Share

Bab 2.3 | Anak Kampus

Rumahnya besar. Kira-kira penghuni kosnya banyak nggak?” gumam Asri.

Kayaknya sih enggak. Buktinya sudah dipencet bel nggak ada yang keluar,” jawab Tyas.

Lagian orang bego mana yang buka tempat kos di daerah terpencil seperti ini? Jauh pula dari kampus. Tapi apa boleh buat, aku memang ingin nggak bisa dilacak oleh keluargaku,” ujar Asri.

Iya, tempat ini cocok untuk persembunyian,” kata Tyas setuju dengan pendapat Asri.

Ada yang bisa dibantu?” tiba-tiba ada suara mengejutkan dari belakang keduanya.

Asri dan Tyas terperanjat. Nyaris jantung mereka copot. Asri lebih dikejutkan lagi melihat siapa yang baru saja menyapanya. Dia adalah cowok yang ada di perkuliahannya pagi tadi.

K-kau?” Asri terperangah.

Kau tahu dia?” tanya Tyas.

Asri menggeleng. “Bukan, maksudku... dia tadi ikut perkuliahan kita,” jawab Asri.

Aku Aryanaga, pemilik tempat ini. Kalian mau cari tempat kos?” tanya si pemuda.

Aryanaga? Nama yang aneh,” gumam Tyas.

Keberatan dengan namaku?” tanya Aryanaga.

Eh, enggak. Sama sekali enggak. Cuma aneh saja ada orang memiliki nama itu,” ucap Tyas.

Antoite Gravitia Rosalina Sebraska Voljicya,” kata Aryanaga.

Hah? Apa itu?”

Itu nama yang lebih aneh lagi. Aku menjumpainya di kampus, coba kalian sesekali main ke tempat anak-anak FISIP ada mahasiswi dengan nama seperti itu,” jelas Aryanga.

Asri tertawa. “Iya, aku pernah dengar nama itu. Tapi nggak begitu ingat namanya. Ada teman yang cerita.”

Kok aku nggak tahu ya?”

Ngomong-ngomong, yakin mau kos di sini? Jaraknya jauh dari kampusmu, tapi lebih dekat ama kampus Ma-Chung,” jelas Aryanaga.

Tak apa-apa. Emangnya ada kamar kosong?” tanya Asri.

Banyak. Kami belum ada satupun penghuni,” jawab Aryanaga.

Jadi Mas Aryanaga, bisa saya lihat-lihat dulu?”

Panggil saja Arya,” ujar Aryanaga. Dia lalu segera membuka pagar setelah membuka gemboknya. Aryanaga mengajak kedua cewek itu untuk masuk ke dalam halaman rumahnya yang sangat luas. Ada banyak pohon dan tanamanya. Sepertinya penghuni rumah ini sangat menyukai tanaman.

Kau tinggal sendiri? Masih mahasiswa, bukan?” tanya Asri.

Aku tinggal dengan pembantuku. Namanya Bandi. Dia yang mendekor semua taman ini. Hebat yah? Aku saja tak telaten untuk memelihara tanaman-tanaman itu,” tunjuk Aryanaga ke arah tanaman-tanaman yang tersebar di seluruh penjuru pekarangan.

Aryanaga mengajak ke salah satu bangunan dengan kamar berjajar. Bandi mempersilakan Asri dan Tyas untuk melihat-lihat keadaan kamar-kamar itu.

Belum ada yang menghuni ya?”

Tempat ini baru buka, jadinya belum ada satu orang pun yang tinggal. Hanya saja, karena kalian orang pertama yang ingin menempati, mungkin aku akan mengganti tulisan papan di depan dengan tulisan KOS PUTRI,” ujar Aryanaga.

Asri penasaran. Dia lalu membuka salah satu kamar. Dia sangat takjub dengan isi kamarnya. Sangat rapi dan bersih. Sudah ada dipan dan almari baju, ada juga meja kecil yang bisa dia gunakan untuk belajar. Ada kamar mandi di dalam dan ada dapur kecil, satu kamar bisa muat banyak. Asri sangat menyukainya.

Waw, ini satu kamar berapa sebulan?” tanya Asri.

Aryanaga berpikir keras. Dia menggaruk-garuk dagunya. Sebenarnya ia ragu. “Aku tak tahu, emangnya yang pantas berapa?”

Asri tertawa. “Kau ini, lucu deh. Emangnya tak pernah tahu harga kamar kos?”

Aryanaga menggeleng. “Aku tak pernah ngekos. Ini rumahku, kenapa aku harus tahu?”

Oh iya, lupa. Bener sih, kamu nggak pernah ngekos. Tapi setidaknya kamu bisa dong tahu dari teman-temanmu,” ujar Asri.

Aryanaga mengangkat bahunya. “Aku memang tak tahu. Tapi berapapun harganya yang kau sebutkan, aku akan terima. Kau penghuni pertama, anggap saja sebagai penglaris. Nanti penghuni berikutnya tentunya harganya akan aku naikkan.”

Baiklah, aku akan bayar Rp. 500.000,- sebulan. Mengingat fasilitasnya cukup bagus,” ucap Asri langsung.

Tyas terperangah. “Yang bener. Itu nggak kemurahan?”

Deal, baiklah. Silakan kau pilih kamar mana saja. Isinya sama kok,” ucap Aryanaga.

Waaah, terima kasih!”

Tyas makin terperangah. Ia seperti mendengar kambing congek mengembik. Dua orang di hadapannya ini setengah gila. Yang satu ingin kabur dari kejaran suruhan orang tuanya, yang satu lagi orang yang tidak bisa berbisnis. Entah jadi apa nanti kalau mereka bisa tinggal satu komplek. Tyas tak bisa membayangkannya.

* * *

Padang Granit, Dunia Bawah

Dunia bawah, tempat para naga bersemayam, sekaligus juga makhluk-makhluk bawah yang tak pernah terlihat oleh manusia ataupun dikenal oleh manusia berada. Tempat bersembunyinya para peri dengan segala kekuatan magisnya. Bebatuan granit berserakan di atas pasir yang panas. Di tempat yang penuh siksaan itu ada seorang perempuan dengan baju compang-camping dengan beberapa perban terbalut di tubuh, lengan dan kakinya. Di tubuhnya terdapat beberapa luka, sebagian membentuk luka memar di pelipis dan juga di lengan. Napasnya terengah-engah, sementara tanduk kecilnya terlihat berkilat-kilat di kepalanya.

Sudah cukup! Kau sudah melakukan dengan baik,” ucap seorang pria paruh baya berjanggut yang berdiri tak jauh dari tempatnya.

Ini masih belum cukup. Masih kurang. Aku bisa melakukannya lagi,” ucap si perempuan naga.

Sudah cukup, aku tahu kau bisa melakukannya lagi, tetapi tubuhmu menolaknya. Ini hanya latihan Aprilia, hanya latihan. Kau tak perlu memaksakan dirimu. Suatu saat nanti kalau sudah saatnya kau bertarung di medan pertempuran, bertarunglah dengan sungguh-sungguh. Ketahanan tubuhmu sudah cukup baik,” kata lelaki tua tersebut. Meskipun tua, terlihat lengannya kokoh seperti baja. Wajahnya memancarkan sinar kewibaan yang bisa membuat siapapun tidak akan mampu menatapnya langsung.

Aprilia mengatur napasnya, setelah itu ia lemas. Belzagum, sang ayah segera dengan cekatan menangkapnya sebelum putrinya jatuh di atas tanah yang keras. Dia pun membopong putrinya pergi. Aprilia masih tersadar, meskipun tubuhnya penuh luka. Latihannya dari hari ke hari makin berat.

Ayah, apa aku sudah siap?” tanya Aprilia.

Kau sudah siap, tetapi ada yang harus dibenahi dari dirimu terlebih dulu,” jawab Belzagum.

Apa?”

Kau harus menyingkirkan pikiran ingin matimu itu. Hal yang sangat berbahaya, bagaimana kau bisa melindungi orang lain kalau kau ingin mati?”

Dalam gendongan ayahnya, Aprilia meringkuk. Dia tak menyangka ayahnya mampu membaca hatinya. Meskipun sang ayah telah lama tidak menemuinya, tetapi lelaki ini sangat peka. Aprilia masih ingat bagaimana ketika kecil ia diberitahu kalau ayahnya meninggal dalam kecelakaan, nyatanya itu semua dilakukan sang ayah agar bisa menyelamatkan nyawanya. Sebab ada peraturan di dalam klan naga, kalau tidak boleh naga berhubungan dengan manusia. Apabila melanggar, maka mereka akan dihukum dengan hukuman yang cukup keras. Belzagum bisa melarikan diri dari hukuman, hanya saja peristiwa nahas terjadi. Saat melahirkan Aprilia, sang ibu meninggal. Aprilia kemudian dirawat oleh seorang bidan dan menjadi ibu angkatnya. Belzagum berpesan kepada ibu angkatnya untuk merawat Aprilia dengan baik. Aprilia tumbuh menjadi anak yang tomboy, tangguh dan suka berkelahi. Maka dari itulah ia dijuluki Lady Rose saat masih sekolah dulu. Pantaslah ia sangat suka berkelahi, mudah panas, karena ada darah naga di dalam tubuhnya.

Aprilia baru mengetahui siapa dia sebenarnya setelah bertemu Belzagum. Dia menemui Aprilia saat membakar dirinya menyelamatkan seorang Geostreamer. Aprilia membakar dirinya hanya agar orang yang dicintainya selamat. Akhirnya Aprilia bisa diselamatkan oleh ayahnya, dari sinilah kemudian Aprilia tahu siapa dia sebenarnya. Ia sangat bahagia ketika bertemu dengan ayahnya untuk pertama kali. Walaupun ia cukup shock dengan siapa dirinya sebenarnya.

Kenapa aku tak boleh mati ayah? Apa karena perjodohan itu?”

Belzagum menghentikan langkahnya. Dia mengamati Aprilia, “Karena aku sudah berjanji kepada ibumu untuk menjagamu. Kau tak boleh mati sebelum aku mati. Jadi kalau kau ingin mati, langkahi mayatku dulu.”

Mata Aprilia terpejam. Dia tak akan mungkin menyakiti ayahnya. Perlahan-lahan tubuh Belzagum membesar, awalnya punggungnya, yang kemudian disusul muncul sepasang sayap hitam besar, tubuhnya berubah menjadi merah darah, setelah itu sisik-sisik tumbuh di sekujur tubuhnya. Tangannya pun membesar. Kalau tadi dia membopong Aprilia dengan susah payah, kini ia cukup menggenggam Aprilia dengan satu tangan, setelah itu dia pun terbang, menyisakan jejak pijakan di atas bebatuan granit.

* * *

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status