Share

19. Bidadari Kipas Pelangi

Si nenek kini sudah berdiri di depan Pujaratih, wajahnya tampak puas. Senyum mengembang dari raut wajahnya yang telah tampak renta, melihat perkembangan cucu angkat sekaligus muridnya itu.

Pujaratih segera membungkuk hormat di hadapan Nini Kipas Pelangi. “Apa ini artinya saya sudah boleh meninggalkan Lembah Akhirat, Nek?” bertanya Pujaratih.

Nini Kipas Pelangi lalu tersenyum penuh arti. Diusapnya kepala Pujaratih yang masih membungkuk di depannya. “Ayo kita beristirahat di gubuk.”

Setelah mengeluarkan beberapa ajian dan kesaktian di ajang latihan itu, keduanya cukup merasa letih. Nini Kipas Pelangi sudah cukup puas dengan apa yang telah dicapai maupun dikuasai oleh Pujaratih. Rasa letih itu yang membawa mereka untuk beristirahat sejenak.

Di dalam gubuk yang berupa balai-balai berdinding bilah bambu, kedua orang itu duduk berhadap-hadapan. Wajah mereka terlihat serius.

“Pujaratih ....” Si nenek membuka suara. &ldq

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status