepita.”Mempersembahkan senyuman yang paling-paling menawan di antara biasanya, wakil kepala sekolah yang duduk di balik meja berpapan nama Mahendra Jaya itu, berhasil membuat anggota OSIS yang hanya beranggotakan inti berupa satu ketua, satu sekretaris, serta satu bendahara sekaligus seksi keamanan, … menjadi merinding mendadak.“Kenapa anak Pak Jang, sekretarisnya 'Ayah Mertua' dari Bapak ini mendadak ingin menjadi anggota OSIS gara-gara kamu?”“Apa?”Bertanya balik sembari melihat murid yang di waktu jam istirahat pertama tadi ia tolong dari para tukang rundung itu, yang saat ini dengan malu-malu bersembunyi di balik bahu wakil kepala sekolah sambil mengintipnya sedikit-sedikit menembus lensa kacamata, … Pepita menautkan alisnya penasaran.“Anak itu …?” lanjutnya dengan nada heran, merasa tidak habis pikir dengan apa yang terjadi. “Dia yang anak sekretaris Presiden ingin menjadi anggota OSIS gara-gara aku? Kenapa? Bagaimana bisa?”Tidak bisa berhenti m

  • Purba Mahkota   S.S - Afeksimu Di Dunia Paralel : Rivalku, Sainganku! (2)

    “Pepita Jaya.”Menyahuti panggilan bernada suara lembut lagi menenangkan seolah-olah badai amukan tidak akan pernah menerjang muka cerah berseri-seri milik wakil kepala sekolah, Pepita menengadahkan wajahnya secara percaya diri.“Mendekatlah, Bapak ingin membisikkan sesuatu.”Ahh~!Apakah kakaknya ini sedang benar-benar dalam mode seorang guru di sekolahan sekarang?“Ada apa, Pa—uakhh?!”Awal mula menyangka bahwa kakak laki-lakinya itu akan merasa bangga terhadapnya dan berakhir menghadiahkan tepukan pelan di pucuk kepala, … ujung-ujungnya, Pepita malah menjerit kaget dengan serangan tiba-tiba dari cuping telinga target dari jeweran.“Haha~ anak nakal ini. Kamu salah makan apa sih pas sarapan tadi? Kamu mau jadi wakil kepala OSIS? Murid yang sudah seharusnya menjadi teladan yang baik bagi murid-murid lain? Kamu? Yang suka berantem, merokok, bolos, bajunya berantakan, ngomong kasar, dan malas belajar itu?”Berbicara secara panjang lebar begitu tanpa sekali-kali pun menghapus senyuman p

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status