Ah.
Padahal, dahulu sekali, … yang sering kali membuat pasangannya menjadi salah tingkah hanya karena saling berkontak fisik ringan itu adalah Purbararang.Tetapi, lihatlah saat ini.Waktu telah cepat sekali berlalu, … untuk memaksa tugas membuat tersipu salah satu orang dari sepasang tunangan tersebut, beralih menjadi kepada Indra Jaya.Seakan-akan terbuai oleh efek rindu yang mendalam, … kedua sejoli muda-mudi ini menari di bawah lampu gantung yang dapat menyinari sorot yang berarti dari mata mereka, dengan masing-masing maniknya menampakkan pandangan yang penuh akan rasa nostalgia.Seolah-olah peri cinta datang dan memberkati mereka berdua dengan melontarkan masing-masing satu anak panah untuk menembus hati mereka, keduanya … tak bisa untuk tidak berhenti menyimpulkan sebuah senyuman yang malu-malu, … walau otot-otot di pipi saja sudah menjadi pegal sekali pun.“Apakah aku dapat mempercayai apa yang dilihat oleh mataku ini?”Melihat tarian yang ditarikan pasangan tunangan muda itu, seluruh bangsawan yang tadi hanya tertarik tuk mengerubuti putri selain Purbararang, langsung melongo saking terpesonanya akan pemandangan yang menentramkan.“Langkah yang ringan! Mereka seperti sedang menari di atas awan!”“Hei! Ini patut untuk diabadikan!”Lagi dan lagi, seolah-olah tidak peduli dengan keadaan sekitar, dan hanya terfokus saja ke dalam dunia yang mereka damba, baik Indra Jaya maupun Purbararang … tak mampu memalingkan pandangan dari mata mereka untuk beralih melihat hal yang lain selain dari manik mata indah milik satu sama lain.“Aku tahu kalau kamu ingin menghabiskan waktu berdansa yang lumayan lama denganku. Tetapi ingatlah, … Indra.”Mencoba melepaskan tangannya yang masih digenggam dengan erat oleh Indra Jaya walau lagu waltz sudah selesai sekali pun, Purbararang mencoba mengingatkan tunangan yang ingin menempel kepadanya seperti lem ini, … dengan suara sedikit bergetar karena bersikeras tuk menahan tawa mengekeh.“Aku harus berdansa dengan yang lain juga. Apalagi Ayahku.”“Tidak.”Tersenyum nakal dan melingkarkan satu lengannya tuk mengunci pinggang Purbararang, dan langsung mendekatkan sang gadis idamannya tuk datang ke dekapan, … Indra Jaya berbisik pelan.“Tidak boleh,” ujarnya, menggelitik hati Purbararang sampai merasa ada kupu-kupu beterbangan di dalam perut.“Laki-laki yang dapat berkontak fisik denganmu, meski itu hanya berpegangan tangan sedikit pun, … hanya boleh aku saja.”“Hei, ayolah!”Merasa geli, Purbararang tak bisa menyembunyikan senyuman bahagianya sambil memukul-mukul pelan dada Indra Jaya akibat terlampau senang.Terkekeh sebentar atas tindakan menggemaskan dari putri pembawa keceriaan dalam hidupnya, Indra Jaya menangkap tangan yang kini jauh lebih kecil dari tangannya dibandingkan sewaktu mereka masih anak-anak, … kemudian segera menggerakkan bibirnya kembali dan berkata.“Rarang, aku serius!” serunya berusaha meyakinkan, sambil menatap lamat-lamat manik mata hitamnya Purbararang.Bukannya tambah tersipu melihat keseriusan di wajah Indra Jaya dalam beberapa masa, … hal itu malah mendorong Purbararang untuk kembali tertawa.“Oh, kamu masih belum mempercayainya? Apa kamu ingin aku membuktikannya?”“Ya, ya. Terserah kamu saja. Aku sebetulnya kurang memedulikannya.”Menjawabnya dengan selingan tawa yang terdengar bodo amat, Purbararang membalikkan genggaman tangan pemuda itu supaya kini menjadi dirinyalah yang mencekal tangan besar milik tunangannya tersebut, dan lekas menempatkannya di pipi miliknya yang sebelah kiri.“Karena yang kupedulikan saat ini ialah, ….”Menjeda kalimatnya sejenak, Purbararang membuka telapak tangan Indra Jaya di samping pipi, seterusnya melabuhkan sebuah kecupan ringan di sana.CHUU~❤️“… Perhatianmu?”Dan hal itu, … sukses menjadikan Indra Jaya kembali ke setelan awal.Tersipu berat dengan telinga memerah sangat, seakan-akan hendak meledak kapan saja!~•••~Pesta debutan hari ini memang sangat melelahkan.Pulang ke kediaman istana para putri lebih awal dari yang lain, dan segera menuju ke kamarnya sendiri tuk segera beristirahat tanpa ditemankan oleh seorang ksatria pengawal atau pula pelayan pribadi, … Purbararang disambut oleh sebuah kejutan kecil yang tak akan pernah ia duga bisa mendapatkannya di hari yang membahagiakan ini.“Apa yang kau lakukan …?”“Gasp!”GRINCING!Cincin berhias batu rubi, kalung dengan cantelan liontin batu safir, anting-anting bermata batu zamrud, beserta perhiasan-perhiasan lain yang terbuat dari intan juga permata murni, … jatuh bergemerencang ke lantai, dengan sebagiannya maju secara menggelinding mendekati sepatu Purbararang.Menatap horor seorang pelayan perempuan dari ambang pintu yang barusan ia buka, telah menampakkan sesosok orang tak tahu malu itu tengah berusaha mengarungi semua perhiasan miliknya dari kotak ke dalam saku celemek putih, … Purbararang mengeluarkan suara yang berat.“… Dengan perhiasanku?”“… Heuk! Sa-saya!”Tercekat bersama menunjukkan raut muka yang ketakutan dengan sangat, begitu tergurat di wajahnya yang bercucuran keringat dingin.Setiap kali melihat Purbararang mulai mendekatinya selangkah demi selangkah, pelayan yang masih berusaha mencuri secara terang-terangan di depan pemilik benda yang ia curi sambil berusaha mencari celah kesempatan untuk melarikan diri, … mulai mengancam sang putri yang seharusnya ia layani, dengan pisau lipat yang ia munculkan dari balik rok seragam maid.“Berani-beraninya kau …!”Mengerutkan keningnya kesal dan langsung berjalan secara cepat kemudian memelintir tangan si pelayan dalam gerakan kilat seperti sudah terlatih, … Purbararang menjatuhkan sebuah tamparan pelak di pipi pelayan itu, sampai-sampai membuatnya berakhir dengan tersungkur di lantai.“Berani-beraninya kau menodongkan benda itu padaku! Apa kau orang yang tak tahu malu?! Dan juga ….”Merundukkan badan, menengok pelayan yang masih terus menundukkan kepalanya sambil memegangi perihnya bekas tamparan di pipi, … Purbararang bertanya dengan ekspresi yang garang.“… Kenapa kau berusaha mencuri semua perhiasan pemberian dari Ayahku? Bukankah para pelayan yang ada untuk melayaniku ini tahu, kalau aku paling menghargai kotak perhiasan ini karena memiliki kumpulan-kumpulan hadiah ulang tahun dari Ayahku?!”“Sa-saya minta maaf.”“… Hah?!”“S-s-saya minta maaf, Nyai! Saya benar-benar minta maaf!”“….”Terdiam dengan kening yang masih mengerut melihat pelayan calon pencuri itu merendahkan bidak tubuhnya sampai ke titik bersujud juga hendak mengecup kakinya ini, … Purbararang yang tadinya sudah berharap pulang-pulang akan langsung beristirahat, memijit pelipisnya dan menghela nafas lelah.“Katakan. Siapa namamu?”“Sa-sayuti, Nyai Putri.”“Oke, Sayuti.”Beranjak berdiri, menunjukkan secara tidak langsung bahwa derajatnya ini jauh lebih tinggi dari seorang pelayan semacam Sayuti, Purbararang memberi keringanan.“Aku memaafkanmu kali ini, tapi, jika kau nanti kedapatan mengulangi kesalahan yang sama lagi, ….”Kembali menggerakkan otot-otot di wajahnya tuk membentuk sebuah ekspresi, Purbararang mempertontonkan pelayan itu akan raut mukanya yang penuh penekanan.“… Aku tak akan pernah segan-segan untuk menghukummu dengan hukuman yang sudah ada!”Hukum yang dibicarakan oleh Purbararang saat ini adalah, … majikan dari seorang pelayan berhak memberi hukuman sesuai keinginannya terhadap budak atau pelayan yang telah berbuat kesalahan.“Namanya adalah Tumang.”Semenjak Purbararang menceritakan pengalamannya bahwa ia telah kedapatan ditodong pisau oleh seorang pelayan kepada Indra Jaya, hari ini, demi mengawasi keamanan untuk tunangannya yang tersayang, … si putra Duke itu memilihkan ksatria muda yang sangat ia percaya talentanya, … karena dia adalah pengawalnya sendiri yang kerap kali menjadi lawan pelatihan semua aktivitas seni bela diri.Menenteng pedang dan menempatkannya untuk menjadi tongkat tumpuan tumpukkan tangan, Indra Jaya yang dengan setianya memerhatikan hal detail kecil terkait gerak-gerik Purbararang dalam mengabaikan ksatria bersangkutan yang menekuk satu lutut bersama wajah menunduk di samping meja tempat minum teh, … tersenyum dengan lepas.“Mulai hari ini, … dia akan menjadi pengawalmu, Rarang.”Lama mendiamkan seorang laki-laki muda yang kelihatannya memiliki usia yang hampir sebaya dengan tunangannya, pada akhirnya … Purbararang tetap menggulirkan netranya ke orang yang memiliki nama “Tumang”.Ma
“Hei, apa kau mendengarnya?”“Mendengar apa?”“Pelayan baru yang baru bekerja di sini selama satu minggu! Dia sudah keluar dan berhenti bekerja setelah mendapatkan hukuman dari Nyai Putri Purbararang!”“Ohh, be-benarkah? Memangnya apa kesalahannya?”“Aku dengar langsung darinya, dia tak melakukan kesalahan apa pun tapi tetap dihukum dengan tidak adil begitu saja!”“Sungguh?! Jika betul begitu, itu keterlaluan sekali!”“Ehhh?! Benarkah? Itu sulit dipercaya!”“Gasp!”Sekitar tiga pelayan yang baru saja asyik menggunjing, mendadak langsung tersentak begitu tahu-tahu sudah menyadari ada salah satu putri yang mereka layani, Purbasari, … tengah berdiri dengan raut muka yang syok, setelah memikirkan lamat-lamat terkait informasi apa yang tak sengaja ia dengar barusan.“Teteh Rarang-ku tidak mungkin seperti itu!”Ciut dan langsung bertekuk lutut di hadapan putri muda berusia 11 tahunan itu, ketiga pelayan yang takut akan memiliki nasib yang serupa dengan apa yang telah mereka omongkan, … leka
STRAKK!Anak panah menancap.Melesak dari busur milik Putri Purbararang, dan meluncur secara cepat dalam mengenai papan target panahan dengan tepat.“Luar biasa.”Seseorang memuji.Tak berapa lama, ia pun menggerakkan jari jemari yang bertaut dengan busur panahan pula, untuk ikut menyusul pencapaian serupa dalam mengenai target secara tepat jua, … seolah-olah tak ingin kalah dari menyaingi Purbararang.Dia adalah si putri tertua kedua Kerajaan Pasir Batang, Purbamanik.“Untuk seorang putri yang sudah terkenal ke mana-mana akan citranya yang bikin geleng-geleng kepala.”STRAKK!Sekali lagi, papan target panahan ditembak.Memberikan hasil dari lontaran anak panah milik Purbamanik yang mengenai titik tengah target, menancap selepas membelah anak panah milik Purbararang terlebih dahulu.“Apa kau tidak pernah bosan?”Membalikkan ucapan bernada sinis itu dengan pertanyaan, Purbararang yang juga sama keras kepalanya tidak ingin mengalah atau bahkan dikalahkan oleh saudara tirinya ini, … kemb
Merebut dan menjadikan mahkota kandidat ratu apanya?Melihat saingannya, Purbararang, yang dengan anggunnya menundukkan kepala di hadapan Paduka Raja juga Paduka Ratu untuk menerima pemberkatan, dan dimahkotai di hadapan seluruh tamu-tamu kalangan bangsawan kehormatan, … Purbamanik menggemeretukkan giginya dengan kesal dari balik rentangan kipas.Mata bermanik kuning kejinggaan itu tampak serius dalam mengilatkan pancaran kemarahan.Terutama, setelah ia kedapatan berkontak mata dengan bongkahan manik berwarna serupa milik ibunya sendiri, … Purbamanik semakin merutuk di dalam hati.“Diberkatilah, Putri Mahkota, Nyai Putri Purbararang.”Begitu sang raja mengucapkan kata-kata harapan itu, secara refleks, orang-orang banyak yang menjadi saksi atas pengangkatan Purbararang menjadi Putri Mahkota tepat di hari ulang tahunnya yang ke-18 ini, … ikut mengucapkan kata-kata yang serupa pula.Apalagi untuk si putra Duke Jaya, Indra, … yang mengujarkan ucapan doa sekaligus harapan itu dengan sangat
BLARRR!Petir menyambar, dan hujan bercucuran dengan deras di hari yang mendung. Seolah-olah, mereka semua … ikut merasakan kesedihan yang begitu mendalam, terkait melepas kepergiannya sang rembulan kerajaan dari dunia kehidupan, … ke alam kematian.“Te— … heuk, Teteh.”Tak bisa menampung rasa sedihnya lebih lama lagi begitu melihat sang ibunda yang baru saja meninggal tepat di hadapan mata kepalanya sendiri, … Purbasari menghambur Purbararang, dan menangis di dalam pelukan.Ingin hati dirinya juga ikut mengekspresikan kesedihan dengan cara menangis, sama seperti Purbasari. Bersamaan dengan seperti pria yang berstatus sebagai ayah kerajaan, sekaligus ayah kandungnya, sang Paduka Raja, … Purbararang malah tetap berusaha untuk menjaga air mukanya supaya tenang.Dia yang melihat ayahnya tengah duduk di samping ranjang dengan tubuh yang menangis dalam diam, sampai-sampai membuatnya terlihat gemetaran dikala menggenggam tangan yang sudah kehilangan tenaga sekaligus nyawanya, … Purbararan
“Wah, lihat! Lihat! Calon Ratu kita!”“Uihh, dia memang cantik. Tetapi, jujur saja. Bukankah auranya agak sedikit menyeramkan?"“Uhm, yeah. Aku juga merasa begitu. Karena itu, aku jadi tidak yakin kalau kerajaan ini akan menjadi lebih baik dengan dia yang menjadi pengelolanya.”“Yah, betul! Bisa-bisa, kerajaan ini malah semakin terpuruk karena diperburuk olehnya.”"Ah, andai saja ada keajaiban sekarang, yang dapat mengubah watak pewaris kerajaan menjadi lebih baik."Tidak peduli dan sama sekali tidak mau peduli seolah-olah dia ini adalah seseorang yang tuli, mengabaikan semua kumpulan aristokrat yang sudah pasti bergunjing dalam membicarakan segala celah kesalahan maupun kekurangan untuk bisa menjatuhkannya, … dengan tenang, Purbararang berjalan secara anggun memimpin barisan keenam putri di belakang, memasuki ruang aula istana utama tuk menuju ke ujung altar.Tangan yang bertumpu saling menggenggam telapaknya di depan pusar. Wajah yang menengadah dan sepenuhnya menatap lurus ke depa
… Kenapa?Satu baris pertanyaan singkat yang tak dapat keluar dari mulut, digumamkan di dalam hati milik Purbararang.Mengepalkan tangannya dengan erat dibarengi bersama muka mengeras yang memandangkan tatapan horornya tuk melihat sang adik, Purbasari, … yang tadi baru saja menerima mahkota penerus kerajaan dengan cuma-cuma, dan kini tengah menarikan tarian pertamanya dalam debutan yang berlangsung sekalian dengan upacara peresmian, … Purbararang menggerutu di dalam batin.Diakui oleh semuanya, bahkan sampai ke selir dan para putri yang lain, terkecuali sang tunangan beserta dirinya sendiri, … Purbararang masih belum mau mempercayai akan hasil yang ia dapatkan.Ini aneh. Ini tidak dapat di terima dengan lapang dada. Juga, ini sangat tidak adil.Ada apa dengan keputusan mendiang ayahnya ini?Apakah kanselir itu benar-benar berkata jujur terkait mengumumkan wasiat raja, yang telah mewariskan seluruh kepercayaannya kepada Purbasari untuk mengelola semuanya?Apa benar tidak ada campur t
“Pfftahaha!”Tawa yang melengking, terdengar menggelegar.Memenuhi ruang makan istana yang tadinya bersuasana hening dari aksi Putri Purbamanik, tergelak puas melihati Purbararang duduk di kursi yang bertempat lumayan jauh dari Purbasari, … seolah- menyiratkan secara jelas bahwa ia memang tengah menghindari adik yang dulunya ia begitu sayang ini, dengan secara terang-terangan.“Hei, Rarang. Kau masih punya nyali untuk menunjukkan wajahmu yang berkulit tebal itu?”Tidak berbasa-basi lagi seperti dulu kalau dirinya ingin sekali mengatakan sesuatu ejekan atau hinaan dengan melancarkan sindiran berkalimat halus, kali ini, … Purbamanik dengan penuh percaya diri mengatakan di depan semuanya secara blak-blakan.“Jika aku jadi dirimu, aku mungkin sudah membunuh diriku sendiri saking parahnya rasa malu yang kuterima di depan orang banyak.”Apa yang saat ini tengah ia singgung adalah perihal Purbararang yang masih dengan tenangnya bertatapan muka dengan Purbasari, setelah diambil alihnya takhta