Di tengah kemewahan kehidupan bangsawan, Lady Cleo Austin dijodohkan dengan Duke Muda Sander Dorian, seorang bangsawan yang dihormati dan sahabat dekat Pangeran Mahkota Alden. Pernikahan mereka tampak sempurna, namun ada rahasia yang tersembunyi: Pangeran Alden diam-diam mencintai Lady Cleo. Di sisi lain, Putri Mahkota Zelda, istri Pangeran Alden, juga menyimpan rasa cemburu yang mendalam terhadap Lady Cleo. Desakan keluarga dan tekanan politik membuat Zelda merencanakan balas dendam keji yang mengancam kebahagiaan Lady Cleo dan Duke Muda Sander. Ketika sebuah skandal memalukan terjadi di Dorian Manor, kehidupan Cleo dan Sander terbalik. Skandal itu melibatkan seorang pelayan yang mengaku hamil anak Duke Muda Sander. Lady Cleo yang patah hati harus berhadapan dengan pilihan sulit: mempertahankan pernikahannya atau membiarkan diri hancur oleh intrik politik yang lebih dalam daripada yang ia bayangkan.
View MorePendahuluan.
Di tengah panasnya musim kering yang merayapi seluruh wilayah Austin, angin dari selatan membawakan kesunyian yang menyesakkan dada. Ladang-ladang tandus dan tanah yang merekah menjadi saksi bisu kegagalan panen yang telah melumpuhkan banyak keluarga. Kelaparan mulai menghantui setiap rumah, sedikit demi sedikit mengikis harapan yang tersisa.
Sebuah kereta kuda melaju menuju Austin Grange dengan kecepatan yang tak biasa. Di dalamnya, Duke Adam Dorian merenung dalam keheningan. Tawaran bantuan pangan yang baru saja ia berikan kepada Marquess William Austin bukan hanya soal kemanusiaan, melainkan tanda persahabatan yang telah terjalin lebih dari jumlah tahun yang bisa dihitung jari. Mereka memulai kisah persahabatan ini ketika berdiri tak gentar di medan perang, bersama-sama membela tanah air mereka dari invasi musuh.
"Duke Adam," suara Marquess William Austin terdengar lemah tetapi penuh tekad, "Bukan hanya nyawa saya yang Anda selamatkan. Anda juga menyelamatkan banyak nyawa penduduk Austin. Hari ini, saya tidak hanya menganggap Anda sebagai kawan, tapi sebagai tuan yang layak saya abdikan seluruh hidup saya."
Adam menatap sahabat lamanya, memahami setitik beban yang baru saja diucapkan. Persahabatan itu kini berubah menjadi janji setia, membawa perubahan besar pada hubungan mereka. Sebuah perubahan yang tak disadari akan menjadi awal dari banyak intrik dan kesetiaan yang diuji di masa depan.
…..
Ditemani putra semata wayangnya, Duke Adam Dorian mengawasi kinerja para bawahan yang sibuk memindahkan ratusan karung bantuan gandum dan bahan pangan lain dari kereta barang ke gudang penyimpanan Austin Grange. Ketelatenan mereka, ikut turun tangan langsung membantu rakyat membuat hati Marquess William tersentuh.
“Duke Adam, izinkan saya menjamu Anda dan putra Anda. Di rumah, istri saya sudah memasakkan beberapa sajian lezat untuk makan siang kita,” ajak Marquess William kepada Duke Adam.
Pemimpin Dorian Dukedom sekaligus pemilik pelabuhan terbesar di Benua Utama itu mengernyitkan dahinya sejenak, mempertimbangan ajakan beristirahat yang ditawarkan sang tuan rumah. “Kemurahan hatimu patut dipuji, William. Tentu saja aku mengizinkanmu menjamu kami. Sebuah kehormatan bisa menikmati masakan Marchioness.”
Senyuman lega mewarnai wajah lelah Marquess William. Setelah semua bantuan besar yang diterimanya dari sang sahabat, makan siang dengan menu terlezat adalah sebuah kesederhanaan yang nilainya tak seberapa. Sebagai pihak yang dibantu, setidaknya mereka harus sadar diri untuk membalas budi.
“Sander, kemarilah Nak!” panggil Duke Adam kepada putranya.
Dengan peluh yang bercucuran di dahi, Sander menyerahkan catatan pembukuan kepada asisten sebelum berlari menghampiri Duke Adam. “Anda memanggil saya?”
“Marquess William mengajak kita makan siang. Bersihkan dirimu dan segera bergabung bersama kami.”
“Saya mengerti.”
…..
Demi mengurangi hawa panas musim panas dan kemarau panjang tahun ini, Madam Anne memerintahkan para pelayan untuk membuka semua jendela rumah. Wanita itu berdoa supaya angin sejuk perbukitan segera datang, membebaskan mereka dari kegerahan yang menyiksa ini. Membayangkan tamu-tamunya duduk gelisah di meja makan membuatnya ikutan gelisah. Nama baiknya sebagai nyonya rumah sedang dipertaruhkan.
“Yang di tengah meja itu kalkun panggang?” tanya Duke Adam setibanya di ruang makan. Wajah antusiasnya menyenangkan hati Marquess William dan istrinya. “Sudah lama aku tidak makan kalkun panggang. Betulkan, Nak?”
Sander mengambil langkah maju, berdiri menyejajari Duke Adam. “Olahan kalkun jarang ditemui di Dorian, kecuali pada musim gugur.”
Pipi Madam Anne sontak merona mengetahui masakannya disambut baik. Ia merasa usaha kerasnya—ikut membantu juru masak di dapur—terbayarkan lunas meski tidak lazim bagi wanita bangsawan sepertinya melakukan sendiri pekerjaan rumah tangga.
“Duke Adam, mari kita nikmati makanan lezat ini selagi masih hangat,” seru Marquess William penuh semangat.
Jamuan makan siang di Austin Grange dimulai begitu Marquess William mempersilakan semua orang untuk duduk. Meja makan panjang berlapiskan taplak brokat berwarna gading dipenuhi banyak makanan yang ditata rapi, mulai dari kalkun panggang, kentang tumbuk, sayuran segar dengan saus, dan roti gandum buatan rumah. Di sudut meja, anggur merah terbaik yang disimpan khusus dari kebun anggur keluarga siap dituangkan ke gelas-gelas kristal.
Duke Adam menarik kursinya dengan anggun, dan Sander mengikuti di sebelahnya. Pembawaannya yang menawan menunjukkan kepatuhan seorang anak bangsawan yang diajarkan adab dan etiket sejak kecil. Marquess William dan Madam Anne duduk di sisi yang berlawanan. Para pelayan yang telah diinstruksikan dengan detail oleh nyonya rumah bergerak dengan cepat dan tanpa suara, memastikan setiap tamu mendapatkan porsi yang sesuai.
Suasana terasa tenang dan hangat, diselingi percakapan ringan di sela dentingan peralatan makan perak yang bersentuhan piring porselen. Angin sejuk diam-diam menyelinap dari jendela rumah yang terbuka, membawakan mereka aroma segar dari luar.
“Dagingnya lembut,” puji Duke Adam saat memotong hati-hati daging kalkun bagiannya. “Rasa bumbu rempahnya merata dan meresap sampai ke tulang. Keterampilan memasak Madam Anne sungguh luar biasa.”
Sander tampak mengamini pujian sang ayah. Untuk urusan kuliner, wilayah Austin memang yang nomor satu, kendati sebenarnya spesialisasi mereka di bidang pertanian. Banyak sekali rumah bangsawan Elinor yang mempekerjakan juru masak dari wilayah ini.
“Salah seorang kenalan saya di Akademi Kerajaan memberitahu bahwa juru masak di asrama adalah orang asli Austin. Pantas saja kantin asrama selalu ramai di jam makan. Anak-anak sering menyanjung masakannya.”
“Ngomong-ngomong tentang Akademi Kerajaan, aku dengar putrimu alumni sekolah itu, Marquess?” tanya Duke Adam kepada Marquess William.
“Benar, Duke. Putri saya, Cleo, telah lulus pendidikan tingkat tiga sekitar lima tahun yang lalu.”
“Di manakah dia sekarang? Sejak kedatanganku kemari, aku belum sekalipun melihat sosok putrimu.”
Marquess William bertukar pandang singkat dengan Madam Anne. “Maaf, Duke. Wajar jika Anda tidak melihat putri saya karena saat ini Cleo sedang berada di Ibu Kota.”
“Ah begitu rupanya.” Duke Adam mengambil kain serbet di pangkuan, menggunakan benda itu untuk mengelap bibir. Setelah selesai, ia meletakkannya di sisi kiri piring. “Bolehkan aku bertanya sesuatu tentang putrimu, William?”
Marquess William meminta para pelayan untuk mulai mengisi gelas-gelas mereka dengan anggur. “Silakan, Duke.”
“Lady Austin, apakah dia sudah bertunangan, atau mungkin, memiliki kekasih?” tanya Duke Adam lugas tanpa keraguan, yang mana sikapnya tersebut sukses mengejutkan semua orang di meja makan siang itu.
Madam Anne tersentak halus di kursinya, sedangkan Marquess William berusaha mengatur napasnya sebaik mungkin— demi mempertahankan ketenangan dan wibawanya di hadapan Duke Adam. “Untuk saat ini, Cleo belum bertunangan, Duke. Dan sepanjang pengetahuan saya, saya yakin putri saya masih lajang,” jawab Marquess William dengan jantung yang berdegup kencang. “Maaf jika saya kedengaran lancang, tetapi kenapa Anda tiba-tiba menanyakan status putri saya?”
Menyesap nikmat anggur yang telah disajikan pelayan, Duke Adam berdeham lirih, lalu menjelaskan maksud dari pertanyaan itu. “William, aku berniat menjodohkan putrimu dengan putraku, Sander. Sebentar lagi Sander lulus sekolah, dan aku ingin mencarikan pasangan yang pantas untuknya.”
Binar kemenangan terpancar dari mata Madam Anne saat menyadari keluarganya baru saja kejatuhan durian runtuh—putrinya mendapatkan lamaran dari keluarga paling terpandang di Elinor. Kedudukan Keluarga Dorian yang tinggi di kasta kebangsawanan dan kekayaan melipah yang tak akan habis hingga tujuh turunan, Madam Anne yakin hidup putrinya dipastikan makmur dan bahagia jika menikah dengan Lord Sander.
Duke Adam menaruh gelas anggurnya ke atas meja, menatap Marquess William dan Madam Anne bergantian. “Aku harap kalian bersedia mempertimbangkan usulanku ini. Tentu, aku tidak akan memaksakan sesuatu yang tidak diinginkan oleh keluargamu. Namun, aku merasa ini adalah kesempatan yang baik untuk menguatkan hubungan antara keluarga kita.”
Marquess William mengangguk takzim. “Duke Adam, kami sangat tersanjung pada tawaran mulia ini. Keluarga Dorian adalah keluarga terhormat yang berpangaruh di Elinor, bahkan di Benua Utama. Namun, dengan segala kerendahan hati, kami harus mendiskusikan masalah ini bersama putri kami, Cleo. Sebagai orang tua, kami percaya, penting baginya untuk membuat keputusan hidupnya sendiri.”
Madam Anne, meskipun sudah sangat tergoda pada lamaran tersebut, sekuat tenaga menahan diri supaya tidak mempermalukan keluarganya. “Benar, Duke Adam. Cleo anak yang cerdas dan mandiri. Kami tidak ingin menerima sesuatu tanpa mendapatkan persetujuannya. Kami akan berbicara dengannya terlebih dahulu sebelum memberikan Anda jawaban.”
Sander, yang duduk tenang di samping ayahnya, memandang lurus ke depan dengan sikap santun. Anak itu memang tidak berkomentar banyak, tetapi mata rubinya menampilkan rasa ingin tahu yang besar. Terdidik dalam tata krama dan adat bangsawan, Sander akui jika bercakapan ini tak luput dari perhatiannya.
Duke Adam mengangguk paham, kemudian berkata dengan santai, “Tentu saja, aku menghormati keputusan keluargamu. Yang terpenting adalah kebahagiaan anak-anak kita. Aku percaya, jika Lady Austin memiliki kepribadian yang sama seperti yang kalian gambarkan, dia pasti membuat keputusan yang bijak.”
…..
…..Dibantu segelas air, Cleo buru-buru menelan obat pereda mabuk perjalanannya. Sembari menunggu obatnya bereaksi, wanita itu duduk termenung bersandar pada kursi. Seolah memahami suasana hati istri tuannya yang sedang gundah, kusir sengaja melajukan keretanya dengan kecepatan rendah.“Seandainya bisa, aku ingin meninggalkan benda ini di Ibu Kota.” Cleo mengelus kotak kayu pemberian Alden. Meski dijaga dengan sepenuh hati, sampai detik ini, ia belum berminat menilik isinya. “Segala hal yang berkaitan dengan pangeran selalu berakhir membebaniku.”Keteguhan Alden mengejar cinta wanita pujaan mungkin dianggap dongeng paling romantis yang membuat iri banyak wanita. Mengesampingkan statusnya yang telah beristri dan memiliki beberapa selir, kisah cinta pangeran tampan nan kaya raya memang dongeng yang paling disukai oleh kaum hawa.“Madam, maaf jika pertanyaan saya terdengar kurang ajar,” ujar Maylea yang gerah pada kesunyian kereta. “Bagaimana perasaan Anda terhadap Pangeran Alden? Setela
…..Untuk pertama kalinya sejak hari pernikahan, Zelda bisa tertawa lepas. Wajah wanita itu memerah bagai udang matang, ditambah matanya yang tak henti berurai tangisan. Para pelayan di Istana Dahlia diam-diam menggigil ngeri, mengira sang putri mahkota akhirnya gila karena kekurangan kasih sayang. Mereka sama sekali tidak tahu, alasan sebenarnya Zelda yang selalu tampil santun itu berperilaku ganjil pagi ini. Sungguh, berita menakjubkan yang dikirimkan seseorang di Dorian membuatnya senang bukan kepalang.Momen ini hanyalah perayaan sederhana kemenangan telak Zelda Adler atas rival abadinya, Cleo Austin.“Oh Tuhan! Sebaiknya aku berhenti tertawa sebelum aku benar-benar kehilangan akal,” batin Zelda malu.Keceriaan Zelda memikat Zielle hingga anak itu melupakan belalang buruannya di taman. Diikuti pengasuh yang sudah renta, pangeran kecil berlari menghampiri ibunya.“Mama!” seru Zielle, berhamburan ke pelukan Zelda. Kehangatan dan wangi tubuh ibunya membawa ketentraman bagi pangeran.
…..Satu tamparan panas mendarat di pipi kiri Sander. Bunyi kerasnya memantul di seantero ruangan, membuat jendela dan vas kristal di atas meja bergetar samar. Kendati tamparan ayahnya tak lagi sekuat dulu, Sander tetap merasakan perih yang menusuk hingga ke tulang pipi. Yang lebih menyakitkan bukanlah rasa fisik, melainkan kehinaan yang ikut menempel bersama telapak tangan sang ayah. Ironisnya, pria itu sama sekali tidak berani meringis ataupun mengerang. Ia terlalu malu, terlalu hina untuk mengekspresikan perasaannya usai kekeliruan besar yang menodai namanya malam itu.Nafas Duke Adam memburu, dada naik-turun penuh amarah yang nyaris tak terbendung. Sorot matanya bagai bara api, membakar oksigen di antara mereka. “Cepat panggil wanita itu kemari!” suaranya pecah, berat dan tajam menusuk. Setiap kata adalah cambuk yang diarahkan pada anaknya sendiri.Phillip yang berdiri tak jauh dari sana menundukkan kepala dalam-dalam, mencoba meredakan ketegangan yang mengguncang ruangan. Kepala
…..Sekuat tenaga Abby berusaha menyelamatkan diri. Berpacu dengan sisa waktu yang hampir habis, ia mengemasi barang-barang secukupnya. Mengandalkan dorongan dari lonjakan adrenalin, gadis itu melesat cepat di antara celah manor yang luput dari pengawasan. Siapa pun pasti mengerti, kesalahannya terlampau besar untuk diampuni. Dan Abby bukan orang bodoh yang akan bersembunyi di dalam lemari, menanti petugas datang untuk menyeret lehernya ke panggung guillotine.“Oh Tuhan, tolonglah aku!” batinnya histeris. “Jangan biarkan orang-orang mengerikan itu menangkapku.”Sebelum pergi, Abby meninggalkan sebuah surat di atas mejanya. Aksi itu dilakukan atas instruksi yang diberikan Zelda. Ia sendiri tidak tahu-menahu soal isi surat tersebut. Sejak menjadi budak kesayangan putri mahkota, Abby memang diajarkan untuk tidak banyak bertanya.…..“Anda menyukai lukisan ini, Madam?” usik Baron Abelard di tengah lamunan panjang. “Saya mendapatkannya di perburuan terakhir.”Perburuan yang dimaksud Baron
.....Kata orang-orang, Sander anak yang berbakti. Ia selalu menuruti nasihat ayah dan ibu, meyakini bahwa nasihat itu demi kebaikannya. Kata orang-orang, Sander siswa yang cerdas. Ia mampu menyelesaikan pendidikannya tepat waktu dengan hasil akhir yang gemilang. Kata orang-orang, Sander pasangan yang ideal. Penghasilan tahunannya besar, kekayaannya tak terbatas dan ia berasal dari keluarga terpandang. Kata orang-orang, Sander suami yang romantis. Ia memperlakukan istrinya dengan sangat manis dan kesetiaannya tak perlu diragukan lagi.Namun malam ini, seorang manusia berhati dengki berusaha menghancurkan hidup sempurnanya. Sander yang tengah terbaring lemah, kaku dan tak berdaya, dijadikan mangsa oleh wanita berwajah teror. Setelah berhasil mengelabuhi penjaga dan menyusup ke dalam kamar, wanita itu tanpa malu merayap menaiki ranjang.Ranjang yang bergoyang perlahan menarik kesadaran Sander dari alam tidur. Batin pria itu bertanya-tanya. Bukan hanya sebagian saja, kenapa sekarang selu
…..Untuk Suamiku Tercinta, Sander Dorian.Dengan kerinduan yang sulit dibendung, saya menuliskan surat ini dari Elinor, di sela-sela kesibukan yang tiada akhir. Semoga kebahagiaan dan kesejahteraan senantiasa menyertai Anda di Dorian, di tengah beratnya tanggung jawab proyek besar yang kini mulai berjalan.Hari-hari di kota besar terasa riuh, namun anehnya, keheningan di hati saya justru semakin besar. Setiap jamuan dan kunjungan yang saya jalani dengan senyum, selalu tersisa ruang kosong yang hanya dapat diisi oleh kehadiran Anda. Terkadang, di antara alunan musik dansa dan obrolan membosankan para orang tua, saya teringat pada sore-sore tenang di taman manor, ketika kita menghabiskan waktu berdua tanpa diganggu oleh siapa pun.Kabar baik dari Dorian yang selalu saya harapkan. Bagaimana keadaan para pekerja proyek? Apakah dukungan dari para investor tetap kokoh seperti yang telah Anda usahakan? Di sini, gosip-gosip istana masih mengalir deras seperti biasa. Beberapa bahkan begitu ge
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments