Gail kembali termenung. Ia memandangi botol kecil yang sedang ia pegang. Botol berbahan dasar kaca yang dengan jelas memperlihatkan isinya, yaitu cairan pekat kental berwarna merah darah.
"Kamu akan melubanginya," kata Ann melihat anaknya yang terus menerus memandangi botol ini.
"Ibu bilang ini racun, tapi aku sama sekali tidak percaya," balasnya tanpa menoleh sedikit pun.
Ann duduk di hadapan anaknya lalu memangku wajahnya, "Ibu tidak berbohong, itu memang benar-benar racun," jelasnya.
Gail memandang ibunya, "Racun apa kalau begitu? Aku tidak pernah menemukan racun seperti ini dalam hidupku."
"Ibu tidak bisa mengatakannya. Kamu sudah tahu terlalu banyak," ucapnya lalu bangkit dari tempat duduknya.
"Jangan perlihatkan ini ke ayahmu, atau dia akan menggila," Ann memperingatkan sebelum meninggalkan anaknya.
"Racun...? Ibu pasti berbohong. Jika ini racun berarti vampir itu menyuruh kami untuk mati dalam keadaan terde
Pine memandang hamparan salju dari jendela kamarnya. Pikirannya menerawang entah ke mana. Namun dibalik kekosongan pikirannya, dia masih menyadari langkah kaki Julio yang mendatangi kamarnya.“Apakah yang Kevin katakan itu benar? Apakah yang dia ceritakan adalah kebenaran?" Pine bertanya pada Julio.Tap.Julio melangkahkan kakinya, mendekati Pine, "Cerita apa yang kau maksud?" tanyanya."Kisah Raja."Hening.Julio langsung meniadakan suaranya. Hamparan salju yang luas membuat Pine kembali mengingat kisah yang diceritakan oleh Kevin. Kisah yang seharusnya hanya diketahui oleh keluarga utama Klan Raltz. Kisah yang tidak seorang pun tahu akan keberadaannya. Kisah yang disebut dengan Kisah Raja.***"Dahulu, ada seorang Raja. Dia adalah pemimpin dari kerajaan yang dikenal dengan nama Kerajaan Lefko. Kerajaan yang seluruh daerahnya tertutupi oleh putihnya salju," Pine memut
Haahhh...Pine menghela napasnya ketika ingatan tersebut berakhir. Baginya, baik Raja dan Pangeran sama-sama bersalah. Raja yang memaksakan kehendak, dan Pangeran yang meninggalkan rakyat dan kerajaannya. Mereka berdua bersalah. Terlebih Penasihat.Pine merasa dia benar-benar jahat. Melakukan kudeta, mengambil nyawa orang lain, bahkan memanipulasi pemerintahan. Benar-benar tindakan yang membuat Pine menjadi geram.Hal penting yang membuat Pine sangat terkejut sampai sekarang adalah fakta bahwa Sang Raja adalah ayah dari Kevin. Kemarin Raja menangis, dan kenyataan bahwa Raja masih hidup sampai sekarang serta merupakan seorang vampir, telah mengguncang Pine dari dunia nyatanya."Raja adalah Ayahku, itu berarti Ayahku adalah Raja. Raja masih hidup sampai sekarang, dia telah hidup satu milenium lamanya, dan seperti yang kamu ketahui. Ayahku adalah vampir," ungkap Kevin saat itu.***Tak!
Diana menyentuh kepalanya, ia merasa kepalanya berkunang-kunang. Perlahan cahaya yang masuk ke matanya kian meredup, lalu menggelap bersamaan dengan waktu yang terlewat.Diana berusaha untuk sadar. Ia berusaha untuk bangkit, namun tubuhnya menolak keinginannya. Tubuhnya lemas dan kian menunduk, hingga akhirnya Diana pun kehilangan kesadarannya.Hap!Refleks, Rai langsung sigap menangkap tubuh Diana yang terjatuh ke arahnya. Sedangkan mata wanita telah terpejam, peluh keringat membasahi keningnya, dan dadanya turun naik dengan cepat."Oi!" seru Rai bingung.Rai mencoba mengguncang-guncang tubuh Diana, namun wanita ini tidak merespons dan tetap saja memejamkan mata. Dengan menempatkan telapak tangannya ke kening Diana, Rai memeriksa suhu tubuh wanita ini. Rasa hangat menuju panas langsung menjalar ke tangan dingin milik Rai.Rai menghela napasnya, "Jadi kau benar-benar akan terus diam? Bahkan setelah kau mendiamkanku
Krrttt...Al datang, ia membuka pintu namun kemudian langsung membuang arah pandangannya ke samping. "Apa yang sedang kau lakukan?" tanyanya terkejut.Hal yang membuat Al mengalihkan pandangannya adalah karena tindakan Rai pada Diana. Dengan mata kepalanya sendiri, dia melihat Rai sedang memberikan makanan pada Diana yang bersandar pada tubuhnya.Namun Rai tidak memberikan makanan dengan cara menyuapi menggunakan sendok. Vampir ini malah menggunakan mulutnya. Rai memasukkan buah mangga ke mulutnya, mengunyahnya kemudian memberikannya ke Diana melalui mulut ke mulut secara langsung.Rai melirik kehadiran Al dan menjawab pertanyaannya, "Tentu saja memberikan cairan dan nutrisi, persis seperti yang kau katakan tadi," jawabnya seraya mengelap mulut yang berlumuran jus dari mangga.Al menghela napas dalam-dalam, "Ya, tapi tidak—"Rai langsung memotongnya. "Ini obatnya? Berikan padaku, dan bawakan aku air," perintah
Ika dan Iki sekarang sedang berada di kamar mereka. Setelah mendengar apa yang terjadi pada Diana dari Al, mereka ingin langsung bergegas untuk mengunjunginya, tapi mengurungkan niat karena mendengar Rai berada di sana."Al, apa yang terjadi?" tanya Ika."Kenapa Kak Diana bisa terbaring lemah seperti itu?" tanya Iki."Dia sakit karena mengurung dirinya selama tiga hari tanpa makan dan tanpa minum," jawab Al."Kalau begitu berikan saja dia darah," Ika memberikan usulnya dengan polos."Dia manusia, Ika!" seru Iki."Ahh iya... Kak Diana berbeda dengan kita.”Iki menatap Al, "Apa Kak Diana akan baik-baik saja?""Mungkin," ucap Al ambigu.“Mungkin...?” kata si kembar membeo.Sementara itu, di kamarnya, Diana masih terbaring lemah namun dengan kondisi yang lebih baik dari sebelumnya. Demamnya sudah turun dan napasnya sudah kembali teratur.Duduk di kursi yang diletakkan di
Suasana canggung terjadi di antara Diana dan Rai. Rai mengelap cairan yang jatuh dari sudut bibir Diana, sedangkan wanita ini hanya terdiam bagaikan patung. Diana langsung membelalakkan mata saat Rai menjilat jarinya yang terkena cairan."Apa yang kau lakukan!?" tanya Diana"Memberimu makan, kau kira apa lagi?""Ta-tapi ini bukan cara normal!""Normal, huh?" balas Rai sarkastis. "Jadi aku harus menyendokkan mangga ini ke mulutmu dengan penuh kelembutan?""Aku bisa melakukannya sendiri!” tegas Diana mengambil alih sendok yang dipegang Rai.Namun, Rai dengan sigap menjauhkan sendok, "Tidak, sekarang aku mau bermain boneka, dan kau adalah bonekanya," ucapnya."Hah...?""Sekarang buka mulutmu," ucap Rai dan mulai melakukan hal yang sama, memberikan makanan lewat mulut secara langsung.Diana membeku, ia langsung memundurkan kepalanya. Ia memberontak, namun tenaganya tidak cukup menandingi kekua
Cletak!Kerangka yang sedang dibuat Ika hancur begitu saja. "Kenapa kau mengatakan hal seperti itu, Al?" tanya Ika dengan meremas kerangka bunga yang ada di tangannya."Aku mengatakan kebenaran. Itu saja. Dia manusia, dan sejak awal keberadaannya di sini hanya sebagai makanan Rai, tapi kenapa dia sekarang berubah menjadi hewan peliharaan favorit semua orang?" ungkap Al.Iki bangkit dan mendekat ke Al, "Jangan katakan apapun lagi tentang Kak Diana, atau aku tidak akan memaafkanmu," ujarnya lalu membuang kerangka bunga ke Al."Kami tidak main-main, Al. Baik kau atau Kak Rai, kami tidak akan segan-segan melawan," tambah Ika lalu menyusul kepergian saudara kembarnya."Hah...? Apa mereka sedang merencanakan pemberontakan dengan menjadikan manusia ini sebagai modelnya?" batin Al heran.***"Ini akan menjadi tabung ke sepuluh jika kau kembali menjatuhkannya," ujar seorang pria tu
Brak!Pine membuka pintu ruang kerja Kevin secara kasar, "Kevin, aku memutuskan—" Pine menarik napas dalam-dalam, “—untuk berdiri di sampingmu. Bersamamu.""Apa yang kamu katakan?" tanya Kevin tidak mengerti."Aku bersedia menjadi Ratu Raltz," jawab Pine."Apa dia terjatuh lalu kepalanya terbentur di suatu tempat?" batin Kevin."Kenapa mendadak?" tanyanya."Aku berubah pikiran setelah mendengar Kisah Raja," ungkap Pine.Kevin bangkit dari tempat duduknya, berjalan ke arah depan meja dan menyandarkan tubuhnya di sana, "Apa yang Julio katakan?" selidiknya."Tidak ada.""Jangan berbohong, dia pasti mengatakan hal yang seharusnya tidak dia katakan.""Apapun yang dia katakan, aku bersedia menjadi Ratu Raltz. Aku akan jatuh cinta denganmu dan mencintaimu selamanya," jelas Pine mendeklarasikan keputusannya.Kevin menghela napasnya, "Pada awalnya aku memang hanya