Share

Bab 3.2 | Mengikuti

Bwahahahahahaha,” suara tawa Tyas langsung pecah setelah Asri menceritakan apa yang terjadi. Untungnya mereka berada di tempat sepi sehingga tak ada orang yang melihat.

Aku malu, anjir!” Asri mengerucutkan bibirnya. “Aku lupa kalau ini bukan kosku yang lama. Kan kosku yang lama kos cewek. Kalau pun seharian mondar-mandir nggak pake bra juga nggak masalah, kan tamu cowok hanya diterima di depan, nggak sampai masuk kamar. Lha ini? Aduh, benar-benar memalukan.”

Kalau aku jadi kau, aku nggak mau lagi ketemu ama dia,” ujar Tyas. “Gimana nggak ketemu coba. Itu kamu kan nyaris telenji!”

Makanya, aku nggak mau ketemu lagi ama dia. Tapi mau nggak ketemu gimana? Dia yang punya tempat kos,” ucap Asri.

Ponsel Tyas berbunyi. Dia langsung mengangkat ponselnya. “Halo?” sapa Tyas. “Eh, astaga. Iya, aku lupa.”

Ada apa?” tanya Asri.

Sori, As. Aku lupa kalau ada praktikum pengganti hari ini karena kemarin ko-assnya berhalangan. Aku ditelpon temen-temen. Aku cabut dulu yah. Bye, mmuuuaahh,” ucap Tyas yang langsung mencium pipi Asri, sebelum pergi.

Asri bengong sendiri. Dia menghela napas sesaat sebelum matanya menangkap sosok yang mereka bicarakan barusan. Ya, tentu saja. Aryanaga ada dalam jarak pandangannya berjalan menyusuri koridor kampus. Tujuannya, mengarah ke perpustakaan.

Seharusnya, Asri menghindari Aryanaga terlebih karena kejadian memalukan tadi pagi. Namun, entah mengapa kakinya malah melangkah mengikuti pemuda itu. Sifat penasarannya mengalahkan rasa malunya. Dari kejauhan Asri melihat Aryanaga masuk ke dalam perpusatakaan. Asri juga mengikutinya masuk ke perpustakaan.

Pemuda itu langsung menuju salah satu rak buku. Jemari telunjuknya dengan lincah mencari-cari buku yang diinginkannya, setelah mendapatkannya ia langsung mencari tempat untuk membaca. Asri juga pura-pura mencari buku untuk dia baca, hanya saja ia tak melihat buku apa yang dia ambil, setelah itu dia mengambil tempat agak jauh hanya sekedar mengamati Aryanaga.

Aryanaga cukup serius dalam membaca buku. Matanya tertuju kepada huruf-huruf yang merangkai kata dan kalimat di buku tersebut, sambil iris matanya menari-nari mengikuti baris demi baris tulisan. Menurut Asri, seorang cowok membaca buku itu lebih dari sekedar tampan, tapi juga seksi. Terus terang dia sangat lemah kalau melihat cowok seperti itu. Mirip seperti mantannya dulu, juga sangat mencintai buku, suka membaca. Namun, itu hanya bertahan beberapa bulan saja, sebab ternyata suka membaca itu cuma kedoknya untuk mendekati Asri.

Cukup lama Asri mengamati Aryanaga, dia sendiri tak sadar sudah berapa jam menopang dagunya. Aryanaga selesai membaca buku, Asri langsung membebaskan dagunya. Pemuda itu berjalan ke rak buku untuk mengembalikan buku yang dia baca, kemudian dia menghilang di antara sela-sela rak buku. Asri kesulitan mengikutinya hingga ia pun segera membawa buku yang dia ambil tadi untuk dia jadikan sebagai tameng agar tak kelihatan kalau sedang membuntuti Aryanaga.

Dari sela-sela rak Asri berusaha mencari-cari si pemilik kos. Dia merasa keheranan, cepat sekali cowok itu menghilang. Dia berkeliling di antara rak-rak buku bahkan hingga ke ruangan yang lainnya, menuju ke rak buku-buku umum dan sosial. Saat itulah secara tak sengaja ia berpapasan langsung dengan cowok itu.

Kau?” sapa Aryanaga.

Eh, iya. Kau ada di sini?” tanya Asri sambil nyengir.

Aryanaga juga nyengir sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. “Aku tak tahu kalau kau sangat tertarik dengan Fisika Quantum. Jurusanmu bukannya Ekonomi Makro?”

Eh, Fisika Quantum? Nggak kok. Aku..kan...cuma....” Asri terbelalak melihat buku yang dia pegang. Ada judul Quantum Physics. Mampus!

Terdengar suara kambing congek. Asri lalu menutup wajahnya dengan buku yang dia bawa. Ingin rasanya dia menggali lubang di perpustakaan saat itu juga, setelah itu masuk ke dalamnya untuk mengubur dirinya hidup-hidup.

Well, good luck then,” ucap Aryanaga sambil melenggang pergi. “Sampai ketemu di tempat kos.”

Asri tak tahu lagi wajahnya berwarna apa saat berada di perpustakaan itu. Saking malunya ia berniat untuk bisa cari tempat kos baru saat itu juga.

* * *

Padang Granit, Dunia Bawah

Aprilia mendengkus. Asap keluar dari kedua lubang hidungnya. Di hadapannya ada beberapa boneka hidup yang terbuat dari kayu. Meskipun begitu, boneka-boneka itu bisa sangat berbahaya dan mematikan. Ini adalah latihan Aprilia yang kesekian kali setelah kemarin dia terluka parah. Setiap selesai latihan dia selalu berendam di Danau Kebangkitan. Danau ini bisa mengobati luka-luka separah apapun, mau luka tertusuk, patah tulang, terbakar, pasti sembuh kalau berendam di danau tersebut. Beginilah Aprilia setiap hari, apabila selesai berlatih ia pasti berendam di Danau Kebangkitan.

Kali ini goblin. Kau tahu bagaimana para goblin bertempur bukan? Mereka bukan lawan yang bisa kau anggap enteng,” ujar Belzagum.

Aprilia mengambil ancang-ancang. Dari tubuh manusia, kini Aprilia berubah menjadi hybrid. Kulitnya mulai ditumbuhi sisik-sisik berwarna merah, kemudian di dahinya muncul sepasang tanduk kecil, di punggungnya mulai muncul sepasang sayap kecil. Kedua sayap itu tak cukup kuat untuk mengangkatnya terbang.

Konsentrasi, fokus! Konsentrasi, fokus! Konsentrasi, fokus!” Aprilia selalu membisikkan kata-kata itu.

Walaupun itu adalah boneka-boneka kayu, tetapi mereka sangat tangguh, setangguh goblin,” kata Belzagum. Dia hanya menjadi penonton di tempat yang tidak begitu jauh.

Aprilia langsung berlari menerjang ke arah boneka-boneka kayu. Boneka-boneka kayu dengan bentuk menyerupai manusia itu bergerak juga dengan sangat lincah. Mereka juga hendak menyerang Aprilia. Mereka pun bertempur dengan sengit. Aprilia menggunakan cakar di kedua tangannya untuk menghantam salah satu boneka kayu hingga hancur. Namun, salah satu boneka kayu berhasil menangkap kakinya lalu menyeretnya. Aprilia meronta untuk bisa melepaskan diri. Dia menendang boneka kayu yang menangkapnya, sementara itu pukulan lain dia arahkan ke arah boneka kayu yang lain. Siapa sangka boneka-boneka kayu itu sangat cekatan.

Biarpun mereka bertarung di padang granit, tetapi tak jauh dari tempat mereka berdiri ada kawah yang bergejolak. Rupanya di dekat padang granit tersebut ada kolam magma. Apa yang bisa diharapkan di Dunia Bawah? Biarpun dunia ini sangat mirip dengan dunia di mana manusia bisa tidur nyenyak, di Dunia Bawah tak ada namanya tidur, semuanya terjaga dan hanya sedikit sekali waktu makhluk-makhluk penghuninya untuk tidur, itupun tidak bersama-sama.

Aprilia terdesak, dia nyaris saja jatuh ke dalam kolam magma. Terdengar suara gelembung pecah setiap kali Aprilia melirik ke tempat itu.

Fokus!” teriak Belzagum.

Konsentrasi Aprilia goyah. Dia mendapatkan tendangan keras dari boneka kayu. Dengan cekatan Aprilia memutar tubuhnya untuk menghindari kerusakan yang besar. Meskipun boneka-boneka kayu itu bukan para goblin yang sesungguhnya, tetapi mereka tetap kuat.

Kalau kau begitu terus kau akan mati! Apa kau memang benar-benar ingin mati?” tanya Belzagum.

Mendengar ucapan sang ayah, Aprilia kembali memasang kuda-kudanya. Posisi berdiri yang kokoh. Dia tak punya kemampuan untuk terbang. Maka dari itu ia lebih memilih untuk menggunakan kemampuan kakinya yang luar biasa.

Saat para boneka itu menyerangnya, Aprilia melompat ke udara. Boneka-boneka tadi kehilangan Aprilia. Mereka mendongak ke atas, tetapi Aprilia sudah mendarat di tempat lain. Kecepatan Aprilia berada di atas rata-rata. Ia mampu menggerakkan kakinya secara maksimal. Dia sudah memegang salah satu boneka kayu, lalu menariknya dengan kuat setelah itu melemparkannya ke boneka-boneka yang lain. Setelah itu dengan cekatan dia melompat, lalu mendaratkan kakinya ke atas kedua boneka yang lain hingga hancur. Setelah tak ada lagi boneka-boneka yang hidup, Aprilia menghela napas lega.

Bagus. Perkembangan dari latihanmu sangat bagus,” ujar Belzagum.

Aprilia menoleh ke ayahnya. “Ayah, sudah berapa lama aku berada di tempat ini?”

Belzagum menjawab, “Sudah cukup lama. Lima belas tahun dalam hitungan umur manusia.”

Selama itu ya,” gumam Aprilia.

Kenapa? Kau teringat dengan Geostreamer lagi?”

Aprilia menggeleng. “Tidak, aku sudah tak ingin mendengarnya lagi. Dia sudah bukan urusanku lagi. Baginya, aku sudah sejak lama mati.”

Kau sudah siap untuk kembali ke atas?”

Apa aku siap?”

Kau yang memutuskannya anakku.”

Aprilia menunduk. Dia memperhatikan kedua telapak tangannya, dari kedua telapak tangannya muncul api yang membakar. Sudah lama Aprilia tidak menggunakan kekuatannya tersebut. Dia mendapatkan anugrah yang sangat besar. Menjadi putri naga, juga mendapatkan kekuatan dari Agni, salah satu Kesadaran Bumi.

Aku siap,” kata Aprilia sambil mengepalkan kedua tangannya. Api di tangannya pun padam.

* * *

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status