Share

Bab 3.1 | Mengikuti

Asri terbangun. Hawa dingin menusuk tulang. Kamarnya masih berantakan karena tadi malam ia sekadar memasukkan saja tanpa menatanya. Dia langsung tidur begitu saja setelah barang-barangnya dimasukkan. Sementara itu Tyas sudah pergi, walaupun tak rela meninggalkan Asri seorang diri. Asri baru tahu kalau hawanya cukup dingin, lebih dingin daripada saat dia masih tinggal di daerah Sumbersari.

Untuk sesaat ia nyaris panik saat terbangun di tempat yang asing, tetapi ia langsung sadar kalau dia sudah pindah. Memang bikin kesal. Dia tak ingin keluarganya tahu dia tinggal di mana sekarang. Maka dari itulah keputusannya untuk pindah sudah tepat, meskipun mungkin membuat dia lebih lelah dari biasanya. Asri melihat jam di layar ponselnya yang lupa belum diisi. Dia menggeliat sebelum bangun dari kasurnya, setelah itu ia langsung beres-beres. Baju-baju dikeluarkan dari kopernya, menggantung baju-baju di hanger, setelah itu menata buku di rak, merapikan tempat tidur, menyapu, membersihkan debu-debu di kamarnya, terakhir mandi. Dia sangat bersyukur karena mempunyai kamar mandi di dalam kamar. Amat jarang tempat kos memiliki kamar mandi di dalam.

Asri jadi penasaran dengan Aryanaga. Untuk pemuda seperti dia memiliki tempat kos sebesar ini, pastilah keluarganya bukan dari keluarga biasa. Orang tuanya mungkin konglomerat yang tidak terendus. Di Malang memang banyak orang-orang kaya yang tidak terendus kekayaannya. Dari yang cuma berbisnis cuci sepatu hingga produksi pengepakan makanan ringan saja ada yang memiliki rumah puluhan. Bisa jadi Aryanaga salah satunya. Menurut gadis ini Aryanaga cukuplah tampan, ia masih ingat bagaimana sinar matahari membuat cowok itu seperti bersinar.

Tiba-tiba pintu diketuk. “Permisi, maaf mengganggu!” terdengar suara Aryanaga di luar kamar.

Asri berjingkat. Ia baru saja mandi dan belum berpakaian. Panik, ia pun mengambil pakaian seadanya. Kaos dan hotpants tanpa daleman. Bisa dibayangkan bagaimana seksinya Asri dengan pakaian seperti itu.

I-iya, ada apa?” tanya Asri, ia lalu membuka pintu.

Aryanaga terperangah melihat cewek di hadapannya. Ia langsung membuang muka. “Eh, maaf. Pak RT butuh KTP untuk penghuni baru, nanti kalau kau sudah fotokopi serahkan ke aku.”

Oh, iya. Itu aja?” tanya Asri yang mencoba mencari mata Aryanaga.

Itu saja, kecuali kalau kamu kebingunan pergi ke kampus,” jawab Aryanaga yang masih melihat ke arah lain.

Asri merasa aneh. Dia lalu melihat dirinya. Baiklah, ia tahu apa yang membuat Aryanaga membuang mukanya. Ia terlalu seksi bahkan payudaranya nyaris terlihat jelas. Ia langsung menyilangkan tangannya untuk menutupi bagian tubuhnya yang tercetak.

Maaf, aku tak sengaja,” ucap Aryanaga. “Kalau kamu butuh sesuatu bisa menghubungiku. Nomor teleponku sama seperti nomor telepon di papan di pagar itu.”

Wajah Asri memerah. Ia mundur beberapa langkah. Aryanga segera meninggalkan tempat tersebut. Asri menutup pintau kamar. Sudah pasti dia sangat malu dengan peristiwa tadi. Sebenarnya bisa saja ia tidak membuka pintu dan berbicara dari balik pintu saja, daripada menemui cowok dengan pakaian seperti itu. Asri lupa kalau si pemilik adalah cowok tulen, biasanya karena dulu ia tinggal di kos cewek berpakaian tanpa daleman sudah biasa karena yang melihat juga sama-sama cewek. Tapi Ya Tuhan! Ini cowok, cakep, tajir dan perawakannya sok cool. Rasanya Asri ingin menenggelamkan wajahnya ke kawah Gunung Bromo.

* * *

Asri tak mungkin berjalan kaki untuk pergi ke kampus. Dia memilih untuk naik angkot, biarpun angkot sudah mulai tergerus dengan adanya ojek online ataupun taksi online, tapi bagi mahasiswa dan pelajar, angkot masih dibutuhkan. Akibat tempat kosnya jauh, maka dia butuh waktu lebih lama untuk sampai ke kampus. Di kampus ia sudah bertemu dengan Tyas di depan ruang kuliah.

Hei, As?” sapa Tyas.

Eh, hai,” sahut Asri. Dia hari ini memakai kemeja kotak-kotak warna biru putih lengan panjang yang digulung sesiku. Meskipun memakai baju yang kelihatannya norak, tetapi dia masih bisa menampakkan pesonanya. Hal itu kadang membuat perempuan lain yang melihatnya merasa iri. Asri memang punya daya tarik sendiri. Terlebih semenjak ia masuk kampus sudah banyak sekali cowok-cowok yang sekedar say hi atau menanyakan kabar.

Gimana tempat kosnya?” tanya Tyas.

Bagus kok. Nyaman, aku langsung tidur setelah masukin barang kemarin, trus hawanya dingiiiin banget,” jawab Asri.

Iyalah, deket ama Batu,” jawab Tyas.

Kau pindah kos?” celetuk Icus.

Ih, Icus. Nimbrung aja,” gerutu Tyas. Dia tak suka cowok itu ikut nimbrung setiap pembicaraan.

Tapi aku heran, apa Aryanaga itu anak baru ya? Baru lihat aku kemarin dia ikut perkuliahan,” ucap Asri.

Sama, aku juga heran kok kelihatannya dia tak pernah ikut perkuliahan kita. Apa dia dari anak fakultas lain?” Tyas ikut bertanya-tanya.

Kalian ngomongin siapa?” tanya Icus.

Kamu pernah tahu anak yang namanya Aryanaga?” tanya Asri ke Icus.

Aryanaga? Maksudmu cowok rambut jabrik yang suka ikut kuliah?” tanya Icus memastikan.

Kamu tahu?”

Icus mengangguk.

Wah, kenapa nggak bilang?” kata Tyas.

Kalian nggak tanya,” jawab Icus. “Dia mahasiswa lama kok, hanya saja pernah cuti. Trus sekarang masuk lagi. Dia anak yang unik.”

Unik gimana?” tanya Tyas penasaran.

Uniknya, dia itu sering masuk ke kelas-kelas perkuliahan yang bukan jurusannya. Dan dia sangat menguasai setiap perkuliahan yang dia ikuti. Sering juga bantu anak-anak yang kesulitan, meskipun dia tak begitu populer sih karena sering menyendiri,” jelas Icus. “Kenapa kalian penasaran?”

Dia kemarin baru buka tempat kos di rumahnya,” jelas Tyas.

Serius? Wah, baru tahu. Soalnya dia orangnya tertutup sih.”

Mendengar penjelasan Icus, Asri merasa kalau Aryanaga ini menyimpan sesuatu yang tidak boleh diketahui oleh siapapun. Asri melemparkan pandangannya ke arah lain, di saat itulah pemuda yang mereka bicarakan berjalan dari kejauhan menenteng ransel di punggungnya. Kedua mata Asri dan Aryanaga kembali bertemu. Tiba-tiba wajah Asri bersemu merah kalau mengingat kejadian tadi pagi. Ia segera bergegas masuk ke dalam kelas.

Eh, Asri! Tunggu!” seru Tyas. Icus pun mengikuti mereka.

Selama perkuliahan berlangsung Asri mencuri-curi pandang ke Aryanaga. Setiap kali ia melihat cowok itu, kembali peristiwa memalukan tadi pagi tercetak di benaknya. Dia benar-benar ingin menenggelamkan wajahnya ke kuah bakso nanti siang.

Kamu kenapa, sih?” tanya Tyas.

Nggak apa-apa, cuma teringat peristiwa memalukan,” jawab Asri.

Peristiwa memalukan apa?” Tyas penasaran.

Ntar deh aku ceritain,” jawab Asri.

* * *

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status